Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Menurut lansiran dari situs aidsmap, diperkirakan 30% dari infeksi HIV yang baru di seluruh dunia, didorong oleh infeksi herpes simplex virus-2 (HSV-2), atau dikenal sebagai herpes genital. Para peneliti di balik temuan ini menunjukkan bahwa upaya untuk mengobati dan mencegah herpes, dapat membantu mengurangi penyebaran HIV di seluruh dunia.
HSV-2 menyerang genitalia eksternal, daerah anus, dan bagian kulit lainnya, di mana infeksi ini ditandai dengan gejala seperti kulit melepuh, muncul borok, nyeri saat buang air kecil, luka, dan keputihan. Dalam banyak kasus, sering kali orang membawa virus herpes, tapi tidak memiliki gejala.
Baca Juga:
Katherine Looker, PhD, dari Bristol University Medical School, memimpin tim peneliti yang menganalisis data epidemiologi global sejak 2016, untuk memperkirakan proporsi kasus HIV yang disebabkan oleh herpes genital, dengan mempertimbangkan faktor risiko lainnya. Dari hasil penelitian tersebut, diperkirakan 420 juta orang di seluruh dunia hidup dengan infeksi menular seksual (IMS) selama bertahun-tahun.
Herpes genital memang meningkatkan risiko penularan HIV, karena luka bisul akibat herpes (vesikel), menyediakan rute langsung di mana HIV dapat masuk ke dalam tubuh. Selain itu, herpes memacu aktivasi sel T dan sel dendritik dan menariknya ke tempat infeksi; dan sel-sel kekebalan ini adalah target dari HIV.
Temuan penelitian yang diterbitkan dalam The Lancet Infectious Diseases ini, dibangun berdasarkan analisis di 2017 di mana peneliti menemukan bahwa orang dengan infeksi HSV-2 memiliki risiko tiga kali lipat lebih tinggi untuk tertular HIV dibandingkan dengan orang-orang tanpa herpes. Bahkan, baru-baru ini HSV-2 diduga berkaitan dengan peningkatan risiko HIV sebanyak empat kali lipat.
Para obyek penelitian berusia 15 hingga 49 tahun, dan ada sekitar 1,4 juta kasus HIV yang didapat melalui hubungan seksual pada 2016. Dan sektiar 420.000 kasus infeksi baru atau 30% di antaranya, didorong oleh HSV-2. Afrika memiliki tingkat penularan HIV tertinggi yang dikaitkan dengan HSV-2, yaitu 37%, diikuti oleh Amerika, sebesar 21%. Di wilayah lain di dunia, angka ini berkisar antara 11% dan 13%.
36% dari kasus HIV baru dialami oleh laki-laki dan 26% dari kasus baru dialami oleh perempuan , di mana masing-masing disebabkan oleh herpes. 27% dari kasus HIV baru dialami oleh para pekerja seks perempuan, dan satu dari lima kasus baru di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) didorong oleh HSV-2.
“Intervensi pencegahan baru terhadap infeksi HSV-2 tidak hanya dapat meningkatkan kualitas hidup jutaan orang tetapi juga dapat memiliki tambahan, yaktu efek tidak langsung pada penularan HIV,” demikian kesimpulan penulis.
Bagaimana Mencegah Penyakit Herpes Genital?
HSV-2 menyerang genitalia eksternal, daerah anus, dan bagian kulit lainnya, di mana infeksi ini ditandai dengan gejala seperti kulit melepuh, muncul borok, nyeri saat buang air kecil, luka, dan keputihan. Dalam banyak kasus, sering kali orang membawa virus herpes, tapi tidak memiliki gejala.
Penyakit herpes ditularkan melalui sentuhan langsung dengan kulit orang yang terinfeksi. HSV-2 diketahui hidup di permukaan kulit dan tempat-tempat lembap seperti mulut, anus, serta alat kelamin. Infeksi dapat terjadi melalui beberapa cara seperti hubungan seksual tanpa menggunakan kondom, hubungan seks oral, dan melakukan kontak genital dengan orang yang terinfeksi.
Untuk mencegah penyakit ini, berikut ada beberapa cara yang bisa dilakukan:
- Menggunakan kondom saat berhubungan seksual.
- Tidak berhubungan seksual saat memiliki gejala herpes.
- Tidak berciuman jika terdapat luka di dalam mulut.
- Tidak berhubungan seksual dengan banyak pasangan.
Penyakit herpes dapat diobati dengan sejumlah perawatan untuk mengurangi gejala. Hingga saat ini, tidak ada obat yang dapat menghilangkan virus tersebut. Biasanya, dokter memberikan antivirus untuk mencegah virus berkembang dan mengurangi gejala.