Penulis: Mario Martins
Editor: Andriano Bobby
Jika ODHIV memiliki viral load yang tinggi dalam darah, maka mungkin juga dia memiliki viral load yang tinggi dalam cairan tubuh lain, termasuk air mani atau cairan vagina. Dalam beberapa minggu pertama setelah tertular HIV, viral load biasanya sangat tinggi. Orang dengan viral load tinggi lebih menular dan dapat menularkan HIV dengan lebih mudah. Di sisi lain, jika HIV dalam darah tidak terdeteksi, kemungkinan tidak terdeteksi dalam air mani, cairan vagina, atau dubur juga.
Perlu diingat, walau pengobatan HIV dan viral load yang tidak terdeteksi akan melindungi pasangan dari HIV, namun tidak melindungi mereka dari infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Selain itu, di beberapa negara, seks tanpa kondom tanpa mengungkapkan status HIV merupakan pelanggaran pidana, terlepas dari kemungkinan penularan HIV.
Baca Juga:
Perlu diingat bahwa memiliki viral load yang tidak terdeteksi berarti tidak akan menularkan HIV saat berhubungan seks.
Pada 2011, dilakukan uji coba ilmiah skala besar dan menemukan hasil bahwa pengobatan HIV mengurangi risiko penularan HIV ke pasangan heteroseksual reguler sebesar 96%. Satu-satunya alasan itu bukan 100% adalah bahwa satu orang dalam uji tersebut tertular HIV, tetapi penularan itu terjadi hanya beberapa hari sebelum atau setelah pasangan mereka memulai pengobatan.
Hasil akhir dari studi tersebut bernama PARTNER 1 dan PARTNER 2 diumumkan masing-masing pada tahun 2016 dan 2018. Kedua studi tersebut merekrut 972 pasangan homoseksual dan 516 pasangan heteroseksual di mana satu pasangan memiliki HIV dan yang lainnya tidak. Selama penelitian, pasangan gay melakukan 77.000 tindakan seks penetrasi tanpa kondom, dan pasangan heteroseksual 36.000 tindakan. Penelitian PARTNER tidak menemukan satu pun penularan HIV dari pasangan HIV-positif yang memiliki viral load tidak terdeteksi (di bawah 200).
Pada tahun 2017, penelitian serupa secara eksklusif terhadap 343 pasangan pria gay, bernama Opposites Attract, juga tidak menemukan penularan dari pasangan dengan viral load tidak terdeteksi dalam 17.000 tindakan seks anal tanpa kondom.
Banyak orang dengan HIV dengan jumlah viral load tidak terdeteksi tidak menularkan HIV. Hal ini merupakan manfaat yang sangat penting dari pengobatan HIV sehingga menghapus kecemasan terhadap penularan. Viral load menjadi sebuah ukuran terhadap kemungkinan infeksi saat melakukan hubungan seks.
Jika ODHIV ingin berhenti menggunakan kondom untuk tujuan tertentu, misalnya untuk program kehamilan, penting untuk menunggu enam bulan setelah tes viral load pertama yang tidak terdeteksi, untuk memastikan bahwa pengobatannya berhasil. Penting juga untuk membahas masalah ini dengan seksama dengan pasangan dan memastikan mereka juga nyaman dengan keputusan tersebut. Menjelaskan apa arti viral load yang tidak terdeteksi dapat mengurangi kecemasan pasangan HIV-negatif tentang penularan HIV, tetapi informasi ini harus dibahas dengan bijak karena mungkin ini merupakan hal baru bagi mereka.
Perlu diingat, walau pengobatan HIV dan viral load yang tidak terdeteksi akan melindungi pasangan dari HIV, namun tidak melindungi mereka dari infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Selain itu, di beberapa negara, seks tanpa kondom tanpa mengungkapkan status HIV merupakan pelanggaran pidana, terlepas dari kemungkinan penularan HIV.
Jika kita menggunakan pengobatan HIV untuk mencegah penularan seksual, disarankan untuk memeriksakan viral load setiap enam bulan di tahun pertama pengobatan dan setiap tahun sesudahnya. Ini untuk memeriksa apakah viral load kita masih tidak terdeteksi.
Melihat CD4 dan Viral Load Bersamaan
Jika saat ini seorang ODHIV tidak menggunakan pengobatan HIV, mengecek viral load dan jumlah CD4 dapat membantu memprediksi risiko sakit karena HIV di masa depan. Walaupun jumlah CD4 adalah indikator utama yang akan digunakan dokter untuk membantu memantau kesehatan sistem kekebalan, tes viral load juga dapat memberikan informasi penting.
Di antara orang dengan jumlah CD4 yang sama, penelitian menunjukkan bahwa mereka dengan viral load yang lebih tinggi cenderung mengembangkan gejala penyakit lebih cepat daripada mereka yang memiliki viral load lebih rendah.
Selain itu, di antara orang dengan viral load yang sama, mereka dengan jumlah CD4 yang lebih rendah cenderung menjadi lebih cepat sakit.