Selama bulan Ramadan, umat Islam menjalankan puasa hampir 14 jam setiap hari selama sebulan penuh. Bagaimana ODHA dapat menjalani puasa dan tetap menjaga kesehatan mereka? Pada dasarnya ODHA masih bisa melakukan ibadah puasa Ramadan dengan baik. Namun tentu ada beberapa syarat yang harus mereka penuhi agar ibadah mereka bisa berjalan dengan lancar. Oleh sebab itulah dalam beberapa kondisi tertentu, puasa mungkin tidak dianjurkan bagi mereka.
ODHA yang berpuasa selama bulan Ramadan disarankan untuk selalu menjaga asupan gizi, terutama asupan makanan saat sahur dan berbuka.
Tentu banyak pertanyaan yang muncul, apakah ODHA dapat berpuasa? Kondisi apa yang diperbolehkan? Kondisi apa yang tidak dianjurkan untuk berpuasa? Dan bagaimana cara minum obat ARV bagi yang masih minum obat ARV per 12 jam, mengingat dengan puasa akan ada interval jarak minum obat lebih dari 12 jam?
Saat ini hampir semua pasien HIV baru akan mendapatkan obat kombinasi dosis tetap atau obat ARV jenis FDC (Fixed-Dose Combination) yaitu kombinasi rejimen Tenofovir + Lamivudine + Efavirenz. Kalian yang menggunakan obat ini bisa menjalankan ibadah puasa tanpa harus mengubah jadwal minum obat, karena hanya diminum per-24 jam.
Beberapa patokan yang bisa digunakan untuk mengatakan kondisi stabil untuk berpuasa adalah:
- Sudah minum obat ARV dengan teratur dan rutin.
- Tidak ada infeksi aktif seperti tuberkulosis, toksoplasmosis, dan lainnya.
- Tidak sedang demam, diare atau mual/ muntah hebat.
Sementara bagi yang sudah senior dan masih menggunakan terapi ARV rejimen lain yang diminum per-12 jam seperti zidovudine, lamivudine, duviral, nevirapine dan lain-lain, tidak usah khawatir karena kalian masih tetap bisa menjalankan ibadah puasa dengan cara mengubah jadwal minum obat yakni diminum saat imsak dan saat berbuka—di mana ini kemungkinan besar aman dan tidak akan menimbulkan risiko resistansi. Efavirenz (bila dipakai) dapat diminum pas sebelum tidur seperti biasa.
Selain itu, ODHA yang berpuasa selama bulan Ramadan juga disarankan untuk selalu menjaga asupan gizi, terutama asupan makanan saat sahur dan berbuka. Hal ini untuk menjaga agar tubuh tidak melemah selama berpuasa, yang nantinya justru berdampak buruk bagi kondisi tubuh.
Sebetulnya, menurut beberapa pakar, resiko terbesar tidak muncul dalam bulan puasa, tetapi justru setelah puasa selesai. Ya, saat itu kita kembali ke jadwal semula, kita mungkin sudah kehilangan rutinitas yang membantu kita ingat memakai obat. Selain itu, biasanya kita akan mudik untuk Lebaran, dan dengan perjalanan yang cukup panjang memungkinkan untuk lupa memakai obat selama dalam perjalanan.
Setelah sampai ke kampung halaman, ada pesta ria, rutinitas tiada, dan mungkin juga keluarga di rumah tidak tahu status kita sehingga kita harus memakai obat secara sembunyi-sembunyi. Sekali lagi, lebih mungkin kita akan lupa atau telat mengkonsumsi obat ARV. Dan setelah kembali dari libur Lebaran, kita juga harus membentuk rutinitas lagi, dengan risiko lupa/telat beberapa kali dalam minggu-minggu pertama.