Ketika Anda terdiagnosis positif HIV, seluruh dunia dapat berubah dalam sekejap. Penting untuk mempelajari tentang efek samping dari infeksi virus ini, dan bagaimana pengaruhnya terhadap kualitas hidup Anda. Seperti halnya diagnosis, sejumlah efek samping dapat terjadi akibat infeksi HIV, ditambah efek samping dari pengobatan ARV antara lain yakni depresi.
Depresi dapat menyebabkan orang yang terinfeksi HIV menghentikan perawatan mereka, termasuk berhenti mengunjungi klinik, dan tidak lagi melakukan perawatan kesehatan.
Baca Juga:
Apa Penyebab Depresi Pada Pasien HIV?
Infeksi HIV itu sendiri tidak menyebabkan depresi, begitu juga perkembangan penyakit ini tidak secara otomatis menyebabkan depresi. Namun terdapat “Titik Krisis” yang merupakan awal pintu masuk depresi pada orang yang terinfeksi HIV, yakni:
- Diagnosis awal HIV
- Respon yang didapatkan pada saat memberitahu teman dan keluarga bahwa Anda telah terinfeksi HIV
- Efek samping ARV (beberapa obat ARV berisiko mengembangkan masalah kejiwaan)
- gejala perkembangan penyakit
- Rawat inap
- Penyakit fisik
- Kematian kawan sebaya ODHA
- Diagnosis AIDS
- Kembali berbaur dengan masyarakat sekitar seperti kembali bekerja dan kembali ke sekolah
- Perubahan besar dalam kehidupan (misal kehamilan, kelahiran, relokasi, perubahan pekerjaan, kehilangan pekerjaan, hubungan berakhir atau putus cinta).
Bagaimana Mengobati Depresi?
Pengobatan depresi sangat penting pada pasien yang didiagnosis dengan HIV. Jika tidak diobati, depresi dapat menyebabkan orang yang terinfeksi HIV menghentikan perawatan mereka, termasuk berhenti mengunjungi klinik, dan tidak lagi melakukan perawatan kesehatan.
Selain itu, jika depresi tidak kunjung diobati, maka dapat menyebabkan, termasuk penyalahgunaan alkohol, penggunaan narkoba, hingga perilaku seks tidak aman yang dapat menularkan HIV kepada orang lain. Selain membuat progresi penyakit lebih cepat dari biasanya, depresi dapat menyebabkan kematian yang diakibatkan bunuh diri dan kualitas hidup yang menurun.
Kabar baiknya, ada pilihan perawatan yang tersedia untuk membantu Anda mengatasi depresi. Perubahan gaya hidup dan obat-obatan terbukti telah menjadi alat yang efektif dalam membantu mereka yang berjuang melawan depresi. Obat antidepresan terbukti secara efektif mengobati depresi.
Jika Anda seorang ODHA yang menggunakan antidepresan, perhatikan dengan seksama apa pun efek samping pada saat menggunakan obat ini. karena ada kemungkinan interaksi antara antidepresan dan obat-obatan ARV. Antidepresan yang paling sering diresepkan adalah golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) dan antidepresan trisiklik. Keduanya dapat menyebabkan efek samping, seperti kehilangan hasrat seksual dan fungsi seksual, sakit kepala, insomnia, kelelahan, detak jantung yang tidak menentu, sembelit, dan sakit perut. Semua obat harus digunakan di bawah pengawasan dokter.
Perubahan gaya hidup tertentu juga ditemukan efektif dalam mengobati gangguan depresi. Ini termasuk olahraga teratur dan terpapar sinar matahari, konseling, manajemen stres, dan memperbaiki kebiasaan tidur. Pijat dan akupunktur juga telah ditemukan sebagai terapi alternatif yang baik untuk depresi.
Untuk mendapatkan hasil maksimal dari perawatan Anda, maka:
- Pergi ke layanan kesehatan secara rutin
- Jangan berhenti menggunakan obat HIV atau obat depresi Anda (kecuali disarankan oleh dokter)
- Pelajari kedua kondisi Anda, HIV dan depresi, dan pelajari tanda, gejala dan peringatan
- Hindari obat-obatan terlarang dan alkohol
- Secara teratur menghadiri sesi konseling atau psikoterapi
- Tetap aktif