Photo by wayhomestudio from freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Alex, seorang lelaki asal London, Inggris, pertama kali mengetahui tentang PrEP ketika dia menghabiskan waktu di New York, Amerika Serikat (AS). “Lebih dari 80% lelaki yang tidur dengan saya menggunakan PrEP,” katanya. Terlebih lagi, layanan kesehatan di sana mendorong orang-orang yang membutuhkan PrEP untuk mengambilnya dan meski Alex bukan warga negara AS, itu tidak menjadi masalah. Bahkan, petugas klinik di New York yang ramah memberinya persediaan tambahan PrEP untuk tiga bulan ketika dia mengatakan akan pindah kembali ke London.
Pengguna PrEP lain, yaitu Greg dari Leeds, Inggris, mengatakan bahwa bertambahnya usia selama kepanikan AIDS tahun 1980-an membuatnya sangat berhati-hati terhadap aktivitas seks.
Baca Juga:
Saat kembali ke negaranya, ia mencoba mencari cara untuk mempertahankan perlindungan yang diberikan PrEP kepadanya. Tetapi sayangnya, waktu itu ia belum bisa mendapatkannya di Inggris. Dia beralih dari menggunakan pil setiap hari ke hanya pada hari-hari tertentu. “Itu adalah masa-masa yang membuat sangat putus asa, saya berbicara dengan orang-orang HIV positif dan bertanya, bisakah saya membeli tenofovir dan emtricitabine dari kalian?” dia berkata. Saat itulah dia menemukan bahwa dia bisa mendapatkan PrEP dari apotek online di luar negeri. Hingga hari ini PrEP telah melindunginya dari HIV.
Pengguna PrEP lain, yaitu Greg dari Leeds, Inggris, mengatakan bahwa bertambahnya usia selama kepanikan AIDS tahun 1980-an membuatnya sangat berhati-hati terhadap aktivitas seks. Meskipun dia secara konsisten menggunakan kondom selama bertahun-tahun, baru-baru ini dia terkadang mendapati dirinya dibujuk untuk tidak melakukannya oleh pasangannya. Dia kemudian membutuhkan resep obat darurat PEP 28 hari – biasanya diikuti dengan periode lama tidak berhubungan seks sama sekali.
“Saya berada kembali di dunia seksual yang cukup mengkhawatirkan,” katanya. “Sebagian besar anak muda yang saya temui ingin berhubungan seks tanpa pengaman,” keluhnya. “Sepertinya virus itu mengejar saya semakin dekat,” kata Greg. “Jadi PrEP datang pada saat yang tepat bagi saya.”
“PrEP tidak mengubah perilaku saya,” katanya. “Sebaliknya PrEP telah mengubah kemungkinan hasil yang tidak diinginkan.” imbuhnya.
Nick dari London, Inggris, telah berjuang dengan seks yang lebih aman selama bertahun-tahun. Dia pergi untuk konseling dan terapi untuk lebih memahami tentang seks yang aman, tetapi masih berada di kondisi ketika dia “berusaha menjadi baik” untuk menggunakan kondom, namun terkadang dia lalai untuk menggunakannya. Dia akan merasa panik dan malu, dan perlu mengambil PEP. Terkurung di rumah dengan efek samping dari PEP, dia berhenti berhubungan seks untuk sementara waktu.
“Masa itu hampir seperti saya menghukum diri saya sendiri yang membuat saya berpikir bahwa seks itu buruk.” ungkapnya.
Dia mencoba memesan PrEP secara online, “Pada hari saya mulai melakukannya, rasanya ada sesuatu yang berubah,” katanya. “Saya merasa dibebaskan, diberdayakan dan merasa memegang kendali.”
Nick masih merasa percaya diri dengan tablet PrEP yang dia minum meskipun dia menyadari bahwa beberapa orang meragukan efektivitas PrEP. “Saya tidak melakukan seks tanpa kondom, saya melakukan seks yang dilindungi dari infeksi HIV,” kata Nick. “Aktivitas seks saya dilindungi dengan cara yang berbeda.” pungkasnya.
Sumber: Why people need PrEP