Photo by jcomp from Freepik – Gambar Hanya Sebagai Ilustrasi
Sebagai seorang ODHIV, aku pernah merasakan masa-masa di mana aku stres dan merasa terpuruk saat mengetahui statusku. Pada saat itu pun aku sedang mengandung anak pertama. Pada tahun pertama aku bertahan dengan meminum obat antiretroviral (ARV) demi keselamatan anak dalam kandungan dan Puji Tuhan sampai sekarang, di usia 5 tahun, dia berstatus negatif HIV.
HIV wajib dihindari ,tapi HIV tidak bisa menular sembarangan seperti lewat berpelukan, berjabat tangan, berciuman, duduk bersama, makan bersama dan lain-lain.
Baca Juga:
Rumah tanggaku tidak berjalan dengan baik, sebab mantan suamiku pergi meninggalkanku dan membawa anakku setelah tahu aku terinfeksi HIV. Ayahku juga sempat merasa putus asa setelah mengetahui status HIV-ku. Semenjak itu tiga tahun setelahnya, aku mulai jarang minum ARV, dan ada banyak alasan yang membuat aku merasa putus asa, salah satunya karena perceraian orangtuaku. Aku sempat berpikir, buat apa aku hidup kalau keluargaku seperti begini. Mereka juga sudah tidak peduli dengan kehidupanku.
Aku berusaha mencari cara untuk berhenti mengonsumsi obat. Kesibukan yang padat dengan organisasi, minuman alkohol, merokok, semua aku lakukan agar terlepas dari ARV meski aku sudah tahu risikonya. Pilihanku hanya satu; lebih baik aku mati saja. Namun aku mendapat teguran keras pada tahun ke-5 di bulan April. Saat itu aku sakit dan didiagnosis dengan penyakit oportunistik TB paru, dan berat badanku dari 52 kg turun drastis menjadi 30 kg.
Semenjak saat itu, aku banyak merepotkan orang-orang di sekitarku. Aku dirawat sekitar 2 minggu di RSAL Dr.Azhar Manokwari, Papua Barat, dan sempat pihak rumah sakit menolak karena statusku sebagai ODHIV. Puji Tuhan, aku bisa ada sampai saat ini berkat perhatian orang-orang yang senantiasa mendampingi dan banyak berkorban untukku.
Ada saat di mana aku hampir berhenti bernapas dan harus menggunakan oksigen untuk bertahan hidup. Saat itu sudah hampir 10 botol oksigen aku habiskan dengan 32 botol cairan infus selama 2 minggu lebih. Orang-orang yang membantuku harus melepaskan oksigen karena sudah tidak cukup uang untuk membayar segala biaya rumah sakit. Di saat itu aku ingat ada seorang ibu berkata kepadaku, “Imel, ko pergi baru sa mo harap siapa? Sa tarada anak perempuan, kalo ko pergi berarti semua yang sa lakukan untuk ko sia-sia! (Imel, kalau kamu pergi meninggalkan saya, saya bisa berharap kepada siapa? Saya tidak memiliki anak perempuan. Kalau kamu pergi, berarti semua perjuangan saya untuk kamu jadi sia-sia!)”
Dari perkataan itu dengan segala sisa tenaga, aku berdoa dalam hati “Tuhan Yesus, kalau mau untuk sa pulang hari ini, berarti ambil sa sudah, dan kasih selesai sa pu jalan hidup, tapi jika Tuhan Yesus tidak ijinkan, sa mau ubah kembali sa pu cara hidup yang dulu, untuk tetap patuh minum ARV, dan tra mau bikin susah orang banyak lagi, sampai Kau panggil saya kembali ke rumah Kau, amin.”
(“Tuhan Yesus, jika Engkau berkehendak mengambil nyawaku hari ini, ambilahl saja dan tuntaskan jalan hidupku. Namun jika Tuhan Yesus belum izinkan aku meninggalkan dunia, aku ingin kembali mengikuti cara hidupku yang dulu yaitu tetap patuh minum ARV, dan aku tidak ingin membuat susah banyak orang lagi hingga Kau membawaku ke rumahMu, amin.”)
Sejak saat itu hingga detik ini, aku tak pernah berhenti bersyukur karena kesempatan hidup yang Tuhan berikan kepadaku.
Puji Tuhan setelah pengobatan panjang selama 6 bulan, aku dinyatakan bebas dari TB paru dan berat badanku mulai bertambah menjadi 49 kg. Tidak lama kemudian aku kembali mengandung setelah 6 tahun lamanya, di mana ada sesosok pria yang mau menerimaku apa adanya dan memberiku kepercayaan untuk mengandung anaknya. Kepercayaan orang tuaku juga sudah mulai kembali. Ya, bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.
HIV wajib dihindari ,tapi HIV tidak bisa menular sembarangan seperti lewat berpelukan, berjabat tangan, berciuman, duduk bersama, makan bersama dan lain-lain. HIV hanya ditularkan melalui cairan (cairan alat kelamin, darah, dan ASI). Banyak orang yang mengatakan bahwa HIV merupakan penyakit kutukan. Bagiku tidak, ini adalah cara supaya aku bisa sadar diri dari kelakuan burukku. Ingat, semua orang pasti akan mati dan tidak ada yang hidup kekal di dunia ini. ODHIV juga manusia. Mungkin hidupku boleh salah, tetapi aku harus mati dengan benar.