Photo by kjpargeter from freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Kasus HIV dan AIDS yang awalnya dianggap ‘penyakit aneh’ mulai bermunculan di New York dan California, Amerika Serikat, pada tahun 1981 ketika laki-laki muda gay yang diketahui sehat terkena penyakit sarkoma kaposi, sejenis kanker yang biasanya ditemukan pada laki-laki yang berusia jauh lebih tua. Ada pula yang menderita pneumonia jenis langka.
HIV adalah retrovirus yang berbeda dengan virus seperti virus penyebab pilek dan flu.
Baca Juga:
Setahun kemudian, penyakit misterius itu diberi nama Acquired Immune Deficieny Syndrome atau AIDS, yang menghancurkan sistem kekebalan tubuh dan membuat tubuh rentan terhadap segala jenis infeksi.
Pada tahun 1983, para ilmuwan menemukan virus penyebab AIDS. Mereka kemudian menamakannya human immunodeficiency virus atau HIV. Dan hingga kini, mereka terus berlomba mencari pengobatan untuk menghentikan wabah yang mematikan ini.
HIV ternyata sulit untuk dibunuh. Salah satunya menyerang sel kekebalan yang disebut sel T, yang menolong melindungi tubuh dari penyerang seperti HIV. Jika ada cukup banyak sel T yang dihancurkan, tubuh tidak berdaya melawan virus dan infeksi oportunistik lainnya.
HIV adalah retrovirus yang berbeda dengan virus seperti virus penyebab pilek dan flu. Retrovirus lebih efisien dalam mengelabui sel inang di tubuh dan dapat menggandakan dirinya sendiri serta menyebabkan infeksi seumur hidup.
Pada tahun 1987, HIV telah menginfeksi 32.000 orang di Amerika Serikat dan lebih dari separuhnya meninggal.
Terobosan Obat HIV
Para peneliti menemukan bahwa obat kanker di tahun 1960an, zidovudine, yang dinyatakan gagal itu, ternyata dapat menghentikan penyebaran HIV dan membantu orang dengan AIDS untuk hidup lebih lama. Obat ini juga disebut azidothymidine (AZT), yang mulai tersedia pada tahun 1987. AZT bekerja dengan memblokir protein yang disebut enzim yang dibutuhkan virus untuk mereplikasi dirinya sendiri. BPOM di Amerika Serikat menyetujui AZT dalam waktu kurang dari 4 bulan, mempercepat proses yang biasanya memakan waktu bertahun-tahun.
Meski demikian, AZT memiliki kelemahan yaitu tidak berjalan dengan baik jika berdiri sendiri dan menyebabkan efek samping seperti masalah hati dan rendahnya jumlah sel darah yang bisa mengakibatkan kematin. AZT juga pada saat itu merupakan obat resep termahal dalam sejarah, dengan harga satu tahun sebesar $16.500 dalam dolar saat ini.
Selama beberapa tahun berikutnya, BPOM di Amerika Serikat menyetujui beberapa obat lain yang bekerja serupa dengan AZT, termasuk dalam kelas obat yang disebut nucleoside reverse transcriptase inhibitor(NRTI).
Antiretroviral Kelas Baru
Pada awal tahun 1990-an, HIV menjadi penyebab kematian nomor satu di kelompok orang berusia 25 hingga 44 tahun yang tinggal di Amerika Serikat. Hal ini karena, dengan pengobatan tunggal seperti AZT, virus belajar untuk berubah, atau bermutasi, sehingga obat-obatan tersebut lama kelamaan berhenti bekerja.
Pada tahun 1995, BPOM di Amerika Serikat menyetujui obat saquinavir, obat pertama dalam kelas obat anti-HIV (antiretroviral) yang disebut protease inhibitor. Seperti NRTI, protease inhibitor menghentikan penggandaan virus, tetapi pada tahap yang berbeda selama infeksi.
Setahun kemudian muncul lagi golongan antiretroviral lain, yang disebut non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI), termasuk nevirapine. Mirip dengan AZT, NNRTI mematikan HIV dengan menargetkan enzim yang dibutuhkan untuk berkembang biak.
Obat-obatan ini membuka jalan menuju era baru terapi kombinasi untuk HIV dan AIDS. Dokter mulai meresepkan saquinavir plus AZT atau obat antiretroviral lainnya. Terapi kombinasi ini disebut terapi antiretroviral yang sangat aktif (highly active antiretroviral therapy, disingkat HAART). Pendekatan tersebut menjadi standar perawatan HIV yang baru pada tahun 1996 dan HAART secara signifikan mampu memperpanjang masa hidup orang dengan AIDS.
HAART mengharuskan minum banyak pil setiap hari. Dosis ganda dan efek samping obat tersebut mendorong banyak orang untuk berhenti dari terapi HIV. Kemudian pada tahun 1997, BPOM Amerika Serikat menyetujui pil bernama Combivir yang mengandung dua obat anti-HIV dan lebih mudah dikonsumsi.
Hampir 2 dekade setelah munculnya HIV dan AIDS, sudah selusin obat antiretroviral beredar di pasaran.
PrEP
Lompatan lain dalam pengobatan HIV terjadi pada tahun 2010. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa meminum obat antiretroviral setiap hari tidak hanya membantu mereka yang HIV-positif, tetapi juga dapat melindungi orang sehat agar tidak terinfeksi.
Pada tahun 2012, BPOM Amerika Serikat menyetujui obat pencegahan sekali sehari atau yang dikenal sebagai profilaksis pra pajanan (Pre-Exposure Prophylaxis, disingkat PrEP). Pada tahun 2021, suspensi cabotegravir suntik pelepasan ditemukan dan diberikan pertama kali sebagai dua suntikan dengan selang waktu satu bulan, dan kemudian setiap dua bulan setelahnya. Bila kamu menggunakan PrEP sesuai pedoman, ini dapat menurunkan risiko terinfeksi HIV hingga hampir nol.
PrEP direkomendasikan untuk siapa pun yang berisiko terinfeksi HIV, termasuk laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, orang-orang heteroseksual yang melakukan hubungan seks berisiko tanpa kondom, dan mereka yang menggunakan narkoba suntik.
Pengobatan HIV Saat Ini
Kelas obat HIV baru telah bermunculan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2007, BPOM Amerika Serikat menyetujui integrase inhibitor pertama, raltegravir. Jenis obat ini menawarkan cara berbeda untuk mencegah HIV menggandakan dirinya sendiri.
Saat ini, lebih dari 30 obat HIV tersedia. Banyak orang mampu mengendalikan HIV hanya dengan satu pil sehari. Pengobatan dini dengan obat antiretroviral dapat mencegah orang HIV positif memasuki stadium AIDS dan penyakit yang ditimbulkannya, seperti kanker. Obat HIV juga menghentikan orang dengan HIV untuk menularkannya kepada pasangannya saat berhubungan seks. Kita masih belum memiliki obat untuk AIDS. Namun dengan pengobatan yang tepat, orang dengan HIV dapat hidup sehat dan memiliki harapan umur yang panjang.