Photo by katemangostar from Freepik
Pertanyaan yang sering di lontarkan orang-orang yang mengenalku secara dekat atau yang baru mengenalku akhir-akhir ini adalah; Bagaimana kamu bisa menjalani hidup dengan baik sekarang dengan status HIV positif dan bagaimana kamu bisa terlihat baik-baik saja sekarang? Sebagian dari mereka tidak percaya bahwa aku sudah hidup bersama dengan HIV.
Salah satu hal penting lainnya dalam menerima status HIV adalah dengan membangun kesadaran bahwa di setiap kondisi buruk kita boleh takut dan merasa sedih, tapi kita tidak boleh menyerah karena hal itu tidak akan menyelesaikan masalah hidupmu.
Baca Juga:
Namaku Ahmad Humaidi Al-Nadira. Saat ini aku berumur 29 tahun. Aku tinggal dan menetap di kota Samarinda, Kalimantan Timur. Aku bekerja sebagai staf administrator dan manager evaluation program di salah satu lembaga yang berfokus pada kasus HIV khusus untuk wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Aku menerima status positif HIV sejak tahun 2011, yang artinya sudah 10 tahun lamanya aku hidup dengan HIV.
Pada awal aku menerima statusku 10 tahun lalu, kondisiku sangat jauh dibandingkan dengan yang sekarang. Aku teringat masa-masa awal menerima status HIV positif. Saat itu banyak hal yang membebani pikiranku, seperti pikiran tentang bagaimana aku akan menjalani hidup dengan status HIV positif, atau bagaimana aku bisa menghadapi keluarga dan lingkaran sosialku jika mereka tahu aku memiliki HIV.
Semua pikiran yang berkecamuk ini membuat segalanya menjadi tidak mudah bagiku saat itu, ditambah lagi pada saat itu aku masih berusia 20 tahun dan aku masih harus menyelesaikan kuliah. Tujuan utamaku saat itu adalah meraih cita-cita mendapatkan pekerjaan yang aku impikan. Apakah aku harus merelakan jalan yang sudah kutempuh untuk meraih cita-citaku dan meninggalkan segala harapan hidupku?
Sampai pada akhirnya aku bertemu teman-teman yang sama yang juga hidup dengan HIV. Mereka berhasil menjadi orang-orang yang tangguh menjalani hidup. Mereka juga menjadi teman yang memberikan dukungan juga contoh akan keberhasilan melalui masa-masa sulit saat mereka harus hidup dengan status positif HIV. Aku banyak belajar dari apa yang mereka lalui dan aku mencoba melihat ke dalam diriku dan berkata pada diriku sendiri bahwa jika mereka mampu, tidak ada alasan untukku untuk menyerah. Aku harus mencoba bangkit kembali.
Pada akhir tahun 2012 aku memutuskan untuk memilih bangkit karena jika kita bisa memilih untuk menyerah, kita pun bisa memilih untuk bangkit dan berjuang dalam hidup. Aku berusaha untuk membuktikan kepada diriku bahwa hidup bahagia dan sehat adalah pilihan yang harus diraih.
Aku memilih untuk kembali sehat dan berdaya. Akhirnya aku mulai menjalani terapi antiretroviral sebagai awal mula kebangkitanku. Aku menyadari hal yang sangat penting di awal penerimaan status positif HIV bahwa penerimaan diri dan pemahaman serta pengetahuan yang benar tentang HIV dan AIDS sangat penting. Begitu juga dengan pentingnya sistem dukungan dari dari orang-orang yang paham terhadap isu-isu HIV dan dukungan dari teman-teman ODHIV.
Salah satu hal penting lainnya dalam menerima status HIV adalah dengan membangun kesadaran bahwa di setiap kondisi buruk kita boleh takut dan merasa sedih, tapi kita tidak boleh menyerah karena hal itu tidak akan menyelesaikan masalah hidupmu.
Kini 10 tahun sudah berlalu dan begitu banyak yang sudah aku lalui dan buktikan pada diriku dalam perjalananku hidup bersama HIV.
Terkadang ada beberapa hal berat yang sangat aku takuti yang hingga kini masih aku aku alami. Hal terberat adalah mendapat diskriminasi. Aku pernah mendapat diskriminasi dari orangtua. Namun pada akhirnya aku mampu membuktikan bahwa aku baik-baik saja dan tidak ada yang salah pada diriku dengan statusku sekarang. Aku membuktikan bahwa hidupku saat ini jauh lebih bermakna serta jauh lebih berwarna.
Kini aku tidak takut lagi dengan pandangan orang terhadapku karena aku tahu bahwa setiap orang akan memandangku dengan cara yang berbeda, tergantung pada pemahaman yang mereka punya. Aku tidak akan menyalahkan mereka jika mereka memandang buruk terhadapku karena sebenarnya hidup yang kita miliki adalah seutuhnya milik kita. Pandangan orang lain tidak akan mengubah apapun tentang hidup dan apa yang harusnya kamu pilih untuk dijalani.
Orang lain memiliki pemahaman yang berbeda terhadap setiap keputusan dalam hidupku. Oleh karena itu aku tidak mencari persertujuan dan pengakuan orang lain sebagai tujuan hidup. Aku juga tidak perlu membuat orang lain setuju denganku. Prioritasku adalah bahwa aku ingin bertumbuh sebagai seorang manusia utuh, sebagai individu yang memiliki orisinalitas, menjadi manusia yang bukan sempurna namun memiliki kelebihan dan kekurangan yang manusiawi. Itulah cara aku berpikir dalam membangun penerimaan diri untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Setelah membangun semua penerimaan diri ini akhirnya aku menemukan tempatku yang sesungguhnya dan aku justru merasa jauh lebih baik juga lebih utuh sebagai seseorang yang hidup dengan HIV.
Pada tahun 2014 aku meninggalkan pekerjaan yang mungkin bagi sebagian orang merupakan jenis pekerjaan yang “menjanjikan”. Aku tinggalkan pekerjaan tersebut untuk bergabung bersama kawan-kawan sebaya. Aku sangat percaya tentang pentingnya sistem dukungan psikososial bagi kawan-kawan yang baru menerima status HIV mereka dan menyebarkan sugesti positif bahwa mereka tidak sendirian mengahadapi ini.
Aku berkerja dalam fokus pendukungan sebaya dan kini aku juga memiliki beberapa perkerjaan yang berkerjasama dengan beberapa yayasan dan mitra di skala nasional juga internasional yang memiliki tujuan dan visi yang sama dalam pendukungan dan penanggulangan HIV dan AIDS.
Di sela-sela kesibukanku, tidak lupa kuluangkan waktu untuk menikmati hidupku secara utuh. Aku tidak ingin membatasi diriku karena aku ingin membuktikan bahwa orang dengan HIV bisa melakukan dan menikmati banyak hal dalam hidpu. Orang dengan HIV seperti aku bisa menjadi seorang penyelam, bisa berpetualang ke semua tempat yang ingin dituju. Aku sangat mencintai alam. Tantangan dan petualangan hari ini masih terus bisa kunikmati sebagai rasa syukur atas semua kesempatan yang Tuhan berikan.
Pelajaran yang berharga dari hidup yang kujalani bersama HIV adalah tentang penerimaan diri, pentingnya mengambil keputusan yang tepat dan tidak terjebak dalam penyesalan masa lalu. Hidup hanya memiliki tiga siklus: Hari kemarin yang sudah lalu dan tidak bisa di ulang, hari ini sebagai satu-satunya kesempatan yang ada, dan hari esok yang masih menjadi harapan yang belum tentu datang.
Lakukan saja yang terbaik dengan berani memilih untuk tidak menyerah karena kamu tidak sendirian. Jika kamu merasa lelah dengan kondisi yang ada dan tidak ada siapa pun untuk mengadu, maka ingatlah masih ada Tuhan yang akan selalu mau mendengarkanmu. Pada akhirnya aku dapat berkata pada dunia bahwa aku berani dan inilah aku seutuhnya.