Photo by from freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Tiga puluh tahun yang lalu, diagnosis HIV sering dianggap sebagai hukuman mati. Saat ini HIV yang menyebabkan AIDS tidak hanya dianggap dapat dikendalikan, tetapi bahkan dapat dicegah dengan PrEP (pre-exposure prophylaxis treatment), yaitu kombinasi obat antiretroviral untuk mencegah HIV.
Emtricitabine / Tenofovir, satu-satunya obat kombinasi yang saat ini disetujui untuk PrEP, telah memberikan dampak yang signifikan.
Baca Juga:
Para ahli menyebutnya sebagai obat revolusioner, tetapi PrEP tidak dapat mencegah infeksi menular seksual atau IMS. Sayangnya, banyak orang berhenti menggunakan kondom ketika mereka mengonsumsi PrEP, lalu melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan banyak pasangan, dan terus menyebarkan infeksi menular seksual lainnya.
Terlepas dari orientasi seksual kamu, jika kamu sedang mempertimbangkan atau menggunakan PrEP, kamu pasti ingin memahami mengapa safe sex atau melakukan hubungan seks yang aman tetap penting.
1. PrEP tidak mencegah IMS lainnya
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (CDC), tingkat infeksi menular seksual (IMS) meningkat setiap tahun. Dari 2015 hingga 2019, sifilis meningkat sebesar 74 persen, dan gonore dan klamidia masing-masing naik 56 persen dan 19 persen.
Emtricitabine / Tenofovir, satu-satunya obat kombinasi yang saat ini disetujui untuk PrEP, telah memberikan dampak yang signifikan. Popularitasnya mungkin mengaburkan persepsi tentang kemampuannya karena penelitian menunjukkan beberapa orang yang menggunakan PrEP malah tidak memakai kondom dengan teratur.
Satu studi San Francisco, Amerika Serikat (AS) menemukan peningkatan 30 persen IMS di antara pengguna PrEP setelah enam bulan. Ketika ditanya terkait penggunaan kondom, 56 persen mengatakan mereka menggunakannya pada tingkat yang sama setelah memulai PrEP, 41 persen menggunakannya lebih sedikit, dan 3 persen menggunakannya lebih banyak. Setelah satu tahun, setengahnya mengalami infeksi seperti klamidia, gonore, atau sifilis.
PrEP seperti alat kontrasepsi yang melindungi kita (dalam hal ini melindungi kita dari HIV) tetapi tidak melindungi dari hal-hal lain seperti IMS. Bila kamu memiliki infeksi menular seksual, itu meningkatkan kemungkinan terinfeksi HIV karena ada peradangan pada sistem.
Kondom dapat membantu, tetapi mereka yang menggunakan PrEP dan tidak menggunakan kondom secara konsisten dapat mengurangi risiko mereka melalui cara lain, misalnya dengan tidak menggabungkan seks dengan pemakaian obat-obatan atau alkohol dan mengurangi jumlah pasangan seksual mereka – atau memilih hubungan monogami.
2. IMS menjadi kebal terhadap antibiotik
Menderita IMS bukanlah akhir dari dunia, tetapi infeksi berulang dan perawatan memang menimbulkan risiko. Untungnya gonore, klamidia, dan sifilis dapat diobati dengan antibiotik. Meski demikian, beberapa infeksi ini dapat menyebabkan komplikasi. Penggunaan antibiotik itu sendiri bukan tanpa bahaya. Sama seperti semua obat, antibiotik memiliki risiko efek samping, dan tidak dimaksudkan untuk diminum berulang kali.
Menurut CDC, menggunakan antibiotik dapat menimbulkan resistensi. Gonore secara khusus telah mengembangkan resistensi terhadap obat yang diresepkan untuk mengobatinya, dan telah memaksa kita untuk menggunakan antibiotik dengan dosis yang lebih kuat untuk melawannya.
Jika kita terus mengobati infeksi yang sama beberapa kali setiap tahun, obat tersebut akan berhenti bekerja. Antibiotik adalah sumber daya yang berharga dan terbatas dan perusahaan obat telah berhenti membuat yang baru, sehingga perusahaan farmasi saat ini hanya memiliki sedikit jenis yang tersisa.
3. Menggunakan PrEP harus konsisten
Agar efektif secara maksimal, PrEP harus diminum setiap hari dan memerlukan skrining dan tindak lanjut yang konsisten. Intinya adalah bahwa PrEP merupakan terobosan, tetapi memiliki keterbatasan. Terus memprioritaskan keselamatan saat berhubungan seks, perlindungan, dan komunikasi yang jujur dengan pasangan adalah kuncinya.