QUICK FACT:
- Hubungan seks vaginal atau anal yang tidak terlindungi menempatkan Anda pada resiko terinfeksi HIV dan infeksi menular seksual lainnya (IMS). Selama hubungan seks tanpa kondom, HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi (darah, air mani, cairan vagina, lendir pre-cum atau anal) ke pasangan seksual mereka.
- seks anal memiliki resiko tinggi terhadap penularan HIV lantaran lapisan anus lebih halus daripada lapisan vagina sehingga mudah terjadi perlukaan saat penetrasi dan virus HIV masuk dari perlukaan tersebut. Risiko penularan HIV dengan seks oral tanpa kondom sangat rendah, namun ada risiko IMS lainnya. Menggunakan kondom adalah cara yang paling efektif untuk mencegah penularan HIV dan IMS.
Selama hubungan seks tanpa kondom, HIV dalam cairan tubuh orang yang terinfeksi (darah, air mani, cairan vagina, lendir pre-cum atau anal) dapat masuk ke tubuh pasangan seksual mereka.
Bagaimana Anda Mendapat HIV Dari hubungan Seks Tanpa Kondom?
Selama hubungan seks tanpa kondom, HIV dalam cairan tubuh orang yang terinfeksi (darah, air mani, cairan vagina, lendir pre-cum atau anal) dapat masuk ke tubuh pasangan seksual mereka. Hal ini bisa terjadi melalui selaput lendir penis, vagina, rektum dan terkadang mulut dan tenggorokan.
Apakah Beberapa Gaya Hubungan Seksual Lebih Berisiko Daripada Yang Lain?
Kebanyakan orang terkena HIV dengan melakukan hubungan seks — baik vaginal maupun anal — tanpa kondom. Seks anal adalah yang paling berisiko karena lapisan anus lebih halus dibanding lapisan vagina dan lebih mudah rusak. Hubungan seks anal reseptif (“bottoming”) lebih berisiko daripada seks anal insertif (“topping”).
Bagaimana Saya Bisa Terhindari Dari HIV, Meski Aktif Secara Seksual?
Kondom
Kondom adalah cara yang paling efektif untuk mencegah infeksi HIV (dan IMS) melalui hubungan seks vaginal dan anal serta seks oral. Kondom harus digunakan sebelum melakukan kontak seksual karena HIV dapat diteruskan melalui cairan dari vagina dan anus.
Pelumas
Pelumas membuat hubungan seks lebih aman dengan mengurangi resiko cidera pada vagina atau anus yang disebabkan oleh kekeringan atau gesekan. Hal ini juga dapat mengurangi risiko pecahnya kondom. Gunakan pelumas berbasis air dan bukan pelumas berbahan dasar minyak (seperti Vaseline), karena pelumas berbahan dasar minyak membuat kondom berbahan lateks cepat rusak.
Pre-Exposure Prophylaxis (PrEP)
PrEP adalah obat antiretroviral yang dikonsumsi setiap hari oleh orang-orang dengan risiko tinggi terinfeksi HIV. PrEP dapat memberikan tingkat perlindungan yang tinggi terhadap HIV, dan sangat efektif bila digunakan dengan kondom. namun saat ini belum ada program dan pedoman yang baku dari Depkes RI terkait PrEP ini.
Untuk mencegah penularan HIV secara seksual, PrEP dapat direkomendasikan kepada:
- Mereka yang sedang berhubungan seksual dengan ODHA
- Mereka yang aktif secara seksual dengan lebih dari satu orang, bahkan jika mereka baru saja melakukan tes HIV negatif.
- Laki-laki dan wanita heteroseksual yang tidak menggunakan kondom dengan pasangan yang status HIV-nya tidak diketahui dan berisiko tinggi terinfeksi HIV (misalnya mereka yang menggunakan narkoba suntik atau memiliki pasangan laki-laki biseksual).
Post-Exposure Prophylaxis (PEP)
PEP adalah penggunaan obat antiretroviral setelah kejadian yang membuat Anda berisiko terhadap HIV, misalnya kecelakaan kerja pada tenaga kesehatan seperti tertusuk jarum limbah, korban pemerkosaan, dan kejadian pecah kondom pada pasangan serodiskordan. PEP harus diberikan sebelum 72 jam setelah paparan terjadi. Namun, PEP tidak 100% efektif, dan tidak boleh dipandang sebagai alternatif kondom.