QUICK FACT:
- Tahukah kamu bahwa lebih dari separuh pengidap HIV di seluruh dunia adalah kaum perempuan, di mana perempuan muda (10-24 tahun) dua kali beresiko terinfeksi HIV dibandingkan kaum lelaki. Kaum perempuan rentan terhadap HIV lantaran berbagai faktor seperti status sosial, ekonomi dan budaya yang tidak setara.
- Sikap yang menabukan perilaku seks di luar nikah dan terbatasnya otonomi sosial perempuan, dapat mengurangi kemampuan mereka untuk mengakses layanan kesehatan seksual dan reproduksi termasuk HIV. Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi penularan HIV dari ibu ke bayi, namun masih banyak yang harus dilakukan untuk mengurangi diskriminasi, ketidaksetaraan dan kekerasan berbasis gender yang dihadapi perempuan dan anak-anak perempuan yang menyebabkan mereka berisiko terinfeksi HIV.
Sejak dimulainya epidemi HIV global, lebih dari separuh ODHA adalah kaum perempuan, di mana penyakit yang terkait dengan AIDS menjadi penyebab utama kematian bagi wanita berusia subur yakni 15-44 tahun.
Sejak dimulainya epidemi HIV global, lebih dari separuh ODHA adalah kaum perempuan, di mana penyakit yang terkait dengan AIDS menjadi penyebab utama kematian bagi wanita berusia subur yakni 15-44 tahun. Wanita muda (10-24 tahun) dan remaja perempuan (10-19 tahun) pada khususnya, rentan terinfeksi HIV. Ini karena remaja putri dua kali lebih mungkin terinfeksi HIV dari rekan pria mereka — termasuk mereka yang terinfeksi melalui medium suntikan.
Pada tahun 2015, berdasarkan data dari Avert.com, diketahui bahwa 20% dari mereka yang baru terinfeksi HIV merupakan perempuan berusia 15-24. Ini setara dengan sekitar 7.500 wanita muda di seluruh dunia yang mendapatkan HIV setiap minggunya. Tak dipungkiri, epidemi HIV/AIDS telah menjadi wabah bagi kaum perempuan.
Mengapa Perempuan dan Anak Perempuan Berisiko Terinfeksi HIV?
Ada berbagai banyak faktor yang menempatkan kaum perempuan dan anak perempuan rentan terhadap HIV; status sosial, ekonomi dan budaya yang tidak setara di masyarakat, Kekerasan seksual, praktik tradisional seperti sunat perempuan yang berbahaya, memperkuat dinamika kekuatan yang tidak setara antara pria dan wanita. Merebaknya HIV di kalangan perempuan tak pelak juga dipengaruhi oleh diskriminasi dan ketidaksetaraan gender.
Kurangnya Akses Terhadap Layanan Kesehatan
Di beberapa negara, perempuan juga menghadapi hambatan signifikan untuk mengakses layanan kesehatan. Hambatan ini terjadi pada tingkat individu, interpersonal, di mana terjadi praktek diskriminasi dari penyedia layanan dan kualitas layanan yang buruk terhadap seksualitas perempuan. Prosedur yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi perempuan tak jarang dilakukan tanpa persetujuan, termasuk sterilisasi paksa, pemeriksaan keperawatan paksa dan aborsi paksa.
Dalam beberapa kasus, penyedia layanan kesehatan bahkan tidak sepenuhnya memahami undang-undang seputar persalinan pada orang dengan HIV, sehingga tak jarang banyak bayi tertular HIV dari ibunya. Selain itu, di beberapa negara — kebanyakan di Benua Afrika, perempuan memerlukan persetujuan dari pasangan atau mitra mereka untuk mengakses layanan kesehatan seksual atau reproduksi. Kurangnya akses terhadap layanan HIV dan kesehatan seksual reproduksi yang komprehensif, mengakibatkan kaum perempuan kurang dapat menjaga kesehatan seksual dan reproduksi mereka, sehingga rentan terhadap HIV.