Photo from freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Memperkirakan risiko HIV adalah hal yang rumit. Sementara kebanyakan orang tahu bahwa HIV terutama ditularkan melalui hubungan seks, apakah ini berarti bahwa risikonya sama untuk semua jenis seks? Jawabannya adalah tidak.
Pada orang dengan HIV, cairan pra-mani sama berpotensi menularnya seperti air mani, mengandung konsentrasi HIV yang kira-kira sama.
Baca Juga:
Setiap jenis kontak seksual membawa risiko penularan HIV sendiri. Seks anal reseptif, misalnya, membawa risiko infeksi yang lebih tinggi daripada seks vaginal reseptif. Seks oral memiliki risiko penularan terendah.
Tapi bagaimana jika pasangan insertif menarik diri sebelum ejakulasi atau melakukan senggama terputus? Apakah risiko HIV lebih kecil? Sebelum kita mengetahui jawabannya, temukan terlebih dahulu fakta-fakta mengenai infeksi HIV berikut ini.
HIV dalam Cairan Pra-mani (Pre-cum)
KIta hanya bisa tertular HIV dengan melakukan kontak langsung dengan cairan tubuh tertentu dari orang yang hidup dengan HIV. Cairan tersebut adalah:
- Sekresi anal
- Darah
- ASI
- Air mani
- Cairan vagina
Pada orang dengan HIV, cairan pra-mani sama berpotensi menularnya seperti air mani, mengandung konsentrasi HIV yang kira-kira sama. Ini berarti bahwa bahkan jika pasangan yang memasukkan penis kemudian mengeluarkannya sebelum ejakulasi, pasangan reseptif masih dapat terpajan HIV melalui cairan pra-mani maupun cairan mani.
Cairan pra-mani mengandung kira-kira konsentrasi tinggi HIV yang sama dengan air mani. Selama hubungan seks tanpa kondom, cairan pra-mani berpotensi menyebabkan infeksi.
Faktor risiko
Orang sering menganggap cairan pra-mani kurang berisiko sehubungan dengan HIV karena volume cairan yang dilepaskan umumnya lebih rendah daripada air mani. Namun, ada banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko tersebut.
Volume Cairan Pra-mani
Beberapa pria dapat menghasilkan pre-cum dalam jumlah tinggi. Hal ini terutama setelah periode pantang yang lama, di mana laki-laki dapat menghasilkan hingga 6 mililiter, atau kira-kira 1 sendok teh pre-cum.
Infeksi HIV yang tidak diobati dapat menyebabkan viral load yang tinggi. Viral load HIV adalah ukuran jumlah virus dalam sampel darah, mulai dari yang tidak terdeteksi hingga lebih dari satu juta. Viral load yang lebih tinggi dalam darah sesuai dengan konsentrasi virus yang lebih tinggi pada pre-cum.
Seks anal
Risiko HIV dari seks anal terbilang tinggi karena jaringan dubur sangat halus dan mudah patah. Ini memungkinkan virus untuk masuk langsung ke aliran darah.
Pada saat yang sama, rektum hanya memiliki satu lapisan sel di atas jaringan yang kaya akan sel imun yang disebut sel T CD4. Ini adalah sel yang menjadi target dan infeksi HIV. Karena itu, bahkan sejumlah kecil cairan dapat menyebabkan infeksi.
Infeksi Menular Seksual (IMS)
Beberapa IMS seperti sifilis menyebabkan bisul yang memberikan akses mudah bagi HIV ke dalam tubuh. IMS yang lain seperti gonore menyebabkan peradangan yang menarik sel kekebalan, termasuk sel T CD4, ke tempat infeksi, memberi HIV lebih banyak target untuk menginfeksi. Faktor-faktor ini dapat meningkatkan risiko infeksi.
Penelitian telah menunjukkan bahwa memiliki gonore atau klamidia meningkatkan risiko terkena HIV hingga 800 persen.
IMS atau infeksi serupa juga dapat meningkatkan jumlah virus dalam air mani melalui proses yang dikenal sebagai pelepasan virus. Peradangan yang disebabkan oleh infeksi dapat mempercepat produksi virus HIV di jaringan alat kelamin. Virus kemudian “ditumpahkan” ke dalam air mani dan cairan pra-mani, kemudian meningkatkan daya menularnya.
Bahkan orang dengan viral load yang tidak terdeteksi dalam darah dapat memiliki HIV yang terdeteksi dalam air mani dan cairan pra-mani sebagai akibat dari pelepasan.