Quick Facts:
- Thailand memiliki salah satu prevalensi HIV tertinggi di Asia dan wilayah Pasifik, dan menyumbang 9% dari total populasi orang yang hidup dengan HIV di kawasan itu.
- Meskipun epidemi di Thailand sedang menurun, prevalensi tetap tinggi di antara kelompok-kelompok kunci yang terkena dampak yakni lelaki yang berhubungan seksual dengan lelaki, pekerja seks dan kliennya, transgender, pengguna narkoba suntik dan para pendatang.
- Thailand adalah negara pertama yang secara efektif menghilangkan penularan dari ibu ke anak, dengan tingkat penularan kurang dari 2%.
- Thailand berharap menjadi salah satu negara pertama yang mengakhiri AIDS pada tahun 2030. Namun, untuk mencapai hal ini, perlu ekstra penjangkaun terhadap orang muda dan populasi kunci.
Berkat program tes HIV, Thailand telah mencapai 90 dari 90-90-90 target UNAIDS yang pertama karena 91% orang yang hidup dengan HIV di tahun 2016 mengetahui status mereka. Di antara orang-orang yang tahu bahwa mereka positif HIV, 75% sedang dalam pengobatan, 79% di antaranya berhasil menekan jumlah virus mereka.
Baca Juga:
Populasi Kunci
Tak dipungkiri, Epidemi HIV di Thailand terkonsentrasi di antara populasi kunci tertentu, yakni laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, pekerja seks, waria dan orang yang menggunakan narkoba suntik. Pasangan dari populasi ini, kemudian pendatang dan tahanan masyarakat juga lebih rentan terhadap HIV dibandingkan populasi yang lain.
Lantas, apa rahasia di balik menurunnya prevalensi HIV di Thailand? Murni karena keberhasilan program pencegahan HIV. Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa hampir 10 juta orang terhindari dari infeksi HIV karena program intervensi awal dengan populasi kunci yang terkena dampak antara 1990 dan 2010, dan pada 2005 hingga 2016, kematian terkait AIDS menurun hampir dua pertiganya.
Tes HIV dan Konseling
Berkat keberhasilan program tes dan konseling HIV, Thailand telah mencapai 90 target UNAIDS 90-90-90 yang pertama karena 91% orang yang hidup dengan HIV di tahun 2016 mengetahui status mereka. Lantas bagaimana dengan ODHIV yang tidak nengetahui status mereka? Stigma terkait HIV dan diskriminasi dalam perawatan kesehatan, kerap merupakan hambatan berulang yang mencegah orang melakukan tes HIV.
Kriminalisasi juga menjadi masalah, terutama bagi orang-orang yang menggunakan narkoba yang takut ditangkap atau ditahan. Lalu ada pula etnisitas atau kebangsaan migran, orientasi seksual, masalah kesehatan mental atau koinfeksi dengan TB, adalah stigma tambahan yang mencegah orang melakukan tes HIV.
Usia juga kerap menjadi penghalang untuk tes HIV, meskipun larangan orang berusia 18 tahun untuk melakukan tes HIV tanpa persetujuan orang tua telah dicabut pada tahun 2012.
Organisasi berbasis komunitas lokal, juga merupakan salah satu faktor keberhasilan Thailand mengalahkan epidemi HIV dan AIDS, dengan cara melakukan penjangkauan untuk mengakses layakan tes HIV. Mereka yang dinyatakan positif HIV, kemudian diberi dukungan oleh rekan-rekan mereka untuk mengakses perawatan dan pengobatan.
Selain itu, pada tahun 2016, studi percontohan tentang tes HIV yang dilakukan secara mandiri di antara pria yang berhubungan seks dengan pria dan transgender perempuan, sedang dilakukan dengan tujuan untuk implementasi yang lebih luas jika terbukti efektif.
Program pencegahan HIV di Thailand
Pada 2016, 6.400 orang di Thailand terinfeksi HIV. Sekitar dua pertiga di antaranya diidentifikasi sebagai laki-laki (4.300 infeksi di antara mereka yang diklasifikasikan sebagai laki-laki, dibandingkan dengan 2.100 infeksi di antara mereka yang diklasifikasikan sebagai perempuan). Ada kurang dari 100 infeksi baru di kalangan anak-anak (0-14 tahun).
Secara keseluruhan, infeksi baru menurun secara signifikan meskipun angka ini telah melambat dalam beberapa tahun terakhir, turun 50% antara 2010 dan 2016, penurunan paling tajam untuk negara mana pun di kawasan Asia dan Pasifik.
Strategi AIDS Nasional Thailand 2017-2030, bertujuan untuk mengurangi infeksi baru tahunan menjadi kurang dari 1.000 dengan cara mendukung program pencegahan untuk populasi kunci, bekerjasama dengan organisasi lokal untuk menjangkau orang-orang berisiko tinggi di lokasi tempat mereka tinggal dan bekerja.
Ketersediaan dan Penggunaan Kondom
Program Kondom Thailand 100%, yang dimulai pada tahun 1991, menawarkan kondom secara gratis di seluruh negeri, terutama bagi pekerja seks dan rumah prostitusi, untuk mencegah epidemi HIV di negara itu.
Distribusi kondom dan kampanye akan pentingnya kondom telah berjalan dan sering menargetkan kaum muda. Pada tahun 2016, kementerian kesehatan setempat meluncurkan kampanye kondom untuk kaum muda selama tiga tahun, dengan tujuan mendistribusikan sekitar 40 juta kondom gratis per tahunnya.
Mencegah Penularan Dari Ibu ke Anak
Thailand telah membuat langkah besar dalam mengurangi tingkat penularan dari ibu ke anak, di mana pada 2015 tingkat penularan HIV mencapai 1,9% atau hanya 86 anak yang terinfeksi, ini sama dengan penurunan lebih dari 90% selama 15 tahun terakhir.
Tingkat penularan 2% atau di bawah dianggap oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara efektif menghilangkan penularan HIV dari ibu-ke-bayi, dan Thailand adalah negara pertama di kawasan Asia Pasifik yang mencapai tonggak penting ini.
Pada 2016, 95% wanita hamil Thailand dan non-Thailand yang hidup dengan HIV menerima obat antiretroviral untuk mengurangi risiko penularan, dan 80% bayi yang lahir dari wanita ODHIV dites untuk HIV dalam waktu dua bulan setelah kelahiran.
Profilaksis Pra Pajanan (PrEP)
Profilaksis pra pajanan (PrEP) adalah pengobatan antiretroviral yang dipakai oleh non ODHIV sebelum pajanan terhadap HIV, untuk menghentikan penularan. PrEP mulai diujicobakan di Thailand pada tahun 2014 dan pada tahun 2016, PrEP digunakan di lima lokasi untuk pria yang berhubungan seks dengan pria dan wanita transgender.
Juga pada 2016, antara 4.000 dan 4.500 orang di Thailand menggunakan PrEP dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 7.000 hingga 7.500 pada akhir 2018.
Pengobatan Antiretroviral (ART) di Thailand
Thailand menyediakan pengobatan antiretroviral (ART) secara gratis, dan Thailand merupakan satu dari tiga negara di Asia Tenggara selain Kamboja dan Singapura, yang telah berhasil pada pemberian ARV bagi ODHIV.
Thailand juga berhasil menekan viral load, yang berarti HIV telah ditekan sedemikian rupa dalam tubuh mereka sehingga mereka cenderung berada dalam kesehatan yang baik dan sangat kecil kemungkinan akan menularkan virus ke orang lain bahkan nol.
Pada Oktober 2014, Thailand memperpanjang program ART untuk semua yang hidup dengan HIV, terlepas dari jumlah CD4 mereka sejalan dengan pedoman pengobatan WHO terbaru. Sejak itu, identifikasi kasus baru yang lebih menyeluruh telah diperkenalkan untuk memastikan orang mulai menerima pengobatan sesegera mungkin setelah diagnosis.