Photo by cookie_studio from freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Tahukah kamu bahwa sekitar satu dari lima orang yang hidup dengan HIV tidak terdiagnosis. Sebagai pintu gerbang menuju pengobatan dan pencegahan, tes HIV sangat penting. Sayangnya, tes HIV seringkali tidak dapat diakses oleh mereka yang membutuhkannya. Skrining HIV mandiri dapat memainkan peran penting dalam menutup kesenjangan antara orang yang hidup dengan HIV dan mereka yang mengetahui statusnya.
Skrining HIV mandiri merupakan opsi yang memberdayakan.
Baca Juga:
Di Afrika, skrining HIV mandiri merupakan pilihan penting bagi mereka yang ingin memeriksa status HIV mereka.
1. Tes mandiri HIV memberi individu kendali atas kesehatan mereka
Bagi populasi yang rentan terpapar HIV, skrining HIV mandiri memberikan kekuatan untuk mengetahui status HIV mereka. Di Afrika, harga skrining HIV mandiri sebesar 1 dolar AS, mempersempit kesenjangan dengan biaya tes HIV yang digunakan di klinik kesehatan, dan merupakan peluang untuk mengkatalisasi penggunaan skrining HIV mandiri di lebih banyak negara serta untuk rentang pengguna yang lebih luas.
Pengujian konvensional sering dilakukan di fasilitas yang ditunjuk dan dilakukan oleh petugas kesehatan. Ini bisa menjadi penghalang besar bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang tinggal di pedesaan, bepergian ke pusat kota untuk melakukan tes mungkin terasa sulit. Ketakutan akan stigma saat melakukan tes juga menjadi perhatian.
Skrining HIV mandiri merupakan opsi yang memberdayakan. Bayangkan saja, kamu dapat pergi ke apotek dan membeli skrining HIV mandiri tanpa menjelaskan mengapa atau semacamnya. Kamu hanya sekadar mengambilnya kemudian mengikuti tes, ini akan memberikan ketenangan pikiran pada dirimu sendiri.
2. Berbagai jenis tes bekerja paling baik untuk orang yang berbeda
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan negara-negara untuk menggunakan skrining HIV mandiri sebagai bagian dari pendekatan berbeda dan komprehensif untuk layanan tes HIV. Skrining HIV mandiri memberi negara fleksibilitas untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya sambil meningkatkan akses ke tes.
Skrining HIV mandiri yang paling umum digunakan di pasaran saat ini adalah tes oral. Klien mengumpulkan sampel dengan menyeka gusi mereka. Di Afrika, skrining HIV mandiri menggunakan tes berbasis darah, yang menggunakan sampel darah tusukan jari yang mirip dengan tes rapid HIV yang digunakan oleh petugas kesehatan. Seperti semua skrining HIV mandiri yang disetujui WHO, skrining HIV mandiri di Afrika dikemas dengan semua yang dibutuhkan seseorang untuk melakukan tes sendiri, yang hasilnya bisa diketahui dalam rentang waktu setengah jam.
Baik pengujian dilakukan di fasilitas oleh petugas kesehatan, atau di rumah menggunakan skrining HIV mandiri oral atau berbasis darah, ini tentang memberikan pilihan dan tujuan pertama, yaitu memastikan sebanyak mungkin orang mengetahui status HIV mereka.
3. Skrining HIV mandiri mendorong lebih banyak orang untuk memeriksakan status HIV mereka
Peningkatan akses ke tes HIV sangat penting untuk populasi prioritas seperti pekerja seks, pengguna narkoba, waria, dan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. Secara global pada tahun 2020, 65 persen infeksi HIV baru terjadi di antara orang-orang dari populasi prioritas dan pasangannya. Tetapi orang-orang dari kelompok ini sering menghadapi stigma, diskriminasi, bahkan kriminalisasi jika mereka mencari tes HIV di klinik.
Di klinik HIV di Lusaka, Zambia, misalnya, ada orang yang sangat takut pergi ke fasilitas kesehatan padahal mereka memiliki gejala terdefinisi AIDS, tetapi mereka tidak mau pergi dan menjalani tes. Beberapa orang bahkan meninggal tanpa sempat melakukan tes HIV. Tetapi jika mereka memiliki pilihan untuk mendapatkan skrining HIV mandiri dan bisa melakukan tes di rumah, ini mungkin bisa menyelamatkan hidup mereka.
Skrining HIV mandiri dapat meningkatkan akses ke tes HIV – dan dengan perluasan, layanan pencegahan dan pengobatan – untuk populasi prioritas. Berbagai orang, termasuk petugas kesehatan, tokoh masyarakat, dan rekanan dapat mendistribusikan tes, secara signifikan memperluas saluran untuk menjangkau orang yang berisiko. Dalam hal ini, keterlibatan masyarakat sangat penting saat menentukan cara mendistribusikan tes.
4. Skrining HIV Mandiri dapat membebaskan sumber daya saat digunakan di pusat tes
Mendistribusikan skrining HIV mandiri di dalam fasilitas kesehatan dapat mengurangi beban profesional kesehatan yang harus melakukan setiap tes secara individual. Banyak negara menghadapi kekurangan tenaga kesehatan yang diperburuk oleh COVID-19. Skrining HIV mandiri dapat membantu penyedia di klinik yang kekurangan staf meningkatkan akses ke layanan dengan mengurangi waktu yang dibutuhkan per orang yang dites dibandingkan dengan tes konvensional.
5. Skrining HIV Mandiri dapat meningkatkan peluang untuk intervensi pencegahan
Dengan tes HIV mandiri yang diperluas, orang dapat mengambil skrining HIV mandiri dari lokasi yang lebih nyaman, melakukan tes sendiri dan membaca hasilnya secara pribadi, kapan dan di mana pun mereka inginkan. Bagi orang yang berisiko tinggi terinfeksi HIV, tes adalah langkah pertama dalam mengakses intervensi pencegahan, seperti profilaksis pra pajanan (PrEP). Jika mereka membutuhkan pengujian yang lebih sering sebagai bagian dari program pencegahan mereka, tes mandiri juga terasa jauh lebih nyaman.
Jika setiap orang berdaya melakukan skrining atau tes HIV dan mengetahui status mereka serta mampu membuat pilihan tentang kesehatan mereka, baik layanan pencegahannya, pengurangan risiko pajanan dengan menggunakan kondom atau PrEP, atau apapun, ini bisa menghentikan epidemi HIV dan AIDS di seluruh dunia.