Photo from freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
PrEP adalah obat yang membantu melindungi kamu dari human immunodeficiency virus (HIV, penyebab AIDS), dan jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, PrEP adalah akronim dari profilaksis pra-pajanan.
Jika PrEP berfungsi sebagaimana mestinya, seseorang tidak akan berstatus HIV positif.
Baca Juga:
Pra artinya sebelumnya. Dengan demikian, kamu meminum obat tersebut sebelum merasa mungkin akan bersentuhan dengan virus. Pajanan atau paparan berarti kontak dengan HIV. Profilaksis berarti pengobatan untuk menghentikan infeksi.
PrEP tentu saja berbeda dengan pengobatan bagi orang yang memiliki tanda-tanda virus dalam darahnya (HIV-positif) atau sudah mempunyai gejala yang terkait dengan penyakit tersebut.
Cara Kerja Pengobatan PrEP
PrEP menghentikan HIV agar tidak masuk ke dalam tubuh dan menyebar. Jika PrEP berfungsi sebagaimana mestinya, seseorang tidak akan berstatus HIV positif.
Obat PrEP yang disetujui adalah FTC/TDF, obat ini menggabungkan dua obat – emtricitabine (FTC) dan tenofovir disoproxil fumarate (TDF) – untuk memblokir enzim yang dibutuhkan virus untuk menggandakan dirinya di dalam tubuh kita. PrEP diresepkan bagi mereka yang berisiko terinfeksi HIV baik dari hubungan seks atau penggunaan narkoba.
Pil kedua, FTC/TAF, tidak diresepkan untuk perempuan cisgender. Karena belum diketahui apakah obat tersebut melindungi terhadap infeksi HIV jika berhubungan seks melalui vagina.
Baik TDF+FTC maupun TDF+TAF adalah pil yang diminum harian.
Obat PrEP terbaru adalah cabotegravir. Obat ini berupa suntikan. Suntikan pertama diberikan dengan selang waktu 1 bulan. Setelah itu, suntikan diberikan setiap 2 bulan sekali. Cabotegravir diperuntukkan bagi orang yang berisiko terinfeksi HIV melalui hubungan seks dan kita harus melakukan tes HIV dan memastikan hasilnya negatif sebelum setiap mendapatkan suntikan tersebut.
Seberapa Baik Cara Kerja PrEP?
Jika kamu meminum pil PrEP sesuai petunjuk, pil tersebut bekerja cukup baik dalam melawan infeksi HIV. Kita juga harus dapat melindungi diri dari infeksi HIV melalui hubungan seksual. Jika kamu menyuntikkan narkoba dan berbagi jarum suntik, PrEP tidak akan efektif tetapi dapat melindungi kamu dari 74% paparan HIV. PrEP juga tidak akan bekerja dengan baik jika kamu melewatkan dosisnya. Jadi kamu harus meminumnya sesuai petunjuk untuk mendapatkan perlindungan.
Dalam sebuah uji klinis, diketahui bahwa suntikan cabotegravir menawarkan perlindungan yang lebih kuat terhadap infeksi HIV melalui hubungan seks dibandingkan pil PrEP.
Siapa yang Paling Mungkin Mendapat Manfaat dari PrEP?
Kemungkinan besar kamu akan mendapat manfaat dari PrEP jika kamu berstatus HIV negatif, namun aktivitas seksual atau penggunaan narkoba dapat meningkatkan risiko terinfeksi HIV di masa depan.
Siapapun bisa terinfeksi HIV. Kamu berisiko lebih besar mengalaminya jika kamu:
- Memiliki lebih dari satu pasangan seksual
- Melakukan seks anal
- Melakukan hubungan seks vagina atau anal tanpa menggunakan kondom
- Berhubungan seks dengan siapa pun yang terinfeksi HIV
- Berbagi jarum suntik dengan seseorang yang terinfeksi HIV
- Memiliki (atau baru-baru ini) menderita infeksi menular seksual (IMS) lainnya, seperti klamidia, sifilis, gonore, atau herpes
PrEP juga dapat membantu melindungi ibu dan bayi jika kamu berencana hamil dari pasangan yang terinfeksi HIV. PrEP membantu memblokir virus selama kehamilan dan saat menyusui.
Apakah PrEP itu Vaksin?
Tidak. Vaksin menyebabkan tubuh membuat zat khusus yang disebut “antibodi” yang akan melawan kuman penyebab penyakit, seperti virus, lama setelah kita meminumnya. PrEP melindungi kita dari HIV hanya selama kita terus meminumnya. Efeknya hilang begitu kita berhenti minum obat.
PrEP juga tidak mencegah kehamilan atau mencegah kita terkena infeksi menular seksual atau IMS lainnya. Cara terbaik untuk melindungi terhadap infeksi menular seksual seperti gonore dan klamidia adalah dengan memakai kondom.
Apa Efek Samping PrEP?
Efek sampingnya sedikit dan biasanya akan menghilang. Biasanya satu dari 10 orang akan mengalami rasa mual, sakit kepala. Efek ini hilang setelah beberapa minggu penggunaan.
Orang yang mendapat suntikan cabotegravir melaporkan efek samping lebih sering, yaitu:
- Demam
- Nyeri di punggung
- Ruam
Tidak ada efek samping yang serius atau mengancam jiwa.