HIV adalah infeksi virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan beberapa gejala dan komplikasi. Meskipun orang dengan HIV mungkin mengalami kerontokan rambut, itu bukan gejala khas dari orang yang terinfeksi HIV (ODHIV). Sebab, faktor-faktor lain seperti obat-obatan dan kondisi kesehatan yang terjadi bersamaan, dapat berkontribusi pada penipisan rambut.
Adanya infeksi menular seksual (IMS) lainnya juga dapat meningkatkan risiko kerontokan rambut seseorang. IMS seperti sifilis, gonore, dan herpes sering terjadi bersamaan, di mana rambut rontok adalah salah satu gejala sifilis, dan juga bisa disebabkan karena efek samping dari asiklovir, obat untuk herpes genital.
Baca Juga:
Apakah HIV Menyebabkan Rambut Rontok?
Sejatinya ODHIV dapat mengalami penipisan rambut, tetapi mungkin tidak terkait dengan penyakit mereka. Ini karena, HIV biasanya tidak menyebabkan kerontokan rambut pada orang yang menerima perawatan antiretroviral (ARV) dan menjalani kehidupan yang sehat. Namun, banyak orang dengan HIV dapat mengalami penipisan rambut yang tidak terkait dengan kondisi HIV mereka sendiri. Kerontokan rambut adalah bagian alami dari penuaan bagi banyak orang. Menurut American Academy of Dermatology, kerontokan rambut turun temurun seiring bertambahnya usia adalah penyebab paling umum dari kerontokan rambut pada pria dan wanita.
Adanya infeksi menular seksual (IMS) lainnya juga dapat meningkatkan risiko kerontokan rambut seseorang. IMS seperti sifilis, gonore, dan herpes sering terjadi bersamaan, di mana rambut rontok adalah salah satu gejala sifilis, dan juga bisa disebabkan karena efek samping dari asiklovir, obat untuk herpes genital.
Selain itu, kondisi medis lain yang memengaruhi ODHIV dapat memicu kerontokan rambut yang berlebihan. Sebagai contoh, anemia defisiensi besi, yang ditandai dengan rendahnya cadangan zat besi sehingga sulit memproduksi hemoglobin. Beberapa penelitian menghubungkan kekurangan zat besi dengan kerontokan rambut, meskipun tidak ada cukup bukti untuk menentukan apakah kadar zat besi yang rendah benar-benar menyebabkan penipisan rambut. Disfungsi tiroid juga kondisi umum yang memengaruhi ODHIV, di mana kadar hormon tiroid yang tidak normal dapat memicu kerontokan rambut.
Telogen Effluvium
Telogen Effluvium adalah bentuk kerontokan rambut sementara yang terjadi setelah kejadian stres atau traumatis. Rambut telogen adalah rambut yang tidak lagi tumbuh dan sedang beristirahat. Dalam kasus telogen effluvium, seseorang mengalami kerontokan rambut telogen yang berlebihan dari kulit kepala, biasanya sekitar 3 bulan. Kerontokan rambut ini menyebar, yang berarti terjadi di seluruh kulit kepala.
ODHIV dapat sangat rentan terhadap telogen effluvium sebagai akibat dari stresor fisik atau emosional, juga mereka yang menderita gizi buruk, infeksi, atau tantangan hidup dengan penyakit kronis. Telogen effluvium biasanya merupakan bentuk kerontokan rambut sementara, tetapi dapat menjadi kronis jika terjadi lebih dari 6 bulan.
Alopecia
Istilah alopecia mengacu pada rambut rontok dan kebotakan. Ada beberapa jenis alopecia, di antaranya terjadi pada ODHIV, yakni:
- Alopecia yang diinduksi obat, atau rambut rontok akibat penggunaan obat.
- Alopecia areata, yang merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan rambut rontok.
- Loose anagen hair syndrome, dimana rambut dalam fase anagen (tumbuh) rontok.
- Alopecia dihasilkan dari kondisi lain, seperti kondisi kulit dermatitis seboroik atau psoriasis.
Jenis alopecia lain, yang dikenal sebagai alopecia difus, juga menyebabkan kerontokan rambut pada orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh. Satu penelitian di masa lampau menemukan bahwa hampir 7 persen dari mereka yang mengalami HIV mengalami alopesia difus. Namun, dengan kemajuan dalam pengobatan, angka persentase ini mungkin lebih rendah sekarang.
Rambut Rontok Sebagai Efek Samping Obat
Di masa lalu, pengobatan HIV biasanya mengakibatkan kerontokan rambut. Tetapi ARV jaman sekarang, tidak memiliki efek yang mengarah pada penipisan rambut. Dan hanya menyebabkan lebih sedikit efek samping dan dapat mencegah gejala, perkembangan, dan penularan HIV. Namun, obat lain yang mungkin perlu diminum oleh ODHIV untuk kondisi yang terjadi bersamaan, dapat menyebabkan rambut rontok. Sebagai contoh, asiklovir untuk herpes genital yang mencantumkan kerontokan rambut sebagai efek samping.
Orang-orang yang mengalami efek samping dari obat-obatan harus mendiskusikan kekhawatiran mereka dengan dokter. Seringkali, manfaat dari minum obat lebih besar daripada ketidaknyamanan efek samping, tetapi dokter mungkin juga dapat meresepkan alternatif. Selain itu, kita pun masih bisa mengenakan wig, topi atau penutup kepala lainnya jika efek tersebut tidak bisa kita hindari.