Photo by AP from republika.co.id
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Layanan tes mandiri HIV di Afrika Selatan ternyata memiliki potensi untuk meningkatkan penggunaan tes HIV oleh individu yang takut terbongkarnya status HIV mereka, atau bagi mereka yang tidak mempercayai petugas layanan kesehatan, menurut sebuah penelitian kualitatif yang diterbitkan di PLoS ONE. Tetapi hambatan lainnya, tetap saja para individu dalam penelitian tersebut merasa tidak siap untuk mengetahui status mereka, yang khawatir tentang stigma terkait HIV atau yang takut mati karena AIDS.
Laki-laki dan orang muda dianggap kelompok yang paling mendapat manfaat dari penyediaan tes HIV mandiri karena banyak laki-laki yang tidak mau melakukan tes HIV di klinik kesehatan.
Baca Juga:
Meskipun tes HIV mandiri tidak dilarang di Afrika Selatan dan sudah tersedia jenis tes HIV mandiri seperti OraQuick, pejabat setempat telah memperingatkan agar tes HIV mandiri tidak dilakukan. Ini karena adanya kekhawatiran termasuk kurangnya konseling, jaminan melakukan pengobatan, serta alat tes yang tidak akurat.
Para peneliti dari Médecins Sans Frontires (MSF) ingin lebih memahami apakah tes HIV mandiri dapat membantu lebih banyak orang mengetahui status HIV mereka. Meskipun tes HIV ditawarkan kepada semua pasien di fasilitas kesehatan MSF di Khayelitsha dekat Cape Town, hanya 30% yang menerima tawaran tersebut.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, responden menyatakan bahwa perangkat OraQuick mudah digunakan, di mana ini juga membantu mereka yang peduli tentang keintiman dan kerahasiaan, dan memberikan kontrol individu kapan dan di mana untuk melakukann pengujian.
Seorang responden laki-laki berusia 20 tahun berkata, “(Tes ini) lebih baik karena kamu bisa mengambil alatnya dan pulang ke rumah. Tidak ada yang melihat hasilnya kecuali kita sendiri. Saya lebih suka itu menjadi rahasia. Saya tahu bahwa saya memiliki HIV tetapi tidak ada yang mengetahui, hanya saya sendiri. Sekarang tugas saya untuk pergi ke klinik dan melakukan tes konfirmasi hingga menjalani pengobatan ARV.”
Laki-laki dan orang muda dianggap kelompok yang paling mendapat manfaat dari penyediaan tes HIV mandiri karena banyak laki-laki yang tidak mau melakukan tes HIV di klinik kesehatan. Namun, banyak orang yang tetap enggan melakukan tes karena stigma di mana ODHIV dianggap sebagai orang buangan dari masyarakat. Belum lagi ada anggapan bahwa terinfeksi HIV sama dengan mati muda. Padahal, ODHIV bisa tetap sehat dengan mengonsumsi obat antiretroviral (ARV).
Tekanan sosial pada laki-laki untuk menampilkan citra diri maskulin mengakibatkan kaum laki-laki diharapkan dapat menafkahi keluarganya, mampu menanggung kesengsaraan hidup dan hanya berobat ke klinik saat sakit. Akibatnya, jika seseorang tidak yakin akan pentingnya mengetahui statusnya, tes HIV mandiri tetap tidak akan digunakan.
Sejalan dengan dominasi sehari-hari laki-laki atas perempuan dalam masyarakat, laki-laki dapat memaksa pasangan perempuan mereka untuk melakukan tes HIV mandiri. Hasil yang tidak diinginkan dapat mengakibatkan pertengkaran atau kekerasan terutama jika mereka tidak mendapatkan konseling apa pun.
Orang yang mendapatkan hasil reaktif mungkin tidak akan mencari tes konfirmasi atau melakukan pengobatan. Orang-orang yang mendapatkan hasil negatif mungkin tidak peduli akan pentingnya melakukan hubungan seks yang aman, merasa bebas dan tidak lagi menggunakan kondom. Ini membuat para petugas kesehatan yang mengambil bagian dalam penelitian ini merasa khawatir.
Beberapa menyarankan bahwa tes HIV mandiri hanya boleh diberikan kepada individu yang dapat menunjukkan bahwa mereka sepenuhnya memahami prosedur yang terlibat dan yang akan siap untuk menghadiri konseling pasca-tes, di mana konselor akan menjelaskan jalur penularan HIV, konsep tes berbasis antibodi, periode jendela, perlunya terus menggunakan kondom, dan bagaimana mendapatkan pengobatan.
Di Indonesia, dalam waktu dekat pemerintah akan menyediakan tes HIV mandiri yang bisa kamu akses melalui komunitas HIV dan AIDS yang ada di tempat kamu. Tapi ingat, tes HIV mandiri hanya screening awal, dan kamu harus tetap memeriksakan diri ke klinik kesehatan jika hasil tes reaktif.
Sumber: HIV self-testing has several advantages, but some barriers to HIV testing likely to remain