Photo by bowonpat from Freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Jika kamu berisiko tinggi terinfeksi HIV, kamu mungkin ingin mempertimbangkan mengonsumsi profilaksis pra pajanan, yang sering disebut sebagai PrEP. Saat ini, Truvada adalah satu-satunya obat PrEP yang disetujui untuk mencegah HIV, di mana Truvada menggabungkan dua obat anti-HIV, tenofovir dan emtricitabine, menjadi satu pil harian. Jika digunakan dengan benar, PrEP dapat menjadi metode pencegahan HIV yang sangat efektif.
Namun masih ada sejumlah kesalahpahaman umum tentang pengobatan ini. Pastikan kamu mengetahui fakta sebenarnya tentang PrEP, ya.
Jika digunakan dengan benar, PrEP dapat menjadi metode pencegahan HIV yang sangat efektif.
Baca Juga:
Mitos 1 – Prep Hanya Untuk Laki-Laki Yang Berhubungan Seks Dengan Laki-Laki (LSL)
Terlepas dari jenis kelamin atau orientasi seksual kamu, PrEP dapat menjadi pilihan jika kamu berstatus HIV-negatif tetapi memiliki peningkatan risiko tertular HIV. Pertimbangkan untuk berbicara dengan dokter kamu mengenai PrEP jika kamu berada dalam hubungan seksual dengan ODHIV.
Selalu gunakan kondom secara teratur saat berhubungan seks dengan pasangan yang status HIV-nya tidak diketahui atau yang juga berisiko lebih tinggi tertular HIV baik melalui hubungan seksual atau narkoba suntik dengan berbagi jarum.
Mitos 2 – Orang Hanya Perlu Minum Pil Prep Sebelum Mereka Terpajan HIV
PrEP harus diminum setiap hari. PrEP dapat mengurangi risiko tertular HIV melalui hubungan seks hingga lebih dari 90%, dan risiko tertular HIV dengan menyuntikkan narkoba hingga lebih dari 70%, tetapi angka-angka ini menurun jika tidak digunakan sesuai petunjuk. Kepatuhan mengonsumsi PrEP juga membutuhkan waktu untuk membangun di sistem tubuh kamu. Perlindungan penuh dari PrEP baru akan tercapai setelah 7 hingga 20 hari penggunaan setiap hari.
Mitos 3 – Tidak Perlu Menggunakan Kondom Saat Menggunakan Prep
Pencegahan HIV dimaksimalkan ketika kondom digunakan selain mengonsumsi PrEP harian. Perlu diingat bahwa PrEP tidak memberikan perlindungan apa pun terhadap IMS lain, seperti gonore dan klamidia. Oleh sebab itu penggunaan kondom secara konsisten masih sangat dianjurkan.
Mitos 4 – Harga Pil Prep Terlalu Mahal
PrEP bukanlah obat yang murah, tetapi dalam banyak kasus dapat dibuat lebih terjangkau. Di Indonesia, sebentar lagi kamu bisa mendapatkan PrEP dengan harga subsidi.
Mitos 5 – Prep Memiliki Efek Samping Yang Parah
Kebanyakan orang menoleransi PrEP dengan cukup baik. Efek samping ringan termasuk mual, pusing, sakit kepala, dan kelelahan, tetapi sering hilang seiring waktu. Jarang terjadi efek samping yang lebih serius seperti masalah dengan ginjal, hati, atau tulang. Setelah kamu memulai PrEP, kamu harus menemui dokter setiap tiga bulan untuk melakukan tes kesehatan. Jadi pastikan untuk memberi tahu dokter jika mengalami masalah dengan obat tersebut.
Mitos 6 – Prep Dapat Membuat Seseorang Kebal Terhadap Obat HIV Jika Mereka Terinfeksi HIV
Orang-orang mempertanyakan apakah penggunaan PrEP dapat menyebabkan virus bermutasi dan menjadi kebal terhadap obat yang mengobatinya. Penelitian telah menunjukkan ini hanya terjadi dalam persentase kasus yang sangat rendah. Dalam kebanyakan situasi, resistensi berkembang karena orang tersebut tidak sadar bahwa ia sudah terinfeksi HIV pada saat memulai PrEP. Kamu harus pahami bahwa PrEP tidak bekerja untuk orang dengan status HIV-positif. Kemudian, orang tersebut tidak menggunakan PrEP setiap hari seperti yang dianjurkan dokter dan terinfeksi HIV saat masih minum obat.
Untuk mencegah hal ini, pemeriksaan HIV secara teratur sebelum dan selama pengobatan PrEP bersama dengan minum obat secara konsisten, sangatlah penting. Untuk sejumlah kecil orang yang mengembangkan resistensi terhadap Truvada, obat anti-HIV lain mungkin masih dapat mengobati infeksi HIV.
Mitos 7 – Prep Dapat Digunakan Dalam Keadaan Darurat Setelah Potensi Paparan HIV Telah Terjadi
Meskipun keduanya digunakan untuk pencegahan HIV, PrEP tidak sama dengan PEP, atau profilaksis pasca pajanan. PrEP dimulai sebelum pajanan HIV, sedangkan PEP harus diminum dalam waktu kurang dari 72 jam setelah kemungkinan terpajan HIV. PEP melibatkan penggunaan obat HIV sekali atau dua kali sehari selama 28 hari untuk mencegah infeksi HIV berkembang. Dalam hal pencegahan HIV, PrEP dapat menjadi alat yang hebat, tetapi kesalahpahaman yang terus-menerus dapat membuat orang ragu untuk mencobanya.
Sumber: 7 Myths About HIV PrEP