Photo by benzoix from freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Kebanyakan perempuan mengetahui tentang PrEP, tetapi hanya sedikit yang menggunakannya. Meskipun 71% responden survei mengetahui PrEP, hanya 19% yang pernah menggunakan pil pencegahan HIV ini. Padahal, di Jakarta misalnya, banyak ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV dari suami mereka.
Meskipun sebagian besar perempuan menunjukkan kesadaran dan minat PrEP yang tinggi, banyak yang tidak pernah mendiskusikan PrEP dengan petugas layanan kesehatan.
Baca Juga:
Di Amerika Serikat (AS), perempuan setempat memiliki tingkat kesadaran yang tinggi tentang profilaksis pra pajanan (PrEP), tetapi hanya satu dari sepuluh yang menggunakan pil setiap hari untuk pencegahan HIV, menurut penelitian yang dipresentasikan pada konferensi IDWeek 2022 baru-baru ini.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS, perempuan menyumbang hampir satu dari sepuluh diagnosis HIV baru pada tahun 2019. Sementara banyak laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki – khususnya laki-laki gay dan biseksual kulit putih – dengan antusisas mengonsumsi PrEP, CDC memperkirakan bahwa hanya 10% perempuan yang menggunakan PrEP.
Tim peneliti melakukan penelitian untuk lebih memahami kesadaran, preferensi, kemauan, dan penggunaan PrEP di antara perempuan yang aktif secara seksual di AS. Mereka mengelola survei nasional dengan sekitar 90 pertanyaan yang mencakup akses dan pengalaman perawatan kesehatan, penggunaan zat, dan perilaku dan kesehatan seksual, termasuk kesadaran dan penggunaan PrEP. Responden direkrut melalui media sosial dan aplikasi kencan. Studi yang sedang berlangsung bertujuan untuk mensurvei sekitar 2.000 perempuan setiap tahun selama tiga tahun.
Analisis awal mencakup 961 perempuan cisgender yang aktif secara seksual (seks anal atau vaginal selama enam bulan terakhir) yang menyelesaikan survei antara November dan Desember 2021. Semuanya berstatus HIV-negatif atau tidak mengetahui status mereka.
Sebagian besar responden (85%) mengatakan mereka sangat atau agak tidak mungkin terinfeksi HIV atau IMS. Namun, satu dari lima responden melaporkan melakukan hubungan seks dengan imbalan uang, dan 9% melaporkan mengalami infeksi menular seksual (IMS) selama setahun terakhir.
Hasil dari kelompok responden pertama ini mengungkapkan bahwa sebagian besar (71%) pernah mendengar tentang PrEP. Ini berbeda berdasarkan usia, dengan 74% wanita berusia 18 hingga 29 tahun, 67% wanita berusia 30 hingga 39 tahun, dan 93% wanita berusia 40 hingga 49 tahun mengatakan bahwa mereka mengetahui tentang PrEP.
Namun, hanya 38% wanita yang pernah berbicara dengan penyedia layanan kesehatan tentang PrEP, dan 34% mengatakan bahwa mereka mengenal seseorang yang menggunakan PrEP (termasuk 19% yang pasangannya melakukannya). Jumlah responden perempuan yang mendiskusikan PrEP dengan penyedia di rumah sakit (47%), klinik perawatan primer (43%) dan klinik kesehatan seksual (40%). Dua pertiga dari mereka yang berbicara tentang PrEP mengatakan bahwa ini karena diberitahu oleh petugas kesehatan.
Bahkan lebih sedikit perempuan yang mengatakan bahwa mereka pernah menggunakan PrEP (19%) atau sedang menggunakannya (9%). Sebagian besar (84%) menggunakan tenofovir disoproxil fumarate+emtricitabine setiap hari, satu-satunya pil PrEP yang disetujui untuk perempuan cisgender. Namun, 12% dilaporkan menggunakan tenofovir alafenamide+emtricitabine, meskipun tidak diindikasikan untuk orang yang berisiko terpajan HIV melalui hubungan seks vaginal karena penelitian yang tidak memadai. Tidak ada yang dilaporkan menggunakan suntikan PrEP efek jangka panjang.
Sebagian besar responden (78%) mengatakan mereka berniat untuk secara teratur menggunakan beberapa metode pencegahan HIV. Kondom adalah metode yang disukai oleh 47%, meskipun hanya 16% yang dilaporkan selalu menggunakannya. Ini diikuti oleh PrEP injeksi jangka panjang yang diberikan oleh penyedia layanan kesehatan (24%), injeksi PrEP yang dilakukan sendiri (9%), cincin vagina (9%) dan pil PrEP (7%).
Dua pertiga responden mengatakan bahwa mereka akan agak (35%) atau sangat (31%) cenderung menggunakan PrEP suntik efek jangka panjang jika tersedia. Ditanya apakah mereka lebih memilih PrEP suntik atau oral, 62% memilih suntikan, 9% memilih pil dan 29% mengatakan tidak keduanya. Yang memprihatinkan, beberapa perempan menyebut pencegahan IMS sebagai motivasi untuk menggunakan PrEP suntik, meskipun tidak demikian.
“Meskipun sebagian besar perempuan menunjukkan kesadaran dan minat PrEP yang tinggi, banyak yang tidak pernah mendiskusikan PrEP dengan petugas layanan kesehatan,” para peneliti menyimpulkan. “Ketersediaan PrEP efek jangka panjang dapat menjadi peluang penting bagi penyedia layanan kesehatan untuk mendiskusikan opsi PrEP yang lebih disukai dengan perempuan.”