Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Di bulan Maret, tepatnya pada 8 Maret dunia memperingati International Women’s Day atau Hari Peringatan Perempuan se-Dunia. Sayangnya ini hanya sebatas slogan, terutama bagi perempuan yang hidup dengan HIV (ODHIV) di Afrika Selatan dan juga di Indonesia. Di Afrika Selatan, wanita hamil dengan status HIV positif, dipaksa untuk menjalani sterilisasi oleh rumah sakit pemerintah, menurut temuan penyelidikan setempat seperti yang dilaporkan oleh Bloomberg pada Februari 2020.
“Kamu orang dengan HIV, tidak pernah bertanya ketika kamu memutuskan mengandung bayi. Kenapa kamu harus bertanya sekarang?” demikian jawaban ketus seorang perawat di rumah sakit, seperti yang dikutip dalam laporan tersebut. “ODHIV yang memutuskan untuk memiliki anak seharusnya tidak diperbolehkan, karena itu hanya mengganggu kami,” jawab perawat itu lagi.
Baca Juga:
Lembaga Bantuan Hukum khusus perempuan di Afrika, telah mengajukan keluhan ini sejak tahun 2015 yang kemudian ditindaklanjuti oleh penyelidikan Komisi untuk Kesetaraan Gender pemerintah Afrika Selatan. LBH di sana juga telah mendokumentasikan 48 kasus perempuan dipaksa untuk melakuan sterilisasi, saat hendak melahirkan.
Laporan komisi tersebut mendapati bahwa staf medis di rumah sakit pemerintah telah memperlakukan para perempuan ODHIV dengan tidak manusiawi, dan mengatakan kepada beberapa orang bahwa mereka akan mati jika mereka tidak disterilkan. Bloomberg juga melaporkan, terkadang para perempuan tersebut juga dipaksa menandatangani formulir yang tidak mereka pahami isinya, dan ketika mereka mengajukan pertanyaan serta mengungkapkan ketakutan, mereka kerap diabaikan.
“Kamu orang dengan HIV, tidak pernah bertanya ketika kamu memutuskan mengandung bayi. Kenapa kamu harus bertanya sekarang?” demikian jawaban ketus seorang perawat di rumah sakit, seperti yang dikutip dalam laporan tersebut. “ODHIV yang memutuskan untuk memiliki anak seharusnya tidak diperbolehkan, karena itu hanya mengganggu kami,” jawab perawat itu lagi.
Tidak jelas berapa banyak wanita yang telah disterilisasi, tetapi seorang pengacara dari LBH khusus perempuan tersebut mengatakan bahwa praktik ini kemungkinan masih berlangsung. Komisi untuk Kesetaraan Gender telah meminta Kementerian Kesehatan Afrika Selatan untuk turun tangan dan memastikan praktik ini dihentikan dan bahwa para wanita yang terkena dampak sterilisasi secara paksa diberi kompensasi.
Kekerasan Pada ODHIV Perempuan di Indonesia
Dan kisah tersebut sejatinya tidak hanya di Afrika Selatan, tetapi juga di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh IPPI (Ikatan Perempuan Positif Indonesia) pada 2014 mengatakan bahwa sterilisasi ‘paksa’ pada perempuan ODHIV pernah terjadi di masyarakat. Padahal, setiap perempuan berhak memiliki keturunan dan itu adalah hak yang tak boleh dilanggar.
Sterilisasi ‘paksa’ yang dimaksud disebabkan lantaran perempuan ODHIV kerap kali tidak diberi pilihan lain untuk mencegah penularan virus HIV ke anak. Sterilisasi menjadi sangat rentan terjadi pada perempuan HIV yang kekurangan informasi. Mereka diberikan pilihan untuk melakukan sterilisasi, dengan alasan demi mencegah terjadinya infeksi baru. Padahal saat ini sudah ada program pencegahan penularan ibu ke anak yang di sediakan oleh pemerintah.
Dan seringkali yang melakukan kegiatan sterilisasi tersebut adalah pasangan si perempuan itu sendiri. Bentuknya pun bermacam-macam mulai dari pemaksaan minum pil KB, IUD, hingga pemaksaan langsung dengan memasukkan berbagai benda ke vagina dengan harapan rahim rusak dan tak mampu menghasilkan keturunan. Bahkan ada juga yang vaginanya dimasukkan deodoran yang dilapisi kondom, setelah itu si prianya main tinggal begitu saja. Akhirnya kondom tersebut mengendap selama berhari-hari di dalam vagina sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit untuk dikeluarkan.
Data soal berapa jumlah kasus serta korban sterilisasi paksa memang sulit diketahui. Pasalnya, masih ada keengganan dan rasa malu dari korban sendiri, mengingat stigma negatif masyarakat untuk ODHIV yang demikian besar. Ini benar-benar terjadi, kami mendengar langsung dari korban yang memang tidak mau dipublikasikan dengan alasan takut dicap macam-macam. Balik lagi ke soal stigma negatif masyarakat, perempuan ODHIV sering diartikan sebagai perempuan nakal padahal banyak dari mereka adalah korban. Namun saat ini sudah ada upaya perbaikan dari pemerintah sehingga angka laporan sterilisasi paksa terus menurun.