Tak dipungkiri HIV/AIDS memiliki dampak yang cukup SERIUS DAN buruk pada anak-anak dari negara miskin dan berkembang, Di mana penyakit ini menyerang anak-anak secara langsung melalui infeksi, menjadikan mereka yatim piatu, dan menempatkan beban berat pada bahu muda mereka saat ada anggota keluarga yang jatuh sakit.
Anak-anak yang menjadi yatim piatu lantaran ditinggalkan orangtua yang mengidap AIDS, berisiko mengalami pelecehan, eksploitasi, diskriminasi, masalah pertumbuhan dan penyakit lainnya.
Mayoritas infeksi HIV/AIDS pada bayi dan anak kecil terjadi melalui penularan dari ibu ke anak, baik melalui perinatal (yakni melalui darah ibu di rahim atau saat lahir), atau melalui menyusui. Pelecehan seksual juga menyebabkan sejumlah kecil infeksi pada anak-anak. Beberapa anak justru terinfeksi saat mereka aktif secara seksual pada usia yang sangat muda. Meskipun HIV dapat berkembang lebih cepat pada anak-anak ketimbang pada orang dewasa, mereka masih mungkin menikmati kehidupan berkualitas selama bertahun-tahun, terutama jika mereka mendapat perawatan yang mendukung.
Beban Anak-anak Dari Orangtua yang Meninggal Karena AIDS
Anak-anak yang menjadi yatim piatu lantaran ditinggalkan orangtua yang mengidap AIDS, berisiko mengalami pelecehan, eksploitasi, diskriminasi, masalah pertumbuhan dan penyakit lainnya daripada anak yatim piatu karena sebab yang lain. Dampak HIV/AIDS juga mempengaruhi anak dalam banyak hal, termasuk mengambil tanggung jawab orang dewasa.
Karena orangtua dan anggota keluarga lainnya jatuh sakit, anak-anak harus bisa merawat orang yang sakit, merawat adik-adik mereka, melakukan pekerjaan rumah tangga dan menghasilkan pendapatan. Anak tertua bahkan bisa jadi berperan sebagai kepala rumah tangga. Anak-anak yang tidak dapat menemukan pekerjaan mungkin dipaksa menikah dini, terlibat dalam praktek prostitusi, melakukan kejahatan atau mengemis di jalanan.
Anak-anak yang menyaksikan orangtua mereka menderita kemudian meninggal karena AIDS, mengalami tekanan emosional yang parah. Dampak psikologis dari menyaksikan orangtua yang meninggal karena AIDS lebih besar dialami anak-anak tersebut dibanding mereka yang orangtuanya meninggal mendadak karena sebab yang lain. Dengan AIDS, ada periode dimana mereka mengalami stres, penderitaan dan ketidakpastian yang panjang sebelum orangtua meninggal dunia.
Di masyarakat miskin, kekhawatiran tentang kelangsungan hidup di masa depan dapat menambah tingkat stres anak yang sudah tinggi. Ketergantungan emosional yang sedang berlangsung dapat menyebabkan masalah seperti depresi dan perilaku agresif. Mereka juga beresiko lebih tinggi untuk mengembangkan perilaku antisosial (seperti aktivitas kriminal dan penyalahgunaan obat terlarang) dan gagal menjadi anggota masyarakat yang produktif.
Diskriminasi dan Stigma Masyarakat
Masyarakat dapat melakukan diskriminasi terhadap anak-anak yang memiliki HIV, yang memiliki anggota keluarga dengan HIV, atau yang telah menjadi yatim piatu oleh AIDS. Hal ini menempatkan mereka pada risiko pelecehan dan pengucilan dari masyarakat, yang membuat mereka bisa kehilangan kebutuhan primer seperti rumah dan pendidikan. Stigma yang masih sering dikaitkan dengan HIV/AIDS juga membuat anak-anak lebih sulit mengatasi penyakit dan kematian orangtua mereka. Dengan meningkatnya angka kematian di kalangan orang dewasa, beban untuk merawat anak sering diambil alih oleh kakek-nenek mereka, yang mungkin sudah tidak lagi memiliki kemampuan fisik dan finansial. Hasilnya, banyak anak yatim piatu karena AIDS tumbuh dalam kondisi miskin dan beberapa akan menjadi tunawisma dan dipaksa tinggal di jalanan.
Keluarga yang terkena HIV/AIDS mungkin memiliki lebih sedikit Yang mendapatkan makanan dengan nutrisi yang cukup. nutrisi buruk akan mengakibatkan masalah perkembangan dan pertumbuhan pada anak, dan membuat mereka gagal di sekolah. Akibatnya, anak-anak terutama anak perempuan, mungkin harus putus sekolah untuk merawat orangtua yang sakit, bekerja, atau merawat rumah tangga. Anak yatim juga bisa meninggalkan sekolah karena diskriminasi atau tekanan emosional, atau karena mereka tidak mampu membayar uang sekolah. karena mereka cenderung tidak mendapatkan pendidikan dan keterampilan yang memadai, mereka rentan terhadap perilaku seks yang tidak aman dan eksploitasi seksual.
Terkadang orangtua meninggal tanpa membuat ketentuan keuangan untuk anak-anak mereka, atau dengan utang finansial yang belum diselesaikan. Dalam beberapa kasus, wasiat dikesampingkan oleh keluarga atau hukum adat, yang mengakibatkan hilangnya warisan bagi anak-anak. Terkadang anak-anak kehilangan rumah tempat mereka tinggal, Pelecehan fisik dan seksual. Anak-anak tanpa perlindungan orangtua atau keluarga lebih rentan terhadap pelecehan fisik dan seksual, yang meningkatkan risikonya terhadap infeksi HIV. Tidak adanya perlindungan dan perawatan orangtua, dikombinasikan dengan infeksi HIV, berkontribusi secara signifikan terhadap peningkatan kematian anak-anak di negara-negara yang paling banyak terkena dampak HIV/AIDS.