Photo by @jennifervaughanhiv from instagram
Aku tidak akan pernah melupakan hari ketika dinyatakan positif HIV. Saat aku mendengar kata-kata itu, “Maaf Jennifer, hasil tes HIV kamu positif,” semuanya memudar menjadi kegelapan. Kehidupan yang selama ini kukenal lenyap dalam sekejap.
Sekitar 5 hari setelah didiagnosis, aku mengetahui memiliki jumlah CD4 sebesar 84. Kisaran normal adalah antara 500 – 1.500. Aku juga mengetahui bahwa aku menderita pneumonia dan AIDS. Ini adalah pukulan dan rintangan lain yang harus kuhadapi.
Baca Juga:
Aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, lahir dan besar di California, Amerika Serikat. Aku memiliki masa kanak-kanak yang bahagia, lulus dari perguruan tinggi, dan kini seorang ibu tunggal dari tiga anak. Tapi hidupku berubah setelah diagnosis HIV. Tiba-tiba aku merasakan begitu banyak rasa malu, penyesalan, dan ketakutan yang mendarah daging.
Tapi ketika aku mencapai fase di mana status virusku tidak terdeteksi, hal itu membuatku mampu mengendalikan hidupku lagi. Menjadi tidak terdeteksi memberi makna dan harapan baru bagi orang yang hidup dengan HIV (ODHIV), di mana ini tidak mungkin terjadi di masa lalu.
Diagnosis
Didiagnosis saat berusia 45 tahun, hidupku baik-baik saja, anak-anakku hebat, dan aku sedang jatuh cinta. HIV tidak pernah terlintas di benakku. Sebelum melakukan tes HIV, aku telah sakit selama berminggu-minggu dengan gejala demam, nyeri, mual dan sariawan. Apa yang telah kulakukan sehingga terinfeksi HIV?
Saat itu yang bisa kupikirkan hanyalah semua yang telah kuperjuangkan sebagai ibu, guru, kekasih, dan semua yang kuharapkan dalam dunia ini, bukanlah apa yang pantas kudapatkan karena HIV adalah apa yang mendefinisikan aku sekarang.
Sekitar 5 hari setelah didiagnosis, aku mengetahui memiliki jumlah CD4 sebesar 84. Kisaran normal adalah antara 500 – 1.500. Aku juga mengetahui bahwa aku menderita pneumonia dan AIDS. Ini adalah pukulan dan rintangan lain yang harus kuhadapi.
Secara fisik, aku berada pada kondisi terlemah, juga secara mental. Salah satu kata pertama yang muncul di benakku tak lama setelah diagnosis AIDS adalah absurditas. Aku secara metaforis mengangkat tangan ke udara dan menertawakan kegilaan dari apa yang terjadi dalam hidupku. Ini bukan rencanaku.
Aku ingin menghidupi anak-anak dan memiliki hubungan yang panjang, penuh kasih, dan memuaskan secara seksual dengan kekasihku. Hasil tes kekasihku negatif, tetapi tidak jelas bagiku apakah semua ini mungkin terjadi ketika hidup dengan HIV.
Bangkit
Masa depan tidak pernah bisa diketahui. Yang bisa kulakukan hanyalah fokus pada apa yang bisa kukendalikan, dan itu membuat hidupku menjadi lebih baik. Dengan disiplin mengonsumsi obat, aku perlahan mulai merasa semakin baik. Tak disangka, saat tubuhku sembuh, rasa maluku juga mulai memudar.
Ketika didiagnosis dengan HIV, kamu dengan cepat mengetahui tentang jumlah CD4, viral load, dan hasil yang tidak terdeteksi, adalah istilah baru yang akan kamu gunakan selama sisa hidupmu. Sebagai ODHIV, kamu ingin jumlah CD4 menjadi tinggi, dan viral load rendah hingga tidak terdeteksi adalah pencapaian yang diinginkan. Ini berarti bahwa tingkat virus dalam darah kita sangat rendah sehingga tidak dapat dideteksi.
Dengan meminum antiretroviral (ARV) setiap hari dan mendapatkan status tidak terdeteksi, itu berarti aku memegang kendali dan virus ini tidak lagi membelenggu.
Memiliki status HIV yang tidak terdeteksi adalah sesuatu untuk dirayakan. Ini berarti obat yang diminum bekerja dengan baik dan kesehatan kita tidak lagi terganggu oleh HIV. Kamu dapat melakukan hubungan seks tanpa kondom jika memilih untuk melakukannya, tanpa khawatir menularkan virus ke pasangan seksualmu. Namun kondom masih diperlukan untuk mencegah infeksi seksual lainnya.
Menjadi tidak terdeteksi berarti aku adalah aku dalam versi yang baru, di mana aku tidak merasa HIV sedang mengendalikan hidupku. Aku merasa dalam kendali penuh. Itu sangat membebaskan ketika kita hidup dengan virus yang telah merenggut lebih dari 32 juta nyawa sejak awal epidemi.
Bagi orang yang hidup dengan HIV, tidak terdeteksi adalah skenario kesehatan yang optimal. Ini juga berarti risiko kita menularkan virus ke pasangan seksual menjadi sangat rendah bahkan hampir nol. Ini tentu bisa mengurangi stigma yang sayangnya masih ada hingga saat ini.
Pada akhirnya, HIV hanyalah virus yang dapat dikendalikan dengan obat-obatan. Jika kita membiarkan HIV berkembang biak di dalam tubuh, ini hanya akan membuat kita merasa malu, takut atau bahkan merasa terhukum — dan itu artinya, HIV telah menang! Kita tidak boleh kalah dari virus tersebut.
Setelah 35 tahun pandemi terlama di dunia, bukankah sudah saatnya umat manusia akhirnya mengalahkan pengganggu bernama HIV ini? Membuat setiap orang yang hidup dengan HIV hingga mencapai status tidak terdeteksi adalah strategi terbaik kami. Ya, aku adalah bagian dari tim HIV tidak terdeteksi sampai akhir!