Photo by monkeybusiness – Envato
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Selama bertahun-tahun, orang berhubungan seks menggunakan chemsex di kala mereka mabuk atau sedang merasa “high”, tetapi ada hal yang membuat chemsex atau “chemical sex”, berbeda. Ya, chemsex seringkali bersifat rahasia khususnya di komunitas LSL atau laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki.
Menggunakan chemsex memberi individu rasa kebal terhadap risiko atau bahaya, yang mengarah ke praktik seks berbahaya.
Baca Juga:
Kebanyakan pengguna chemsex adalah LSL. Mereka menggunakan obat yang meningkatkan seks dan membuat mereka merasa lebih santai. Obat yang yang sering digunakan adalah crystal methamphetamine, GHB (Gamma hydroxybutrate), dan mephedrone. Paling sering dalam bentuk cair atau bubuk, tapi terkadang disuntikkan – ini juga dikenal sebagai “slamsex”.
Obat-obatan ini membuat pemakainya merasa terlepas dari hambatan dan dengan GBH yang juga semacam anestesi ringan, tak pelak mendorong potensi seks yang lebih berbahaya dan menyakitkan. Biasanya, mereka yang melakukan chemsex dapat menghabiskan 2-3 hari melakukan aktivitas seksual dengan satu atau beberapa pasangan, seringkali tanpa tidur, makan, atau atau bahkan minum.
Menggunakan chemsex memberi individu rasa kebal terhadap risiko atau bahaya, yang mengarah ke praktik seks berbahaya dan peningkatan risiko terinfeksi Hepatitis C, HIV, dan IMS lainnya melalui hubungan seks tanpa kondom dan berbagi jarum suntik. Chemsex juga menambah rasa percaya diri, membuat penggunanya menjadi petualang seksual, meningkatkan rasa senang, stamina dan daya tahan. Luar biasa bukan efek obat-obatan yang satu ini? Tapi sungguh berbahaya mengingat risikonya yang tinggi.
Chemsex telah ada selama bertahun-tahun. Obat-obatan berasal dari Inggris dan baru diketahui masyarakat luas setelah chemsex kerap disebut-sebut selama persidangan kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Stephen Port dan Stefano Brizzi. Port membunuh dan memperkosa empat pemuda di London Timur, Inggris, sementara Brizzi memakan sebagian dari mereka. Kedua lelaki ini menyebut-nyebut chemsex sebagai alasan pembunuhan mereka.
Seperti yang diketahui, populasi utama pengguna chemsex adalah LSL. Meskipun faktanya hanya sebagian kecil LSL yang benar-benar terllibat, penggunaan chemsex ternyata semakin meluas. Kisaran usia pengguna sangat luas, yaitu mereka yang berusia 16 tahun hingga mereka yang berusia 70 bahkan 80-an tahun, menyatakan bahwa mereka memiliki pengalaman dengan chemsex.
Ada berbagai alasan yang dikemukakan ketika ditanya mengapa mereka menggunakan chemsex, yaitu maraknya homofobia yang menimbulkan perasaan negatif tentang seksualitas mereka, kesepian karena penolakan dari keluarga dan teman-teman, keinginan untuk menghindari diri dari gangguan mental, depresi, dan lain-lain.
Dunia Tersembunyi
Konsep chemsex memang mengejutkan banyak orang, tetapi ada sisi yang lebih gelap akibat penggunaan chemsex yang hingga saat ini tidak dilaporkan. Patrick Strudwich, dari Buzzfeed, mewawancarai serangkaian pria setelah persidangan Stephen Port pada tahun 2016 dan temuannya cukup menakutkan.
Orang yang diwawancarai menggambarkan kekerasan seksual berskala luas dan sistematis, obat bius dan overdosis yang disengaja, menjerumuskan LSL ke praktik prostitusi, gangguan mental yang sering terjadi, serta maraknya kasus kematian mendadak.
Setidaknya dua orang yang diwawancarai mencatat bahwa mereka mengenal beberapa orang yang telah meninggal dalam beberapa minggu terakhir sehubungan dengan aktivitas chemsex. Banyak yang melaporkan bahwa mereka telah melihat orang-orang yang overdosis karena narkoba diusir dari pesta dan ditinggalkan di jalan. Beberapa orang yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka telah diberi dosis obat yang lebih tinggi daripada yang mereka mau, bahwa mereka juga diperkosa saat tidak sadar.
Gangguan mental sering terjadi pada mereka yang berpartisipasi dalam chemsex. Tindakan tetap terjaga selama beberapa hari saja sudah cukup untuk memicu gangguan pada kebanyakan orang. Menggabungkan ini dengan obat-obatan dan pengalaman pesta chemsex yang intens dan seringkali menakutkan berarti gangguan itu lazim.
Orang-orang yang diwawancarai Strudwick melaporkan mengalami paranoia dan psikosis, ada juga seorang pemuda bepergian selama 12 jam dengan kereta karena dia pikir dia sedang diikuti oleh polisi, sementara yang lain mengaku tidak sadar akan apa yang terjadi setidaknya selama 18 jam mereka berada di jalanan.
Paul Doyle, yang dulu sering menghadiri pesta-pesta chemsex ini dan sekarang bekerja sebagai aktivis di isu narkoba, menggambarkan efek samping fisik yang dialaminya termasuk kanker hati dan diabetes akibat penggunaan narkoba yang berlebihan.
Ada juga seorang pria muda mengaku kehilangan pekerjaannya, kemudian tempat tinggalnya, dan teman serta keluarganya karena penggunaan narkoba dan ketidakmampuannya untuk bekerja secara konsisten. Yang lain pergi dari satu pesta chemsex ke pesta lainnya selama tiga minggu untuk sekadar mendapatkan tempat tinggal.
Kesimpulannya, rasa kesepian dan mencari komunitas tampaknya menjadi dorongan yang mendasari banyak dari mereka yang terlibat dalam chemsex. Banyak bar dan klub LGBTQ telah ditutup atau harus menaikkan harga lantaran resesi ekonomi. Akibatnya banyak lelaki muda yang kekurangan uang beralih ke pesta pribadi (private party) untuk menemukan tempat di mana mereka dapat terhubung dengan orang lain. Pesta pribadi ini sering diselenggarakan oleh pengedar narkoba dengan produk chemsex.
Laki-laki muda ini pada dasarnya menghadiri pesta chemsex untuk kenikmatan agar mereka dapat diterima dan merasakan suatu hubungan yang menyenangkan. Tetapi apakah mereka tahu bahaya sebenarnya yang mengintai di dalamnya?
Sumber: Chemsex: What Is It, And Should I Be Worried About It?