Photo by snowing from Freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Seorang perempuan dari Argentina tampaknya berhasil mengenyahkan HIV dari tubuhnya tanpa obat-obatan atau penanganan medis di mana para dokter meyakini sistem kekebalan tubuh sang pasien yang menendang keluar virus tersebut.
Perempuan asal Argentina yang dijuluki pasien Esperanza ini tampak telah terpapar tapi kemudian tubuhnya berhasil mengenyahkan virus HIV.
Baca Juga:
Hasil dari beragam tes terhadap lebih dari satu miliar sel pada tubuh sang pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda infeksi, demikian dilaporkan jurnal Archives of Internal Medicine. Tak pelak, ini memberi harapan untuk memberantas HIV atau menyembuhkan pasien-pasien dengan virus penyebab penyakit AIDS itu.
Temuan ini juga adalah bukti lanjutan bahwa ada sejumlah orang yang lahir dengan ketahanan alami terhadap HIV. Beberapa orang punya gen yang mencegah tubuh terpapar vírus HIV. Dan perempuan asal Argentina yang dijuluki pasien Esperanza ini tampak telah terpapar tapi kemudian tubuhnya berhasil mengenyahkan virus HIV.
Sebagian besar orang dengan HIV memerlukan terapi antiretroviral (ART) seumur hidup mereka. Jika mereka berhenti mengonsumsi obat-obatan tersebut, virus HIV bisa muncul lagi dan menimbulkan masalah dan berlanjut ke stadium AIDS.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ada sejumlah laporan mengenai keberadaan “kaum elite pengendali”— mereka yang mampu menekan kemunculan virus HIV tanpa obat-obatan. Adam Castillejo, misalnya, Pria asal London, Inggris, ini mampu menghentikan konsumsi harian pil HIV setelah menerima donor sel punca untuk mengatasi kanker yang juga dia alami. Ini artinya, sel-sel dalam tubuhnya yang terpapar HIV lantas dapat digantikan selama terapi kanker. Beruntung bagi Adam, donor sel punca yang diterimanya adalah bagian dari 1% orang-orang yang lahir dengan gen pencegah HIV sehingga vírus HIV tidak bisa masuk dan menular ke sel-sel tubuh.
Para dokter yang memeriksa pasien Esperanza belum mendeteksi virus HIV pada tubuh perempuan tersebut selama lebih dari delapan tahun. Dan fenomena serupa dialami Loreen Willenberg dari San Francisco, Amerika Serikat. Seperti pasien Esperanza, Loreen pun tampak pulih dari HIV berkat sistem kekebalan tubuhnya.
Dr Xu Yu, dari Ragon Institute of Massachusetts General Hospital selaku peneliti utama, berkata, “Mungkin ada jalur yang dapat ditempuh untuk mendapatkan sterilisasi bagi orang-orang yang tidak bisa pulih dengan sendirinya. Kami tengah melihat kemungkinan menerapkan kekebalan semacam ini terhadap orang-orang yang mengonsumsi ART, melalui vaksinasi, dengan tujuan mendidik kekebalan tubuh mereka agar mampu mengendalikan virus tersebut tanpa ART.”
Sementara Prof John Frater, dari University of Oxford, mengatakan bahwa walau hampir mustahil menilai seseorang benar-benar sembuh dari HIV, para ilmuwan telah melakukan upaya sebanyak mungkin untuk membuktikan kemungkinan tersebut. “Pertanyaan kuncinya adalah apakah pasien ini memang benar-benar menyembuhkan diri mereka atau, alternatifnya, mengalami infeksi gagal, yang mencoba terus menyerang tapi bisa dipadamkan sejak dini,” katanya.
“Sistem kekebalan tubuhnya jelas memperlihatkan riwayat telah terinfeksi, sehingga sepertinya tidak ada pertanyaan apakah dia telah terpapar. Meski demikian, mungkin ada pasien-pasien semacam itu di luar sana, yang bisa banyak dipelajari dalam pencarian penyembuh HIV,” pungkas Frater.