Photo from poz.com
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Brenda Chambers, didiagnosis positif HIV sejak 2003, namun pada 2011 perempuan asal Amerika Serikat yang kini berusia 67 tahun itu, didiagnosis dengan penyakit liver dan terpaksa menghentikan terapi antiretroviral (ART) yang ia jalani selama ini. Bermula ketika Chambers menderita lumpuh karena kelelahan. “Saya sangat lelah sehingga saya tidak dapat melakukan pekerjaan saya sehari-hari sebagai aktivis HIV,” keluh Chambers.
Pada beberapa ODHIV yang berusia lanjut, obat-obatan antiretroviral rejimen lama memiliki kaitan dengan penyakit kerusakan hati atau liver, sedangkan rejimen ARV yang lebih baru umumnya tidak memiliki dampak terhadap kerusakan hati.
Baca Juga:
Tes laboratorium Chambers saat itu menunjukkan bahwa tingkat fungsi livernya yang berada di luar grafik. “Dokter saya mengatakan kepada saya, ‘Kami tidak tahu apa yang terjadi,'” katanya, “‘tetapi kami akan terus memonitor, dan untuk saat ini, mari hentikan pengobatan HIV Anda.'”
Pada beberapa ODHIV yang berusia lanjut, obat-obatan antiretroviral rejimen lama memiliki kaitan dengan penyakit kerusakan hati atau liver, sedangkan rejimen ARV yang lebih baru umumnya tidak memiliki dampak terhadap kerusakan hati.
Namun selama enam bulan berikutnya, dia menjadi lebih lelah. “Saya tidak bisa bangun dari tempat tidur,” kenangnya. Akhirnya, setelah penanda fungsi liver kembali normal dan dia kembali menggunakan obat HIV, biopsi liver mengungkapkan bahwa dia menderita penyakit liver berlemak atau fat liver desease (FLD), yaitu penumpukan lemak yang lambat di sel-sel liver, dan umumnya dikaitkan dengan sindrom metabolik, seperti obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi.
Hal yang disarankan untuk penderita FLD adalah banyak berolahraga, termasuk lebih banyak berjalan kaki, dan memperbaiki pola makan di mana Itu berarti mengganti makanan manis, berlemak, dan nol kalori (seperti roti putih, nasi putih, dan kentang goreng) dengan protein tanpa lemak (ayam, ikan, babi), kacang-kacangan dan banyak buah-buahan dan sayuran. Juga, tidak merokok dan minum alkohol.
Jika kamu hidup dengan HIV dan FLD seperti Chambers, maka diskusikan dengan dokter mengenai opsi mengganti obat HIV lantaran ada kekhawatiran kemungkinan kenaikan berat badan akibat mengonsumsi obat ARV. Chambers akhirnya memutuskan untuk lebih banyak berolahraga dan memperbaiki pola makannya, dan lebih banyak berjalan kaki. Dia juga mengganti pola makan dengan salad, ayam, dan banyak air.
Di tahun-tahun berikutnya, Chambers juga berjuang dengan depresi yang disebabkan oleh pembunuhan putranya pada tahun 2015. Syukurlah dia memiliki psikiater yang luar biasa. Bersama dengan dua cucu yang kini berusia usia 4 dan 7 tahun, Chambers menemani mereka menonton acara TV Disney+ seperti Luca dan The Mandalorian yang diakui telah meningkatkan suasana hatinya.
Meskipun Chambers masih menderita FLD, Chambers tidak lumpuh oleh kelelahan yang disebabkan oleh kondisi liver yang dia alami satu dekade lalu, dan tingkat enzim livernya tetap normal. Chambers terus mengonsumsi makanan sehat, memastikan dia berjalan 10.000 langkah sehari, terlepas dari kenyataan bahwa dia tinggal di pinggir jalan raya yang tentu tidak mudah untuk terus menerus berjalan kaki.
Di tahun-tahun mendatang, Chambers berharap untuk menjadi lebih terlibat dalam komunitas HIV yang lebih besar, dan dia kini menantikan untuk bepergian ke beberapa taman nasional yang belum dia kunjungi, seperti Air Terjun Niagara. Chambers mungkin tidak pernah tahu apakah ada hubungan antara FLD-nya dan HIV-nya atau obat-obatan HIV-nya. Tapi dia senang bahwa masalah hatinya tampaknya terkendali. Untuk orang lain yang berjuang dengan FLD, Chambers memiliki dua kata kunci: “Olahraga dan diet. Ini semua tentang makan dengan benar!”
Sumber: Life After Liver Disease