Sejak tahun 2000, ada keberhasilan yang signifikan dalam mengurangi jumlah infeksi HIV di antara anak-anak, akan tetapi bagi anak-anak yang sudah terlanjur terinfeksi HIV tak jarang mereka juga terkena infeksi oportunistik dan ini masih merupakan salah satu penyebab utama kematian pada bayi.
Mayoritas anak-anak yang hidup dengan HIV tinggal di Afrika, di mana AIDS tetap menjadi penyebab utama kematian di kalangan remaja. Secara global, 120.000 anak meninggal karena penyakit terkait AIDS pada tahun 2016.
Secara global, jumlah anak-anak (0-14 tahun) yang terinfeksi HIV terus menurun hampir separuhnya. Terlepas dari kemajuan yang signifikan ini, jumlah anak yang terinfeksi HIV tetap sangat tinggi. Ya, pada 2016, 24% ibu hamil yang hidup dengan HIV tidak memiliki akses ke ARV dan ini mengakibatkan bayi mereka terinfeksi HIV; pada tahun yang sama sekitar 160.000 anak terinfeksi HIV dan ini setara dengan 438 anak per hari.
Mayoritas anak-anak yang hidup dengan HIV tinggal di Afrika, di mana AIDS tetap menjadi penyebab utama kematian di kalangan remaja. Secara global, 120.000 anak meninggal karena penyakit terkait AIDS pada tahun 2016. Ini setara dengan 328 kematian setiap hari. Bahkan, anak-anak dengan usia 0-4 tahun yang hidup dengan HIV, lebih mungkin meninggal daripada orang yang hidup dengan HIV pada usia lain. Selain itu, jutaan anak lainnya secara tidak langsung dipengaruhi oleh dampak epidemi HIV pada keluarga dan komunitas mereka.
Tes HIV secara teratur, pengobatan, pemantauan dan perawatan untuk anak-anak yang hidup dengan HIV dapat memungkinkan mereka untuk hidup lama dan menjalani kehidupan yang berkualitas. Namun, kurangnya investasi dan sumber daya yang diperlukan untuk pengujian yang memadai, berikut ARV pediatrik dan program pencegahan yang ramah anak, membuat mereka terus menderita akibat dari epidemi tersebut.
Mengapa anak-anak berisiko terinfeksi HIV?
Mayoritas anak-anak yang hidup dengan HIV terinfeksi melalui penularan ibu-ke-bayi, selama kehamilan, persalinan atau menyusui. Ini kadang-kadang disebut sebagai ‘transmisi vertikal’ atau ‘transmisi ibu-ke-anak’. Transmisi HIV dapat dihentikan, selama ibu hamil memiliki akses untuk mencegah penularan ibu-ke-bayi selama kehamilan, persalinan dan menyusui.
Ibu hamil yang menggunakan ARV dapat terus menyusui anaknya dan mengurangi resiko penularan HIV; namun pada 2013 hanya 49% wanita yang terus menggunakan ARV saat menyusui, padahal tanpa ART, sepertiga bayi yang terinfeksi HIV lantaran terinfeksi ibunya tidak akan mencapai ulang tahun pertama mereka, dan setengahnya tidak akan mencapai ulang tahun kedua mereka.
Meskipun saat ini sangat langka, infeksi HIV dapat terjadi di lingkungan medis. Misalnya, melalui jarum yang belum disterilisasi atau melalui transfusi darah di mana darah yang terinfeksi digunakan. Dilaporkan pada tahun 2012, bahwa selama sepuluh tahun terakhir di Kyrgyzstan, 270 anak telah terinfeksi HIV di rumah sakit sebagai akibat dari dokter yang tidak menjalankan prosedur medis yang benar. Di Indonesia saat ini sudah jauh lebih baik, sudah tidak pernah ada laporan penularan HIV melalui faktor ini.
.
Photo: UNICEF/UNI201846/Schermbrucker