Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Penelitian di Eropa telah menunjukkan bahwa pengunaan obat pencegahan HIV yang dikenal dengan obat pre-exposure prophylaxis (PrEP), memiliki efek positif pada kesehatan mental bagi mereka yang mulai menggunakannya. Itulah mengapa di Australia, para dokter dan petugas kesehatan bersedia meresepkan PrEP untuk mengurangi kecemasan yang terkait dengan penularan HIV antar pasangan.
Menurut peneliti Anthony KJ Smith, manfaat PrEP cukup signifikan dalam mengurangi kecemasan tentang kesehatan seksual dan secara khusus HIV.
Baca Juga:
Hal ini berlaku juga untuk pasangan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) dan biseksual yang mungkin terinfeksi HIV; pasangan serodiskordan; atau bahkan individu yang terus-menerus cemas tentang HIV meskipun mereka tidak berisiko terinfeksi HIV.
Menurut peneliti Anthony KJ Smith, seorang mahasiswa PhD di University of New South Wales di Australia, yang melakukan wawancara terhadap 25 orang yang bekerja sebagai dokter atau perawat yang memiliki wewenang untuk meresepkan PrEP, manfaat PrEP cukup signifikan dalam mengurangi kecemasan tentang kesehatan seksual dan secara khusus HIV. “Mereka merasa bahagia, hidup mereka baik-baik saja. Ini karena mereka memiliki banyak pasangan seksual,” jelas salah seorang petugas kesehatan dalam penelitian Smith.
Manfaat PrEP Untuk LSL
Sejumlah responden juga menyatakan betapa efek PrEP memberi kesan membebaskan bagi LSL yang berusia senior, merujuk secara khusus pada efek pembebasan PrEP untuk pria gay yang lebih tua. “LSL berusia senior yaitu 50 – 60-an tahun, yang telah menjadi saksi mata akan epidemi ADIS dan kehilangan keluarga serta sahabat mereka dan kerap menggunakan kondom karena merasa cemas, sekarang merasa manfaat PrEP yang sangat luar biasa.”
Bahkan, ada di antara mereka yang tidak berhubungan seks sama sekali pada tahun 1980-an dan 1990-an, karena takut terinfeksi HIV, dan penggunaan PrEP benar-benar mengubah hidup mereka.
Meski demikian, para responden berusaha untuk tidak menggambarkan PrEP sebagai “obat mujarab” atau “pil ajaib” untuk depresi atau kecemasan berlebihan yang mereka rasakan. Mereka tetap memberikan edukasi dan rujukan terhadap layanan psikologis jika diperlukan.
Manfaat PrEP Untuk Pasangan Serodiskordan
Ketika para respondon ditanya tentang manfaat penting PrEP terhadap pasangan serodiskordan, baik LSL maupun heteroseksual, hampir semua responden menyebutkan konsep U = U atau undetectable = untransmitable yaitu tidak terdeteksi sama dengan tidak menularkan.
Mengapa PrEP tetap dibutuhkan meski pasangan mereka memiliki viral load yang tidak terdeteksi? ini karena ada banyak situasi di mana PrEP mungkin memberikan keamanan tambahan. Salah satunya adalah ketika pasangan positif HIV mengalami kesulitan dengan terapi antiretroviral mereka atau berada dalam hubungan non-monogami. Namun, ada juga pasangan serodiskorkan yang belum begitu mempercayai U = U, atau mereka tipe pasangan yang sama sekali tidak ingin mengambil risiko.
Kecemasan Berlebihan
Para responden juga berbicara tentang orang yang meminta PrEP meskipun mereka memiliki sedikit atau bahkan tidak ada risiko terinfeksi HIV, tetapi memilki rasa cemas atau khawatir yang sangat berlebihan. Terkadang, tingkat kecemasan yang ekstrim meskipun tampak berisiko rendah mungkin merupakan tanda bahwa ada sesuatu yang terjadi pada pasien yang tidak mereka kemukakan. Contohnya mungkin pasangan yang kasar, orang yang dicurigai berselingkuh, atau hanya pengalaman yang belum siap mereka bicarakan.
Responden yang lain mengakui bahwa beberapa pasien mungkin hanya merasa nyaman berbicara dengan petugas layanan kesehatan tertentu tentang kehidupan seks mereka, seraya mengatakan, “Kami berharap banyak dari pasien kami dalam hal seberapa banyak mereka memberi tahu kami.”
Dengan demikian, PrEP diresepkan untuk pasien yang jelas tidak berisiko terhadap HIV, atas dasar bahwa mereka tidak dapat mengesampingkan risiko yang tidak diungkapkan.
Meskipun responden mengakui bahwa PrEP dapat berperan dalam mengurangi kecemasan HIV, mereka tetap berhati-hati dalam untuk meresepkan PrEP hanya dalam situasi di mana pasien benar-benar membutuhkan informasi atau dukungan psikologis. Mereka juga mengatakan bahwa meskipun PrEP dapat mengubah kehidupan masyarakat, pemberikan PrEP juga harus disertai dengan edukasi tentang cara pencegahan HIV.
Sumber: Is reducing anxiety a legitimate indication for PrEP in itself?