By Zinkevych_D
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Masa remaja memang sulit, tetapi menjadi orang tua dari seorang remaja gay, biseksual atau transgender juga menghadirkan tantangan tersendiri. Perjalanannya sering kali penuh dengan momen-momen sulit, canggung, dan emosional, terutama jika menyangkut topik seks.
Orang tua yang suportif yang secara proaktif terlibat dalam percakapan yang sulit tetapi perlu tentang pencegahan HIV memainkan peran kunci dalam kesehatan dan keselamatan remaja, saat mereka memasuki masa dewasa muda dan seterusnya.
Baca Juga:
Tetapi percakapan jujur tentang seks ini perlu terjadi, dan perlu memasukkan PrEP, atau Pre-Exposure Prophylaxis, kombinasi obat anti HIV harian yang mengurangi kemungkinan infeksi pada orang yang paling rentan terpapar HIV hingga 92 persen.
Remaja gay, biseksual dan transgender dianggap lebih rentan terhadap infeksi HIV baru daripada rekan-rekan mereka. Pada tahun 2015, di Amerika Serikat (AS), dilaporkan pemuda berusia 13 hingga 24 tahun menyumbang lebih dari 1 dari 5 diagnosis HIV baru. Dari diagnosis baru itu, 81 persen terjadi di antara laki-laki gay dan biseksual.
Studi terbaru juga memperjelas pesan tentang cara mencegah HIV ternyata tidak cukup menjangkau para remaja. Hal ini karena penggunaan kondom telah menurun dengan 43 persen dari semua siswa sekolah menengah yang aktif secara seksual, tidak menggunakan kondom saat terakhir kali mereka melakukan hubungan seksual. Dari semua lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki lain (LSL), mereka yang berusia 18-24 tahun bahkan tidak tahu tentang PrEP.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, pendidikan seks yang tidak memadai sebagai tantangan utama pencegahan HIV adalah penyebabnya. Mereka menemukan bahwa jumlah sekolah AS yang diwajibkan untuk memberikan instruksi kepada siswa tentang pencegahan HIV menurun dari 64 persen pada tahun 2000 menjadi 41 persen pada tahun 2014.
Remaja gay, biseksual dan transgender juga masih menghadapi stigma yang menghalangi mereka untuk meminta informasi dan mengambil langkah untuk melindungi diri. Sebagai orangtua mungkin saja kamu mendukung anak remaja kalian, tetapi banyak anak remaja yang mungkin tidak seberuntung itu.
Kurangnya dukungan keluarga membuat remaja sulit membuat pilihan yang sehat. Menurut studi Proyek Penerimaan Keluarga Universitas Negeri San Francisco, orang dewasa muda yang melaporkan tingkat penolakan keluarga selama masa remaja, adalah 3,4 kali lebih mungkin telah melakukan hubungan seksual tanpa kondom, belum lagi menderita masalah kesehatan serius lainnya seperti depresi dan kecanduan narkoba. Stigma ini juga terbawa hingga ke layanan kesehatan. Dilaporkan bahwa 80 persen LSL yang aktif secara seksual belum berbicara dengan petugas kesehatan mereka tentang PrEP.
Orang tua yang suportif yang secara proaktif terlibat dalam percakapan yang sulit tetapi perlu tentang pencegahan HIV memainkan peran kunci dalam kesehatan dan keselamatan remaja, saat mereka memasuki masa dewasa muda dan seterusnya. Anak remaja mungkin tidak nyaman dengan percakapan tersebut, tetapi mereka mungkin memerlukan perlindungan PrEP yang menyelamatkan jiwa.
Berikut adalah lima tips untuk berbicara dengan remaja tentang PrEP dan pencegahan HIV:
Informasikan dirimu sebagai orangtua terlebih dahulu
Sebelum mulai berbicara dengan anak remaja, pastikan kamu mengetahui faktor-faktor apa yang akan memengaruhi pengalaman seksual mereka. Dari aplikasi kencan hingga penggunaan narkoba hingga risiko IMS, banyak yang telah berubah di dunia seks sejak orang tua masih remaja. Terlebih lagi, norma perilaku dan perilaku seksual berbeda dalam komunitas gay.
Bersiaplah untuk berbicara tentang PrEP
Percakapan publik seputar PrEP penuh dengan banyak mitos dan informasi yang salah. Sering ada ketakutan tentang efek samping dan biayanya yang dianggap mahal. Namun kenyataannya PrEP adalah alat pencegahan HIV yang ampuh dan dapat dikombinasikan dengan kondom dan metode pencegahan lainnya untuk memberikan perlindungan yang lebih besar.
Efek samping untuk orang dewasa umumnya gejala ringan seperti sakit kepala dan sakit perut yang biasanya sembuh dalam beberapa minggu pertama memulai pengobatan. Orang tua dan remaja juga harus mewaspadai risiko efek samping jangka panjang seperti perubahan kepadatan tulang dan masalah ginjal. Individu yang memilih untuk memulai PrEP harus bekerjasama dengan dokter untuk memantau risiko ini dengan cermat seperti halnya dengan obat apa pun. Juga ada semakin banyak cara untuk mendapatkan PrEP tanpa biaya.
Diskusikan pilihan perawatan kesehatan
Tawarkan anak untuk membuat janji dengan dokter yang ramah tehadap semua gender dan dorong mereka untuk terbuka dan jujur tentang kebutuhan perawatan kesehatan mereka. Jika anak remaja tertarik dengan PrEP, kamu dapat membantu mereka menemukan penyedia dengan mendiskusikannya dengan dokter, apoteker, atau layanan pendamping sebaya dari komunitas atau LSM.
Jangan berasumsi, jangan menghakimi
Keyakinanmu terhadap hubungan orang dewasa dan seksualitas dapat mengarah pada hasil kesehatan yang tidak akan pernah diharapkan terjadi pada anak. Bahkan orang tua yang paling liberal sekalipun terkadang memberikan penilaian kepada anak-anak mereka. Berhati-hatilah untuk tidak tergelincir ke dalam stereotip, dan jangan berasumsi bahwa penerimaan secara otomatis mengarah pada pilihan yang cerdas.
Kenyataannya adalah sebagian besar remaja bereksperimen dan menguji batas-batas, dan otak remaja yang sedang berkembang dapat memiliki gagasan yang meragukan tentang apa yang berisiko. Fokuslah untuk memberi anak kesempatan untuk menjalani kehidupan yang jujur dengan orang tua mereka terlebih dahulu.
Teruslah berbicara, dan jangan takut gagal
Seperti kata pepatah, jika pada awalnya tidak berhasil, coba, coba lagi. Terus berbicara tentang kesehatan seksual dan pencegahan HIV adalah cara terbaik untuk memastikan anak-anak mendapatkan informasi yang mereka butuhkan, memprosesnya, dan membuat pilihan terbaik. Jika kamu memiliki pertanyaan lain atau mencari dukungan tambahan, jangan ragu untuk mengobrol dengan apoteker atau dokter.
Sumber: Guest Editorial: Parents, Now is the Time to Talk to Your Gay Teen about PrEP