Photo from freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
PrEP atau profilaksis pra-pajanan adalah obat pencegah HIV yang tidak boleh digunakan jika kamu berstatus HIV positif. Kamu juga bahkan mungkin tidak memerlukan PrEP jika menggunakan kondom secara konsisten dan berniat untuk terus melakukannya hanya berhubungan seks dengan pasangan HIV-positif yang sedang menjalani pengobatan dan memiliki muatan virus yang tidak terdeteksi selama minimal 6 bulan.
PrEP atau profilaksis pra-pajanan adalah obat pencegah HIV yang tidak boleh digunakan jika kamu berstatus HIV positif.
Baca Juga:
Viral load tidak terdeteksi adalah ketika virus berada dalam jumlah yang sangat kecil sehingga tidak dapat dideteksi dengan tes darah standar. Artinya tingkat HIV dalam tubuh seseorang sangat rendah sehingga tidak dapat ditularkan dan ini perlu dipantau secara teratur oleh tenaga kesehatan.
Tes yang diperlukan sebelum memulai PrEP
Jika kamu memutuskan untuk mulai menggunakan PrEP, ada beberapa tes yang perlu kamu lakukan, yaitu:
1. Tes HIV
Kamu harus menjalani tes HIV sebelum atau saat kamu akan memulai PrEP. Sampel darah akan diambil, biasanya dari lengan dan dikirim ke laboratorium. Tes ini memiliki periode jendela sekitar 45 – 90 hari.
Periode jendela adalah waktu antara saat kamu mungkin terpajan HIV dan saat tes akan memberikan hasil yang akurat. Pada masa jendela, kamu bisa saja terinfeksi HIV namun hasil tes HIV masih negatif.
Jika ada kemungkinan kamu terpajan HIV dalam 45 hari terakhir, beri tahu penyedia layanan kesehatan karena kamu mungkin memerlukan lebih banyak tes darah dan tes HIV ulang 45 hari (atau sekitar 6 minggu) setelah memulai PrEP. Hal ini untuk memastikan bahwa infeksi dini tidak terlewatkan.
Jika kamu baru-baru ini memiliki risiko HIV dan mengalami gejala mirip flu, ini mungkin merupakan tanda serokonversi HIV, yaitu saat sistem kekebalan tubuh yang menghasilkan antibodi sebagai respons terhadap infeksi HIV baru-baru ini. Dalam situasi ini, kamu sebaiknya tidak memulai PrEP sampai infeksi HIV telah disingkirkan. Tenaga kesehatan akan menjelaskan hal itu.
2. Tes Hepatitis B
Penting untuk melakukan tes hepatitis B karena obat PrEP aktif melawan HIV dan hepatitis B. Mengonsumsi PrEP jika kamu menderita Hepatitis B yang tidak terdiagnosis dapat berbahaya.
Kamu tetap dapat menggunakan PrEP jika kamu memiliki hepatitis B, namun perlu digunakan dengan lebih hati-hati.
Jika kamu memiliki hepatitis B, kamu perlu mengonsumsi PrEP setiap hari dengan nasihat dan pengawasan medis, terutama jika kamu ingin berhenti. Dosis berdasarkan kejadian (event driven) tidak cocok jika kamu menderita hepatitis B atau jika kamu tidak mengetahui status hepatitis B kamu.
Vaksinasi hepatitis A dan B dianjurkan bagi gay, biseksual, dan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) serta pengguna narkoba suntik.
3. Tes Fungsi Ginjal
Pemantauan ginjal melibatkan tes darah untuk kreatinin. Idealnya hal ini dilakukan tepat sebelum atau pada hari kamu memulai PrEP. terutama pada pasien dengan usia di atas 30 tahun, atau mereka yang memiliki riwayat hipertensi dan diabetes.
4. Tes Infeksi Menular Seksual (IMS)
Kamu harus menjalani tes IMS, yaitu:
- Sifilis
- Klamidia
- Gonorea
- hepatitis C
Vaksinasi HPV juga dianjurkan bagi gay, biseksual, dan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) hingga usia 45 tahun. Vaksinasi HPV melindungi terhadap kutil kelamin dan kanker terkait HPV.
5. Tes Kehamilan
Perempuan perlu menjalani tes kehamilan sebelum memulai PrEP. Hal ini dapat ditinjau kembali selama tindak lanjut jika diperlukan. Perempuan yang sedang hamil dapat menggunakan PrEP setelah berdiskusi dengan dokter spesialis pengobatan genitourinari atau penyakit menular.
Sumber: Before you start PrEP