- Harm reduction, yaitu pencegahan HIV melalui pengurangan dampak buruk yang diakibatkan berbagi jarum suntik di antara pengguna napza suntik.
- Sirkumsisi medis sukarela bagi pria. Sejak tahun 2007, WHO dan UNAIDS telah merilis pernyataan bila manfaat dari sirkumsisi pada pria terbukti mampu mereduksi risiko penularan HIV dari hubungan heteroseksual.
- Tes dan pengobatan IMS. Saat tubuh terkena IMS, tubuh akan mengerahkan sel darah putih untuk mengatasi infeksi tersebut, sedangkan dalam sel darah putih terdapat sel-sel CD4 yang merupakan inang dari virus HIV.
- Tes dan perawatan HIV sejak dini (U=U). Orang yang hidup dengan HIV (ODHIV) yang telah minum obat selama setidaknya enam bulan dan memiliki viral load yang tidak terdeteksi tidak dapat menyebarkan virus HIV secara seksual.
- PEP (post-exposure prophylaxis) / Profilaksis Pasca Pajanan. Penggunaan obat antiretroviral (ARV) setelah satu kejadian berisiko tinggi untuk menghentikan serokonversi HIV, misalnya pada korban perkosaan atau tertusuk jarum suntik pada petugas medis. PEP harus dimulai sesegera mungkin agar efektif—dan maksimal 72 jam dari kemungkinan paparan virus HIV.
- PrEP (pra-exposure prophylaxis) / Profilaksis Sebelum Pajanan. PrEP adalah metoda alternatif untuk pencegahan HIV sebelum terpajan dengan menggunakan ARV yang diminum sesuai dengan anjuran dokter.
Hal-Hal yang Sering Ditanyakan Seputar PrEP
- Terapi / pengobatan HAART (ART) highly active antiretroviral therapy (Antiretroviral Therapy). Orang yang hidup dengan HIV (ODHIV) yang telah minum obat selama setidaknya enam bulan dan memiliki viral load yang tidak terdeteksi tidak dapat menyebarkan virus HIV secara seksual.
- Profilaksis/pencegahan dengan PEP/PPP & PrEP
Bisa. Penggunaan obat antiretroviral (ARV) sebagai Pencegahan HIV:
- TAsP – Treatment as Prevention
- Test & Treat | Rapid / Same Day ART
- (U = U) | Tidak Terdeteksi = Tidak Menularkan
- PEP – Post-Exposure Prophylaxis
- PrEP – Pre-Exposure Prophylaxis
PEP – Post-Exposure Prophylaxis, sedangkan PrEP – Pre-Exposure Prophylaxis
PEP: Strategi pencegahan HIV di mana orang HIV-negatif minum 3 jenis obat anti-HIV (ARV) SETELAH terpapar / kontak dengan HIV dengan tujuan mengurangi resiko terinfeksi.
PrEP: Strategi pencegahan HIV di mana orang HIV negatif minum 2 jenis obat anti-HIV (ARV) SEBELUM terpapar / kontak dengan HIV dengan tujuan mengurangi resiko terinfeksi.
Strategi pencegahan HIV di mana orang HIV-negatif minum 3 jenis obat anti-HIV (ARV) SETELAH terpapar / kontak dengan HIV dengan tujuan mengurangi resiko terinfeksi. PEP dapat diberikan karena dua faktor:
- Occupational (Pekerjaan), misal tenaga medis yang tertusuk jarum suntik yang telah terpakai.
- Non-Occupational (kontak Seksual, Jarum Suntik bekas napza, dll)
PEP harus dimulai sesegera mungkin agar efektif—dan maksimal 72 jam dari kemungkinan paparan virus HIV.
Orang yang memiliki kemungkinan terpajan HIV sebaiknya mengkonsumsi PEP selama 28 hari tanpa terputus.
Menurut data dari WHO (WHO, Post-Exposure Prophylaxis to Prevent HIV Infection, Factsheet, 2014.) PEP dapat mencegah penularan HIV sebesar 80%.
PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis) merupakan salah satu strategi pencegahan HIV di mana orang HIV-negatif minum 2 jenis obat anti-HIV (ARV) sebelum terpapar / kontak dengan HIV dengan tujuan mengurangi resiko terinfeksi.
Untuk orang yang minum 7 pil PrEP per minggu, estimasi tingkat perlindungannya adalah 99% (iPrEx Study, Science Translational Medicine 2012).
PrEP sama sekali tidak dapat melindungi kita dari penularan seksual. Jadi akan lebih bijak jika kamu tetap setia pada pasangan masing-masing, dan atau menggunakan kondom saat berhubungan seksual.
TIDAK! PrEP bukanlah obat penyembuh HIV. Dan sampai saat ini virus HIV belum dapat dilenyapkan 100% dari tubuh pengidap HIV.
Setiap orang yang memiliki kebiasaan sebagai berikut:
- Tidak konsisten menggunakan kondom dengan semua pasangan seksual.
- Berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan seksual dalam periode enam bulan.
- Memiliki pasangan seksual yang memiliki pasangan seksual lain dan mungkin sudah terinfeksi atau berisiko tinggi terhadap infeksi HIV.
- Melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan seseorang yang menyuntikkan narkoba dan berbagi peralatan injeksi dengan orang lain.
- Menyuntikkan narkoba dan berbagi peralatan injeksi.
- Berhubungan seks ketika minum alkohol dan / atau menggunakan narkoba dan / atau chemsex
- Terdiagnosa infeksi menular seksual, seperti gonore, sifilis, chancroid atau herpes.
- Memiliki pasangan seks yang baru terdiagnosa infeksi menular seksual termasuk HIV.
- Melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan seseorang HIV + yang tidak menggunakan terapi antiretroviral, atau yang menggunakan terapi antiretroviral tetapi belum mencapai penekanan viral load ke tingkat yang tidak terdeteksi (Belum Undetectable).
- Pasangan Anda tidak tahu status HIV-nya.
Setiap orang dengan kondisi sebagai berikut:
- HIV +
- Penyakit Ginjal
- HIV akut
- Alergi terhadap obat yang digunakan sebagai PrEP
- Hepatitis B (Kontraindikasi relatif)
TIDAK, PrEP tidak mengganggu kadar hormon pada mereka yang menggunakan terapi hormone afirmasi gender (Gender affirming Hormone Therapy).
Estrogen dapat menurunkan kadar Tenofovir sebesar 12% namun tidak mengurangi efektivitas PrEP (HIV Prevention Research, AIDS 2018).
TIDAK, kamu dapat berhenti mengkonsumsi PrEP jika kehidupan seks-mu berubah seiring waktu (setia pada masing-masing pasangan dan atau menggunakan kondom saat berhubungan seksual).
PrEP berbasis TDF (tenofovir disoproxil fumarate) terbukti hanya memiliki efek samping yang ringan dan biasanya menghilang dalam beberapa minggu pertama pemakaian.
Secara umum PrEP cukup aman untuk dikonsumsi oleh perempuan yang sedang hamil (The Lancet: PrEP implementation in pregnant and post-partum women, December 05, 2019.), namun apabila ragu-ragu sebaiknya konsultasikan dengan dokter HIV-mu.
Telah banyak penelitian pengujian klinis yang menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya penurunan pemakaian kondom atau peningkatan jumlah pasangan seksual pada pengguna PrEP.
Tidak ribet kok, promosikan saja saling setia dengan pasangan, atau jika tidak bisa, selalu pakai kondom saat berhubungan seks, dan sekarang ada satu lagi metoda tambahan yaitu dengan PrEP.
Tentu tidak, jika kamu memiliki kebiasaan tidak konsisten menggunakan kondom dengan semua pasangan seksual, atau menyuntikkan napza dan berbagi peralatan injeksi, maka kamu patut mendapatkan PrEP.
Tentu saja! Obat yang dipakai untuk PrEP adalah Tenofovir disoproxil fumarate (TDF) + Emtricitabine (FTC) dalam satu pil yang diminum sehari sekali.
Pada populasi umum, kamu harus minum 1 pil obat PrEP selama 7 hari sebelum terjadinya kontak seksual atau perilaku beresiko lainnya (misal berbagi penggunaan jarum untuk menyuntik napza) atau H-7, dilanjutkan setiap hari pada waktu yang sama saat kamu minum pertama kali.
Pada populasi umum, kamu harus minum 1 pil obat PrEP sampai 7 hari setelah terjadinya kontak seksual terakhir atau perilaku beresiko terakhir lainnya (misal berbagi jarum untuk menyuntik napza) atau H+7 setelah perilaku beresiko.