Photo by artalvesmon from freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Banyak lelaki yang hidup dengan HIV yang mengalami disfungsi ereksi. Hal ini mungkin disebabkan oleh kondisi fisik atau psikologis, atau lebih sering kombinasi keduanya. Faktor-faktor seperti menghadapi diagnosis baru, stigma, dan kecemasan terkait infeksi HIV bisa menjadi penyebabnya, termasuk faktor usia, diabetes, penyakit jantung, minum obat HIV jenis tertentu dan berapa lama kamu meminum obat ini.
Faktor lain yang umumnya terkait dengan disfungsi ereksi termasuk usia yang lebih tua, kadar testosteron rendah, penggunaan alkohol atau narkoba, kecemasan dan depresi.
Baca Juga:
Kesehatan seksual adalah bagian penting dari kesehatan kita secara keseluruhan. Masalah pada kesehatan seksual ini dapat berdampak pada perasaan kita tentang diri sendiri. Memiliki masalah seksual juga dapat menunjukkan bahwa ada area lain dari kesehatan fisik dan psikologis yang perlu diperhatikan.
Apa itu disfungsi ereksi? Disfungsi ereksi (atau impotensi) adalah ketika kita tidak bisa mendapatkan atau mempertahankan ereksi yang memungkinkan kamu untuk berhubungan seks. Kebanyakan lelaki terkadang tidak dapat ereksi, mungkin disebabkan oleh terlalu banyak minum alkohol, menggunakan obat-obatan terlarang, kecemasan atau kelelahan.
Disfungsi ereksi sering menyerang lelaki seiring bertambahnya usia. Hal ini juga lebih sering terjadi pada laki-laki dengan HIV dibandingkan pada populasi umum, meskipun sulit untuk memperkirakan berapa banyak laki-laki dengan HIV yang terpengaruh. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 40 sampai 60% laki-laki dengan HIV mungkin memiliki beberapa derajat disfungsi ereksi.
Disfungsi ereksi disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis. Hal ini sering dikaitkan dengan kondisi yang memengaruhi aliran darah di penis, termasuk diabetes, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, merokok, obesitas dan penyakit jantung. Faktor lain yang umumnya terkait dengan disfungsi ereksi termasuk usia yang lebih tua, kadar testosteron rendah, penggunaan alkohol atau narkoba, kecemasan dan depresi.
Penyebab fisik disfungsi ereksi pada pria dengan HIV
Selain faktor-faktor yang disebutkan di atas, ada faktor-faktor khusus yang penting jika kamu hidup dengan HIV. Hal ini termasuk hidup dengan HIV dalam waktu yang lebih lama, jumlah CD4 yang lebih rendah ketika pertama kali didiagnosis, dan mungkin menggunakan obat HIV tertentu. Jika kamu memiliki HIV dan hepatitis C, atau menderita redistribusi lemak tubuh (lipodistrofi), kamu lebih mungkin mengalami kesulitan ereksi.
Banyak lelaki dengan HIV memiliki kadar testosteron rendah (hipogonadisme). Hal ini bisa sulit untuk didiagnosis karena beberapa gejala (seperti kehilangan vitalitas, hasrat seksual yang rendah, kepadatan mineral tulang yang rendah dan kehilangan massa otot) kurang spesifik dan dapat terjadi pada laki-laki dengan HIV yang memiliki kadar testosteron normal. Penyakit kronis, replikasi HIV, obat antiretroviral, lipodistrofi, sindrom metabolik, komorbiditas dan koinfeksi lainnya dapat berkontribusi pada tingkat testosteron yang rendah pada orang yang hidup dengan HIV.
Biasanya, ereksi spontan di malam hari atau di pagi hari merupakan indikator yang baik dari status testosteron. Ereksi spontan berarti kita memiliki cukup testosteron dalam darah dan juga akan membantu dokter menyingkirkan penyebab fisik impotensi lainnya.
Karena HIV dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, hubungan antara disfungsi ereksi dan penyakit jantung sangat penting bagi lelaki yang hidup dengan HIV. Impotensi dapat menjadi penanda awal penyakit jantung yang tidak terdiagnosis. Jika kamu hidup dengan HIV dan mengalami kesulitan ereksi, kamu harus melakukan penilaian risiko kardiovaskular menyeluruh dan faktor risiko apa pun untuk penyakit jantung pun harus ditangani.
Gaya hidup dan disfungsi ereksi
Kolesterol, tekanan darah tinggi, diabetes, dan kondisi kesehatan lainnya dapat berkontribusi pada disfungsi ereksi. Perubahan gaya hidup dapat membantu jika kamu:
- Menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan.
- Berolahraga secara teratur, terutama aktivitas yang meningkatkan detak jantung, seperti berjalan cepat, menari, berkebun, dan bersepeda.
- Tidak merokok.
Sumber: Erectile dysfunction and HIV