Photo from freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Di seluruh dunia, tingkat penularan HIV telah menurun berkat pengobatan dan perawatan pencegahan HIV yang sekarang tersedia. Ada 23% penurunan penularan baru sejak 2010 hingga 2020. Lebih dari 80% orang kini mengetahui status HIV mereka dan dapat dites secara teratur.
Pekerja seks juga berisiko lebih tinggi terhadap penularan HIV karena mereka memiliki banyak pasangan seksual yang status HIV-nya biasanya tidak diketahui.
Baca Juga:
Namun, bagi orang yang bekerja sebagai pekerja seks, risiko penularan HIV masih jauh lebih tinggi daripada rata-rata kelompok populasi kunci lainnya. Diperkirakan bahwa pekerja seks memiliki kemungkinan 13 kali lebih besar untuk didiagnosis HIV dibandingkan pekerja non-seks. Selain itu, pekerja seks merupakan 9% dari populasi global orang yang hidup dengan HIV.
Jadi, mengapa pekerja seks berisiko lebih tinggi terhadap penularan HIV dibandingkan populasi umum? Dan bagaimana penularan HIV dapat dicegah bagi orang yang terlibat dalam pekerjaan seks?
Salah satu penyebab utama penularan HIV adalah melalui hubungan seks tanpa pengaman dan/atau hubungan seks dengan banyak pasangan. Pekerja seks juga berisiko lebih tinggi terhadap penularan HIV karena mereka memiliki banyak pasangan seksual yang status HIV-nya biasanya tidak diketahui.
Di banyak negara, kondom tidak umum digunakan atau tersedia untuk pekerja seks. Misalnya, di Pakistan, hanya 35% pekerja seks yang dilaporkan menggunakan kondom secara teratur. Jika seorang pekerja seks dianiaya atau kliennya menolak untuk memakai kondom, hal ini membahayakan pekerja seks tersebut.
Kekerasan terhadap pekerja seks juga cukup umum terjadi, dan hal ini membuat pekerja seks berisiko lebih tinggi mengalami kekerasan seksual yang dapat mengakibatkan penularan HIV. Di beberapa negara, lebih dari 70% pekerja seks melaporkan telah diperkosa atau diserang secara fisik. Seringkali, pekerja seks tidak memiliki sumber daya atau kemampuan untuk melakukan tindakan hukum terhadap klien yang melakukan pelecehan seksual, sehingga banyak dari insiden ini tidak dilaporkan.
Menurut laporan dari UNAIDS, sebagian besar pekerja seks menyatakan bahwa bantuan sulit ditemukan atau tidak tersedia bagi mereka. Banyak yang tidak mampu membayar bantuan pencegahan HIV atau tidak yakin bagaimana mendapatkan jenis bantuan ini.
Satu-satunya cara bagi pekerja seks untuk mendapatkan akses ke alat pencegahan HIV, seperti PrEP, adalah dengan berkonsultasi dengan dokter. Namun sayangnya, sebagian besar pekerja seks tidak pergi ke klinik karena mahalnya biaya atau kurangnya ketersediaan sumber daya tersebut.
PrEP efektif hingga 90% dalam melindungi seseorang dari penularan HIV jika dikonsumsi sesuai resep. Agar pekerja seks mendapatkan PrEP, mereka harus dites terlebih dahulu untuk memastikan mereka negatif HIV. Dalam kebanyakan kasus, tes ini ditawarkan di klinik kesehatan atau dokter, tetapi ada alat skrining HIV mandiri (SHM) yang tersedia dan bisa didapatkan gratis melalui LSM-LSM di bidang HIV dan AIDS.
PrEP yang saat ini disetujui di Indonesia adalah kombinasi Tenofovir dan Emtricitabine, kombinasi ini disetujui untuk semua jenis kelamin dan tersedia untuk orang dewasa dan remaja. Orang yang menggunakan PrEP dapat mengalami efek samping ringan, termasuk:
- Mual atau muntah
- Sakit kepala
- Kehilangan nafsu makan atau perubahan berat badan
Dalam beberapa kasus, PrEP dapat menyebabkan efek samping yang lebih serius terutama bagi mereka yang memiliki kondisi yang sudah ada terkait dengan ginjal dan/atau hati mereka. Umumnya, seorang dokter akan memerlukan tes yang lebih banyak untuk orang-orang yang berisiko mengalami efek samping ini saat mereka menggunakan PrEP.
Kabar baiknya, di Indonesia, kita bisa mendapatkan PrEP dengan gratis.
Tips Pencegahan Lainnya
Selain mengonsumsi PrEP, ada tips pencegahan HIV lain yang bisa membantu pekerja seks menurunkan risiko penularan. Yang pertama adalah menggunakan kondom selama melakukan aktivitas seksual dengan pasangan untuk menurunkan risiko penularan HIV dan IMS lainnya. Pekerja seks juga harus melakukan tes rutin untuk memeriksa HIV dan IMS lainnya. Terakhir, pekerja seks – atau siapa pun – tidak boleh berbagi jarum suntik dengan orang lain, terlepas dari status HIV orang tersebut.
Juga, penting bagi pekerja seks untuk terhubung dengan program yang menyediakan akses ke sumber daya pencegahan HIV, seperti kondom, tes gratis, dan PrEP.
Adapun cara terbaik bagi pekerja seks untuk menurunkan risiko penularan HIV adalah dengan mendapatkan akses ke informasi tentang strategi pencegahan dan mengonsumsi PrEP. Mendapatkan akses ke komunitas pendukung adalah cara terbaik untuk membantu pekerja seks dan orang lain yang berisiko tinggi tertular HIV agar tetap aman dan sehat.
Sumber: HIV Prevention for Sex Workers: What You Need to Know