Photo by bowonpat from freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Sampai saat ini, kondom adalah satu-satunya pilihan yang layak untuk praktik seks aman di kalangan dengan relasi seksual antara laki-laki dan laki-laki (LSL). Kelompok “bottom” atau pasangan penerima dianggap sebagai orang yang tunduk atau submisif yang membuat kedudukan mereka “di bawah” kelompok “top”.
PrEP, memiliki fungsi yang mirip dengan alat kontrasepsi bagi perempuan, yang seringkali tidak berdaya ketika dihadapkan pada memakai kondom atau tidak.
Baca Juga:
Tentu, banyak pria gay sering mengidentifikasi dirinya serba bisa atau “versatile” ketika ditanya tentang posisi seksual. Meski begitu, sebagian besar biasanya memiliki kecenderungan hanya ke satu posisi entah itu topatau bottom. Namun dalam hal kesehatan seksual, kedua posisi ini memiliki level yang setara.
“Saya benar-benar merasa diremehkan dengan stigma bahwa posisi seksual bottom dianggap ‘kurang’, di komunitas kami,” kata Joshua Collins, pengguna PrEP dari Phoenix, Amerika Serikat (AS).
Stigma ini juga kemudian merembet pada penggunaan kondom. Collis berkata bahwa karena stigma tersebut, ada semacam ekspektasi tertentu bahwa kelompok top yang memutuskan apakah mereka akan menggunakan kondom atau tidak. Dengan kata lain, top yang memutuskan apakah mereka akan menggunakan kondom atau tidak, sementara bottom yang bernegosiasi.
“Sebagai seorang bottom, status HIV saya selalu bergantung pada keputusan orang lain,” kata Damon Jacobs, pendiri grup Facebook populer, Fakta PrEP. “Saya harus bergantung pada pasangan top saya untuk memastikan kondom digunakan atau tidak, atau tidak tiba-tiba meledak atau menghilang seperti yang sering kali terjadi.”
Laki-laki gay atau biseksual terutama yang top, memiliki risiko yang lebih kecil untuk terinfeksi HIV. Hubungan antara laki-laki gay, kondom dan HIV dapat disejajarkan langsung dengan hubungan KB, seks heteroseksual, dan kehamilan. Dan PrEP, memiliki fungsi yang mirip dengan alat kontrasepsi bagi perempuan, yang seringkali tidak berdaya ketika dihadapkan pada memakai kondom atau tidak.
“PrEP adalah peluang pertama yang dimiliki kelompok bottom untuk mengendalikan sepenuhnya status HIV kita,” kata Jacobs. “Itu memungkinkan kedua pasangan, dalam posisi seksual apa pun, untuk 100 persen bertanggung jawab atas kesenangan dan perlindungan mereka.”
Colton Ferrell adalah pengguna PrEP dari Austin, Tex (AS). Awalnya dia tidak terlalu memikirkan ketidaksetaraan preferensi seksualnya sebagai seorang bottom, hingga dia bingung ketika berdiskusi tentang penggunaan kondom dengan pasangannya. “Kami setuju untuk menggunakan kondom, dia mengambil bungkus kondom, saya berbaring tengkurap, dan kami melakukan hubungan seks. Dan ternyata saya jarang bisa merasakan perbedaannya, apakah pria itu memakai kondom atau tidak, dan ternyata, dia tidak memakainya. Meski merasa kesal, saya tidak terlalu khawatir karena saya menggunakan PrEP.”
Pengalaman Ferrell hanyalah salah satu contoh bagaimana orang yang berisiko sering tidak memiliki kendali atas alat pengaman seperti kondom. Penggunaan PrEP, efektif menghilangkan risiko infeksi HIV hingga 90 persen bila diminum dengan benar. Ini juga membuat kelompok bottom dapat melindungi dirinya dari HIV.
Tapi yang paling penting, kelompok bottom dapat menikmati kesenangan seks tanpa mengalami ketakutan akan kemungkinan infeksi HIV.
“Saya rasa saya dapat menyimpulkan bagaimana PrEP telah mengubah perasaan saya tentang seks dalam satu kata: Wow!” kata Collins. “Dengan PrEP, saya tidak khawatir dan saya bahkan memiliki beberapa pengalaman hebat dengan pria yang hidup dengan HIV. Kini, saya jauh lebih sadar akan kesehatan seksual karena saya melakukan tes HIV setiap tiga bulan.”
Jadi apa arti PrEP bagi kelompok bottom? Itu berarti hidup di lingkungan di mana kesehatan mereka akan tetap terlindungi, setara, serta kesenangan seksual yang lebih besar.
“Saya anak tahun 1980-an,” kata Eric McCulley, advokat PrEP. “Dan untuk sebagian besar hidup saya, semua yang saya dengar tentang seks adalah bahwa itu berbahaya dan mungkin benar-benar bisa membunuhmu. Jadi saya senang karena tidak perlu takut seks dan dapat mengendalikan kesehatan seksual saya sendiri adalah sesuatu yang memberdayakan saya.”
Sumber: How HIV PrEP Empowers Bottoms