Photo by cottonbro
Penulis: Andriano Bobby
Editor: Andriano Bobby
Hingga saat ini, belum ada obat atau vaksin yang dapat menghilangkan virus HIV dari tubuh seseorang. Kami menyanggah mitos dan rumor yang menyatakan ada. Walaupun penelitian terus dikembangkan dan pengobatan antiretroviral mengalami kemajuan yang pesat, itu berarti orang yang hidup dengan HIV memiliki harapan hidup yang hampir normal atau sama dengan orang tanpa HIV, kita masih menunggu obat yang dapat menghilangkan virus ini ditemukan.
Beberapa orang memilih untuk menjalani pengobatan alternatif, seperti obat herbal, sebagai cara alami untuk mengobati HIV. Namun, tidak ada bukti bahwa obat-obatan ini berfungsi.
Baca Juga:
Meskipun demikian, kabar hoax terus beredar online yang menyatakan bahwa ada cara alternatif untuk menghilangkan virus untuk selamanya. Di sini kami menyanggah beberapa mitos penyembuhan HIV yang umum untuk memastikan bahwa pengobatan ARV adalah satu-satunya cara untuk menjaga diri kita tetap sehat meski hidup dengan HIV.
Mitos 1: Pengobatan herbal dan terapi alternatif dapat menyembuhkan HIV
Beberapa orang memilih untuk menjalani pengobatan alternatif, seperti obat herbal, sebagai cara alami untuk mengobati HIV. Namun, tidak ada bukti bahwa obat-obatan ini berfungsi.
Minum obat-obatan herbal bisa berbahaya karena tidak akan melindungi sistem kekebalan kita dari infeksi dan justru dapat berinteraksi secara buruk dengan ARV jika kita meminumnya bersamaan. Satu-satunya cara agar kita tetap sehat ketika hidup dengan HIV adalah dengan memakai ARV secara patuh sesuai arahan dokter kita dan lakukan pemeriksaan viral load untuk memantau bahwa ARV yang kita minum masih bekerja menekan virus.
Mitos 2: Virus saya tidak terdeteksi, berarti saya sembuh?
Beberapa orang yang mematuhi pengobatan dengan baik dapat mencapai viral load sangat rendah sehingga diklasifikasikan sebagai ‘Tidak Terdeteksi’. Ini juga berarti risiko kita menularkan HIV kepada orang lain sangat kecil bahkan hampir nol. Ini adalah kemajuan yang baik dan ini salah satu tanda bahwa pengobatan ARV kita berhasil, namun ini bukan berarti kita sudah sembuh, karena HIV masih ada dalam tubuh kita. Dan jika kita berhenti memakai pengobatanARV maka viral load kita dapat meningkat kembali dan memengaruhi kesehatan jangka panjang, penularan HIV pun dapat terjadi lagi.
Mitos 3: Tidak memiliki gejala berarti sudah sembuh
HIV dapat ada di dalam tubuh tanpa menunjukkan gejala apa pun kadang-kadang hingga 5 atau 10 tahun, jadi bisa saja kita sudah terinfeksi namun tidak menunjukan gejala apapun. Meskipun kita merasa sehat sehat saja, tanpa perawatan virus ini dapat membahayakan sistem kekebalan tubuh dari waktu ke waktu sehingga kita rentan terhadap penyakit berbahaya dan mengancam jiwa. Jika kita telah didiagnosis dengan HIV, dan sudah menjalani pengobatan ARV serta tidak mengalami gejala penyakit apa pun, ini berarti bahwa perawatan kita bekerja dengan baik.
Mitos 4: Kekuatan doa dapat menyembuhkan HIV
Di seluruh dunia ada keyakinan kuat bahwa doa dapat menyembuhkan. Secara psikologis, kekuatan iman memang dapat membantu kita dalam menghadapi beberapa kesulitan hidup dengan HIV, namun satu-satunya cara agar kita dapat terus sehat adalah dengan menjalani pengobatan ARV. Agama bisa sangat baik untuk menyediakan jaringan komunitas yang mendukung, tetapi kita juga harus terus mengunjungi petugas kesehatan kita untuk mendapatkan perawatan dan saran medis.
Mitos 5: Berhubungan seks dengan perawan dapat menghilangkan HIV
Mitos ‘Pembersihan Perawan’ adalah keyakinan bahwa kegiatan seks dengan seorang gadis perawan dapat menyembuhkan laki-laki HIV atau infeksi menular seksual lainnya. Mitos itu sudah tua dan sama sekali tidak benar. Mitos ini dipercaya sudah mulai beredar di Eropa abad ke-16, ketika orang-orang pertama kali mulai mendapatkan sifilis dan gonore, tetapi sekarang mitos HIV semacam ini menjadi penyembuhan populer di Afrika sub-Sahara.
Berhubungan seks dengan perawan tidak akan menyembuhkan HIV, itu hanya akan membuat mereka berisiko terinfeksi virus dari kita jika kondom tidak digunakan. Apalagi jika kita melakukannya dengan gadis dibawah umur yang belum paham tentang konsensus seksual, ini juga merupakan bentuk kekerasan seksual dan merupakan tindak pidana.