Penulis: Mario Martins
Editor: Andriano Bobby
D-peptide HIV entry inhibitor CPT31 sedang dikembangkan dengan harapan dapat disuntikkan setiap tiga bulan untuk pengobatan dan pencegahan HIV.
“Secara keseluruhan, data praklinis menunjukkan dukungan CPT31 sebagai kandidat yang kuat untuk PrEP dan sebagai komponen terapi kombinasi terhadap berbagai jenis HIV yang diisolasi.”
Baca Juga:
Temuan yang menjanjikan terhadap pengobatan antiretroviral (ARV) yang saat ini baru diteliti pada primata non-manusia telah mulai diuji coba pada manusia untuk meneliti Inhibitor HIV D-peptida yang disuntik untuk jangka panjang buatan Navigen, yang dikenal sebagai CPT31.
Pengembang di perusahaan farmasi Navigen berharap obat itu dapat disuntikkan setiap tiga bulan, dan, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian pada monyet jenis rhesus macaque, obat ini akan bekerja dengan baik sebagai profilaksis pra-pajanan (PrEP) terhadap HIV dan juga sebagai pengobatan. Uji coba obat pada manusia akan dimulai tahun ini.
Temuan mereka telah diterbitkan dalam jurnal Prosiding National Academy of Sciences. Para ilmuwan mempelajari kapasitas CPT31 untuk mengobati dan mencegah HIV jenis Simian-Human Immunodeficiency Virus yang dikenal sebagai SHIV yang terdapat pada monyet rhesus.
Studi ini dapat dibaca di sini.
D-peptide cenderung bertahan lama di dalam tubuh. Karenanya, Brett Welch, Ph.D., rekan penulis studi dan direktur senior teknologi dan strategi di Navigen yang berbasis di Salt Lake City, mengatakan dalam siaran pers, “Harapan kami adalah bahwa CPT31 akan membuat supresi virus yang lebih panjang jangka waktunya dengan dosis yang lebih rendah dan efek samping yang lebih sedikit.”
Para ilmuwan menyuntikkan satu dosis CPT31 pada monyet dengan status SHIV-negatif dan memaparkannya dengan jumlah SHIV yang sangat tinggi beberapa hari kemudian. Hasilnya adalah tidak ada satu monyet pun yang tertular virus.
Bagian dari studi ini membantu para peneliti menentukan dosis minimum CPT31 yang tampaknya diperlukan untuk melindungi monyet sepenuhnya dari SHIV. Para peneliti menemukan bahwa CPT31 dapat memblokir sebagian besar jenis HIV yang beredar di seluruh dunia.
Untuk menyelidiki seberapa baik obat tersebut bekerja sebagai pengobatan ARV, peneliti menyuntikkan satu dosis CPT31 pada monyet yang memiliki SHIV yang tidak pernah diobati sebelumnya. Selama sekitar 30 hari, viral load monyet tersebut menurun sekitar 100 kali lipat. Tetapi kemudian, selama dua atau tiga minggu berikutnya, viral load-nya pada akhirnya meningkat kembali saat SHIV mengembangkan resistansi terhadap CPT31.
Selanjutnya, para peneliti melakukan pada monyet yang memakai pengobatan ARV dan memiliki viral load yang telah tersupresi sepenuhnya. Mereka menyuntik monyet-monyet ini dengan CPT31 dan menghentikan pengobatan standar SHIV mereka dan menemukan bahwa obat yang disuntikkan itu dapat mencegah virus di dalam tubuh mereka untuk berkembang.
“Secara keseluruhan, data praklinis menunjukkan dukungan CPT31 sebagai kandidat yang kuat untuk PrEP dan sebagai komponen terapi kombinasi terhadap berbagai jenis HIV yang diisolasi,” demikian kesimpulan dari penelitian tersebut.
Untuk membaca siaran pers tentang studi ini, kunjungi halaman situs web di sini.