Photo by bristekjegor from freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Jika seseorang yang hidup dengan human immunodeficiency virus (HIV) atau ODHIV mempunyai bayi, ada kemungkinan untuk menularkan infeksi tersebut kepada bayinya selama kehamilan, selama persalinan, dan juga pada saat menyusui. Untungnya, penggunaan obat HIV tertentu selama kehamilan dan persalinan dapat mengurangi risiko ini secara signifikan.
Kehamilan tampaknya tidak memperburuk HIV atau meningkatkan risiko kematian akibat HIV.
Baca Juga:
Namun, tidak semua ODHIV sadar bahwa mereka terinfeksi HIV. Untuk itu, para ahli sangat menganjurkan agar seluruh ibu hamil menjalani tes HIV, sebagaimana sudah diwajibkan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta.
Jika kamu terinfeksi HIV, kamu harus berbicara dengan spesialis HIV dan dokter kandungan sebelum mulai mencoba untuk hamil. Idealnya, kamu harus mengonsumsi obat HIV dan memiliki viral load tidak terdeteksi sebelum mencoba untuk hamil. Sebagai informasi, viral load adalah jumlah virus dalam darah pada waktu tertentu. Sebagian besar obat-obatan HIV aman dikonsumsi selama kehamilan, dan kebanyakan orang tidak perlu mengganti obat ketika mereka hamil. Namun hal ini idealnya harus didiskusikan dengan dokter sebelum kehamilan.
Penting juga untuk meminum obat HIV secara teratur dan mengikuti petunjuk dokter. Jika kamu memiliki kondisi viral load yang tersupresi, atau tidak ada virus yang terdeteksi dalam darah selama kehamilan, risiko menularkan HIV ke bayi jauh lebih rendah dibandingkan jika kamu memiliki virus yang terdeteksi dalam darah.
Banyak penelitian telah dilakukan untuk lebih memahami bagaimana infeksi HIV dan pengobatan HIV memengaruhi kesehatan orang hamil dan bayinya. Kehamilan tampaknya tidak memperburuk HIV atau meningkatkan risiko kematian akibat HIV. Tidak jelas apakah HIV meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, seperti prematuritas atau berat badan lahir rendah. Namun, sangat jelas bahwa obat HIV tertentu dapat secara signifikan mengurangi risiko bayi tertular HIV bila obat tersebut diminum selama kehamilan dan persalinan, dan kemudian diberikan kepada bayi setelah melahirkan. Itulah sebabnya pedoman pengobatan HIV sangat menganjurkan kombinasi obat untuk menurunkan risiko penularan.
Jika kamu terinfeksi HIV, kemungkinan besar kamu akan berhubungan dengan beberapa penyedia layanan kesehatan selama kehamilan, termasuk dokter yang berpengalaman menagani HIV, penyedia layanan obstetrik, dan mungkin dengan dokter kandungan berisiko tinggi.
Setelah dipastikan positif hamil, kamu harus bertemu dengan penyedia layanan kandungan yang berpengalaman dalam menangani kasus pasien dengan HIV. Selama kunjungan ini, kamu akan berdiskusi tentang cara menangani HIV selama kehamilan dan meminimalkan risiko penularan HIV ke bayi.
Selama evaluasi awal, kamu akan menjalani tes darah untuk melihat jumlah virus HIV dalam darah, yaitu viral load HIV dan kekuatan sistem kekebalan tubuhmu, yang diukur dengan melakukan tes jumlah sel T CD4. Namun kamu tidak perlu menunggu hasilnya untuk memulai pengobatan HIV. Kamu mungkin juga menjalani tes darah lain untuk mengevaluasi kesehatan secara umum dan memantau efek samping obat.
Selama kehamilan, siapa pun dengan HIV harus menggunakan kombinasi rejimen antiretroviral yang menggunakan beberapa obat HIV. Orang yang hamil saat menjalani pengobatan yang berhasil mengendalikan virus biasanya dapat melanjutkan pengobatan yang sama.
Penelitian menunjukkan bahwa memulai pengobatan HIV pada awal kehamilan akan menurunkan jumlah virus dalam darah pada saat melahirkan. Secara umum, yang terbaik adalah memulai pengobatan HIV sesegera mungkin selama kehamilan jika kamu belum melakukannya. Namun, beberapa orang mungkin lebih memilih untuk memulai setelah trimester pertama kehamilan jika rasa mual yang berhubungan dengan kehamilan membuat mereka sulit untuk minum pil. Bicaralah dengan dokter jika kamu mengkhawatirkan hal ini. Setelah dimulai, pengobatan HIV diilanjutkan selama kehamilan untuk mencegah penularan HIV ke bayi, dan dilanjutkan tanpa batas waktu setelah lahir.
Sangat penting untuk meminum obat persis seperti yang diresepkan selama kehamilan untuk mengurangi risiko terjadinya resistensi obat, yaitu ketika obat menjadi kurang efektif. Selain itu, meminum obat tepat waktu dapat menurunkan risiko penularan HIV ke bayi. Obat HIV juga diberikan secara oral kepada bayi setelah lahir untuk menurunkan risiko tertular infeksi HIV.
Persalinan pada ODHIV
Cara paling aman untuk melahirkan bayi bergantung pada viral load HIV selama kehamilan. Secara umum, kamu dapat merencanakan persalinan pervaginam jika risiko penularan HIV rendah, yaitu jika viral load HIV rendah, dan tidak ada alasan lain, seperti posisi bayi, yang memerlukan persalinan sesar. Jika viral load tinggi, persalinan sesar mungkin disarankan.
Setelah melahirkan, kamu harus terus minum obat HIV. Dokter juga dapat membantu memastikan kamu mendapatkan dukungan dan perawatan yang dibutuhkan setelah melahirkan. Hal ini termasuk melakukan pemeriksaan depresi pascapersalinan dan membantu kepatuhan pengobatan jika diperlukan. Mereka juga dapat memberimu informasi tentang keluarga berencana dan pengendalian kelahiran.
Menyusui
Ada kemungkinan terjadi penularan HIV kepada bayi melalui aktivitas menyusui, meskipun risikonya kecil, terutama jika kamu terus-menerus memakai obat HIV selama kehamilan dan pada saat melahirkan, viral load kamu tidak terdeteksi.
Jika kamu memilih untuk menyusui bayi meskipun ada risikonya, bicarakan dengan dokter tentang meminimalkan risikonya sebanyak mungkin. Selain mengonsumsi obat HIV secara konsisten untuk mengendalikan infeksi, ada juga obat yang bisa didapatkan bayi untuk mengurangi risiko tertular HIV melalui ASI.
Bayi yang lahir dari ibu dengan HIV biasanya diobati dengan obat HIV selama dua hingga enam minggu pertama kehidupannya. Hal ini dapat membantu mencegah bayi tertular HIV akibat paparan darah ibu saat melahirkan.
Ingat, jika kamu meminum semua obat HIV sesuai petunjuk selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil bahkan hampir nol. Jika ternyata hasil tes bayi positif setelah lahir, usahakan untuk tidak panik. Dengan pengobatan yang tepat, mereka tetap bisa hidup normal dan sehat.
Sumber: Patient education: HIV and pregnancy (Beyond the Basics)