Photo by user19579769 from freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Di Indonesia hingga 2020, diperkirakan sekitar 500 ribu orang hidup dengan HIV (ODHIV), namun bisa jadi ada lebih banyak ODHIV yang tidak mengetahui status positif mereka dan bahkan tidak memahami bahwa mereka juga memiliki viral load yang tinggi.
Viral load juga dapat memberikan informasi mengenai sejauh mana stadium HIV ODHIV, serta seberapa baik pengobatan antiretroviral (ARV) dalam mengendalikan infeksi di dalam tubuh.
Baca Juga:
Apakah viral load itu? Viral load adalah kisaran jumlah partikel virus dan jumlah RNA HIV per 1 ml (1 cc) sampel darah. Atau dengan kata lain, viral load adalah tolok ukur mengenai sudah seberapa jauh dan cepat penyakit berkembang dalam tubuh yang diketahui lewat jumlah virus di dalam sampel darah. Ini artinya, semakin banyak jumlah partikel virus dalam darah, maka semakin tinggi risiko kita untuk menularkan virus dan mengalami komplikasi HIV, seperti AIDS dan infeksi oportunistik.
Viral load juga dapat memberikan informasi mengenai sejauh mana stadium HIV ODHIV, serta seberapa baik pengobatan antiretroviral (ARV) dalam mengendalikan infeksi di dalam tubuh.
Kamu bisa mengetahui kadar viral load dengan melakukan tes darah. Waktu yang paling tepat untuk melakukan tes viral load adalah segera setelah kamu didiagnosis positif HIV. Hasil dari tes ini nanti akan dijadikan patokan untuk mengamati perkembangan virus HIV dalam tubuh selama menjalani pengobatan seterusnya.
Tes viral load sebaiknya rutin dilakukan untuk mengevaluasi kesuksesan pengobatan terapi ARV yang kamu jalani. Perlu kamu tahu bahwa kombinasi pengobatan yang tepat biasanya akan menurunkan jumlah virus dalam darah secara drastis dalam satu bulan. Jika kombinasi pengobatan kamu tidak tepat, akan terlihat dari hasil tes viral load yang tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Jika hal itu terjadi, dokter biasanya akan mengganti kombinasi obat-obatan kamu.
Cara Membaca Hasil Tes Viral Load
Secara umum, jumlah viral load sekitar 1.000 kopi per 1 ml darah dianggap rendah, sementara 100.000 atau lebih dianggap tinggi. Beberapa kategori hasil viral load yang biasanya terbaca setelah tes adalah:
Virus terdeteksi
Jika kamu memiliki hasil “viral load terdeteksi” artinya kamu benar memiliki virus HIV dalam tubuh. Namun, kadarnya bisa tinggi atau rendah karena tergantung oleh banyak faktor. Seperti yang telah disebutkan, angka jumlah virus yang mencapai 100.000 kopi per 1 ml darah dikategorikan sebagai viral load tinggi. Ketika viral load kamu tinggi artinya sistem kekebalan tubuh telah gagal melawan HIV dengan baik.
Hasil ini biasanya cenderung ditemukan pada orang-orang yang baru terdiagnosis HIV. Di sisi lain, jumlah virus yang tinggi juga dapat menandakan penularan HIV baru saja terjadi.
Sebaliknya, jumlah viral load di bawah 1.000 adalah kategori rendah. Dalam kondisi ini, virus mungkin masih dalam masa jendela, dan belum aktif bereplikasi. Kerusakan internal juga kemungkinan belum terjadi secara signifikan.
Namun, mendapat hasil viral load rendah bukan berarti kamu bebas dari risiko. Tanpa pengobatan, viral load dapat semakin meningkat sehingga virus akan mulai menghancurkan sel-sel CD4 dalam darah. Di sisi lain, jumlah virus yang rendah dapat pula berarti pengobatan berjalan dengan baik.
Virus tak terdeteksi
Hasil yang berkisar kurang dari atau sama dengan (≤) 40 sampai 75 kopi virus per 1 cc darah adalah kategori viral load “tidak terdeteksi” (undetected). Angkat tepatnya akan tergantung pada lab yang menganalisis tes kita.
Viral load tidak terdeteksi artinya sistem kekebalan tubuh kita telah pulih dan berhasil memperkuat diri. Selain itu, hal ini juga mengurangi resiko penularan beberapa penyakit menular seksual lainnya, seperti klamidia, sipilis, dan HPV.
Penurunan jumlah virus sampai batas tersebut juga dapat diartikan bahwa pengobatan yang kamu jalani berhasil melawan virus HIV di dalam tubuh. Dengan demikian, kamu berisiko sangat minim (atau bahkan tidak mungkin) untuk menularkan infeksi HIV kepada orang lain.
Ketika status viral load dari yang tadinya terdeteksi berubah menjadi undetected, dokter akan melakukan tes viral load setiap tiga hingga empat bulan sekali. Sementara apabila penurunan jumlah virus juga dibarengi oleh peningkatan kesehatan tubuh secara menyeluruh, tes viral load bisa dilakukan lebih jarang; yaitu setiap 6 bulan hingga satu tahun sekali.