Siapakah Gia Carangi? Gia Carangi adalah supermodel asal Amerika Serikat awal 1980-an dan dianggap sebagai supermodel pertama. Namun menjadi supermodel ternyata bukan jaminan hidup bahagia. Usai berada di puncak karirnya Gia kecanduan heroin, tak pelak karirnya terjun bebas dan ia meninggal karena komplikasi HIV pada usia 26 tahun.
Namun, menjelang akhir hayatnya Gia berusaha meningkatkan kesadaran tentang bahaya narkoba dan AIDS, di mana ia tetap menelurkan foto-foto di hari-hari terakhirnya.
Baca Juga:
Gia Carangi, lahir dari ayah yang berasal Italia dan ibu dari Irlandia pada Januari 1960, di mana mereka bercerai pada saat Gia berusia 11 tahun. Campuran multiras ini membuat Gia memiliki fitur wajah yang cantik dan bahkan disebut-sebut sebagai permata langka dalam industri permodelan. Gia mengawali karirnya di usia 17 tahun, saat bekerja sebagai pelayan untuk membantu restoran miliki ayahnya di Philadelpia, AS. Saat itu, seorang fotografer melihat potensi Gia, dan dalam satu tahun dia sudah menjadi model paling terkenal di New York.
Bukan hanya keindahan tubuh tinggi semampainya yang memikat, namun karena ia berani berpose telanjang, berpakaian seperti laki-laki, berpose tanpa riasan dan bersikap cuek, ia dianggap membawa era baru di dunia permodelan.
Ia hanya membutuhkan waktu enam tahun untuk bisa menjadi supermodel dan mendapatkan kesuksesan yang besar. Gia, pada masa-masa sebelum istilah supermodel diciptakan, muncul di sampul majalah bergengsi Cosmo dan Vogue di Amerika, Inggris, Prancis, dan Italia. Ia bahkan mendapat kontrak besar pertamanya bersama Versace ketika dia baru berusia 18 tahun.
Namun di balik kegemilangan kariernya, Gia merasa tidak bahagia dan kesepian yang mendalam. Jadwalnya yang padat memperburuk situasi karena membuatnya tidak memiliki teman dekat. Sejak saat itulah ia mulai berkenalan dengan obat-obatan terlarang, yang berdampak buruk pada kinerjanya sebagai model. Suasana hati Gia berantakan, bahkan kerap tertidur saat pemotretan. Meski sempat menjalani rehabilitasi, ia hanya sanggup bertahan selama enam bulan dari pengaruh obat-obatan terlarang itu. Ia kembali terjerumus ke lubang yang sama dan makin menjadi-jadi.
Segera setelah berita tentang kecanduannya muncul, karier modeling-nya mulai menurun dari puncak ke dasar, dan 1986 ia didiagnosis mengidap AIDS di mana kariernya juga terhenti. Dia dirawat di Rumah Sakit Universitas Hahemann di Philadelphia. Dia tidak pernah pulih dari penyakitnya dan pada bulan November 1986, dunia mode kehilangan supermodel industri pertama mereka. Begitu fenomenalnya Gia dan begitu tragis kisah hidupnya, HBO membuat film biografi bertajuk “Gia” di tahun 1998 dan dibintangi oleh Angelina Jolie sebagai Gia.
Kecanduan Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang
Begitu kecanduannya Gia terhadap alkohol dan obat-obatan terlarang seperti heroin, Gia kerap menangis saat tidak dapat menemukan obat-obatannya. “Saya benar-benar harus membaringkannya di tempat tidur sampai dia tertidur,” kenang fotografer Francesco Scavullo, pada suatu pemotretan busana. Diperkirakan, Gia terinfeksi HIV melalui pemakaian jarum suntik bersama.
Pada masa itu penggunaan heroin dianggap sebagai sesuatu yang mewah, dan Gia sedang berada di puncak karirnya sehingga meski para editor mode tahu tentang kecanduan Gia terhadap obat-obatan, mereka tidak peduli. Bahkan di sebuah pemotretan majalah ternama, seorang editor memberi Gia sekantong kokain dan beberapa heroin di lokasi syuting.
Ibunya merawat Gia selama hari-hari terakhirnya. Bak bunga yang sudah layu, kematiannya tidak digembar-gemborkan dan tidak banyak dipublikasikan. Bahkan pemakamannya pun tidak dihadiri oleh teman-teman dan rekannya.
Namun, menjelang akhir hayatnya Gia berusaha meningkatkan kesadaran tentang bahaya narkoba dan AIDS, di mana ia tetap menelurkan foto-foto di hari-hari terakhirnya.
Dan usai mengetahui bahwa ia menderita AIDS, dengan tabah Gia berujar, “Kurasa Tuhan punya rencana untukku,” kata Gia. “Hanya saja bukan di dunia ini.”