Bagi sebagian Muslim di Amerika Serikat (AS), berstatus HIV positif dapat menambah stigma yang membuat mereka dapat merasa terkucilkan apalagi jika dikaitkan dengan keyakinan mereka. Seperti dikutip dari situs thebody, meskipun kitab suci menekankan pentingnya menjaga kesehatan, tetapi yang baik, buku itu tidak secara langsung membahas HIV atau cara penularannya.
Maka pada 2012, Khadijah mendirikan RAHMA, yang bekerja untuk mengenyahkan stigma menciptakan ruang yang aman di mana para umat Islam dapat berbicara secara bebas tentang HIV dan menjalin persahabatan.
Baca Juga:
Lalu, bagaimana umat Islam menjembatani kesenjangan antara prinsip-prinsip hukum Islam dan edukasi seputar HIV, yang juga mencakup mengenai Pendidikan tentang seks dan penggunaan narkoba? Seorang wanita Muslimah, Khadijah Abdulah berinisiatif mendirikan LSM RAHMA, yang berbasis di Washington, DC.
Dalam Bahasa Arab, rahma berarti belas kasih. Akan tetapi khusus untuk LSM Ini, Rahma merupakan singkatan dari Reaching All HIV + Muslim in America. Ya, Khadijah, yang telah menjadi Muslimah sejak usia tiga tahun, memang memiliki panggilan awal untuk menjadi aktivis bagi ODHIV.
“Ketika saya masih kuliah, saya bekerja paruh waktu di rumah sakit. Suatu kali kami memiliki seorang pria ODHIV Muslim, di mana ia sangat kasar dan kejam pada para perawat di rumah sakit. Suatu hari saya datang untuk bekerja dan saya ditugaskan kepadanya. Di situ saya mengetahui bahwa ia tidak mendapat dukungan dari komunitas Muslim. Ia merasa sendirian dan terisolasi, dan tidak bisa berbicara dengan orang tentang apa yang Ia alami. Saya tahu kemudian bahwa saya ingin melakukan sesuatu tentang HIV.”
Maka pada 2012, Khadijah mendirikan RAHMA, yang bekerja untuk mengenyahkan stigma menciptakan ruang yang aman di mana para umat Islam dapat berbicara secara bebas tentang HIV dan menjalin persahabatan. RAHMA juga menawarkan lokakarya, pelatihan dan sesi pendidikan remaja yang bertujuan untuk memberikan informasi faktual tentang kesehatan seksual, hubungan, kerja komunitas, penularan dan pencegahan HIV, dan banyak lagi.
RAHMA bekerja dengan orang-orang dari semua agama dan latar belakang tetapi berusaha untuk memberi umat Islam ruang untuk berinteraksi. RAHMA juga didedikasikan untuk menyediakan pendidikan yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat dan mendukung mereka yang terkena dampak HIV dan AIDS.
Salah seorang ODHIV yang juga aktivis RAHMA ialah Dawna, 49 tahun. Sampai sekarang dia masih dapat mengingat hari ketika dia menemukan bahwa putranya yang baru lahir, Joshua, menderita AIDS dan dia sendiri juga terinfeksi. “Saya belum menjadi seorang muslim pada saat saya tahu saya positif HIV. Suami saya menginfeksi saya dan dia tahu dia terinfeksi HIV, tetapi dia tidak memberitahukan itu kepada saya.”
Dawna masuk Islam ketika Joshua berusia tiga tahun. Dia terus membesarkan putranya dan membuatnya tetap sehat. Namun pada 21 Mei 2004, di usia yang ke-15 tahun, Joshua kalah dalam pertempuran dengan AIDS. Dawna berterimakasih kepada keluarga, dan ia bersyukur bahwa keyakinannya dalam Islam membantunya melewati masa-masa sulit.
“Ada alasan dan ada tujuan mengapa saya terinfeksi, dan saya menerima itu semua. Saya telah mengalami hari-hari yang baik dan buruk, dan selalu merenungkan kembali kecintaan saya akan agama saya, dan dalam Alquran dikatakan bahwa tidak ada penyakit di muka bumi ini di mana Allah belum memberikan obatnya kecuali untuk kematian. Dan karena pernyataan itu saya tahu bahwa kelak saya dapat disembuhkan, jika tidak di dalam kehidupan ini setidaknya nanti di akhirat,” tegas Dawna.
Menurut Khadijah, sejatinya Islam adalah agama yang sangat mendukung pendidikan dan kesehatan yang baik. Meski HIV tidak secara khusus dibahas dalam ayat-ayat Alquran, tetapi umat Islam harus memiliki belas kasih terhadap ODHIV. Sayangnya, stigma terkadang membuat umat Islam “lupa” akan panggilan mereka sebagai pembawa kedamaian.
Khadijah menceritakan bahwa ia telah mendengar beberapa umat Islam yang telah diasingkan di masjid karena positif HIV. “Saya ingat seorang Muslim yang pergi ke masjid selama bulan Ramadhan. Dia menyajikan makanan kepada orang-orang yang berbuka puasa. Entah bagaimana seseorang mengungkapkan bahwa dia positif, dan orang-orang tersebut takut untuk mengambil makanan darinya,” terang Khadijah yang terus berupaya untuk menghilangkan stigma tersebut salah satunya melalui edukasi.