Photo by djvstock from Freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Hampir 1 juta orang di Afrika saat ini menggunakan profilaksis pra pajanan (PrEP), obat yang dapat mengurangi risiko infeksi HIV. Sementara penggunaan PrEP masih terbatas di negara-negara Barat, jumlah pengguna PrEP di sub-Sahara Afrika (SSA) kini telah meningkat secara drastis, bahkan terhitung lebih dari setengah pengguna PrEP di seluruh dunia.
Afrika Selatan bahkan telah melampaui 100.000 pengguna PrEP, sementara Kenya memiliki sekitar 83.000 pengguna PrEP pada Desember 2020, diikuti oleh Zambia dan Uganda.
Baca Juga:
Kate Segal dari AVAC, sebuah organisasi nirlaba berbasis di New York, Amerika Serikat, yang berfokus pada pencegahan HIV global, mengatakan telah terjadi ekspansi besar pengguna PrEP pada tahun 2020, dengan kenaikan lebih dari 300.000 dari tahun sebelumnya. Di SSA, jumlah pengguna baru melonjak dari 4.154 pada tahun 2016 menjadi lebih dari 517.000 pada tahun 2020, mewakili 56 persen dari total global pengguna PrEP di seluruh dunia. Kemudian dari 10 negara dengan jumlah pengguna PrEP tertinggi di dunia, tujuh di antaranya berada di SSA.
Afrika Selatan bahkan telah melampaui 100.000 pengguna PrEP, sementara Kenya memiliki sekitar 83.000 pengguna PrEP pada Desember 2020, diikuti oleh Zambia dan Uganda. Segal mengaitkan tren pengguna PrEP tersebut dengan investasi dari Rencana Darurat Presiden AS untuk Bantuan AIDS, yang merupakan penyandang dana utama program HIV di seluruh SSA, dan bersama dengan pemerintah setempat untuk berkomitmen menawarkan akses luas penggunaan PrEP.
Menurut Segal, negara-negara SSA telah memastikan obat-obatan PrEP tersedia untuk populasi umum, serta untuk kelompok yang berisiko lebih besar terinfeksi HIV, seperti lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL) dan pekerja seks. Ini kontras dengan pendekatan di negara-negara seperti Inggris, yang telah lama menolak memberikan akses PrEP kepada masyarakat umum.
Segal mengatakan masih ada peluang untuk memperluas akses di SSA, seperti membuat PrEP tersedia di apotek lokal dan outlet lainnya, dan menginformasikan kepada masyarakat tentang manfaat obat tersebut. “Banyak masyarakat umum yang masih belum mengetahui keberadaan PrEP atau bagaimana mengaksesnya. Jadi kami benar-benar perlu menormalkan penggunaan PrEP dan meningkatkan permintaan,” katanya.
John Nkengasong dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika mengatakan pandemi virus corona yang sedang berlangsung dapat menghambat upaya ini. “Covid-19 telah berdampak pada semua program kesehatan kita, bukan hanya HIV. Saya menduga akan ada banyak efek pada inisiasi PrEP di Afrika tahun ini,” katanya. “Kami tahu dan kami mengantisipasi bahwa akan ada bahaya bagi program HIV kami dan program lainnya.” Namun di Nigeria, di mana pengguna PrEP tumbuh dari 76 pada 2016 menjadi hampir 32.000 pada 2020, ada optimisme bahwa keputusan untuk mengoordinasikan program HIV Nigeria akan semakin memperluas akses ke PrEP.
Ifeanyi Nsofor, CEO konsultan kesehatan masyarakat Nigeria EpiAfric, mengatakan bahwa dengan penurunan prevalensi HIV secara signifikan di Afrika, upaya pencegahan HIV dan AIDS untuk anak muda saat ini lebih menekankan pada pengguna PrEP. “Kami berfokus pada pencegahan dan peningkatan fasilitas kesehatan yang ramah remaja dan penerapan teknologi untuk memberikan informasi tentang PrEP dan masalah lainnya kepada remaja melalui ponsel dan media sosial,” katanya.
Sumber: African nations lead the world in offering PrEP HIV prevention drug