Photo by tayhifi5 from freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Saat ini hanya setengah dari orang yang hidup dengan HIV yang menyadari status mereka. Berita baiknya, ketertarikan orang-orang untuk melakukan skrining HIV mandiri semakin tinggi.
Semakin banyak bukti tentang peran skrining HIV mandiri dalam membantu negara-negara mencapai target 95-95-95, yang menyerukan peningkatan tes HIV sehingga 95% orang dengan HIV mengetahui akan infeksi mereka.
Baca Juga:
“Jika aku pergi ke klinik dan pengujinya adalah seseorang yang aku kenal, aku hanya akan menyapanya, bertanya tentang keluarganya dan kemudian pergi tanpa melakukan tes HIV. Kebanyakan orang harus pergi ke klinik yang jauh di mana mereka tidak dikenal oleh siapa pun untuk diuji,” aku salah seorang yang enggan melakukan tes HIV karena alasan privasi.
Kekhawatiran tentang kerahasiaan dan privasi adalah salah satu hambatan utama layanan tes HIV untuk remaja (usia 10-19), seperti yang diungkapkan oleh perempuan muda di Malawi ini. Namun, penelitian terbaru tentang penggunaan skrining HIV mandiri, meningkatkan jumlah remaja yang mengikuti skrining HIV mandiri dan terus mengakses dukungan dan tes HIV lebih lanjut, berikut pencegahan, pengobatan dan perawatan.
Beban berat infeksi HIV pada remaja
Remaja di seluruh dunia seringkali sangat rentan terhadap infeksi HIV, baik secara sosial maupun ekonomi. AIDS sekarang menjadi penyebab utama kematian di kalangan remaja di Afrika dan penyebab kematian kedua di kalangan remaja di seluruh dunia.
Secara global, pada tahun 2014 ada 220.000 infeksi HIV baru di kalangan remaja, dengan lebih dari 60% adalah remaja perempuan – angka yang bahkan lebih tinggi di sub-Sahara Afrika. Namun, terlepas dari fakta-fakta ini, remaja lebih kecil kemungkinannya untuk mau dites HIV dibandingkan orang dewasa.
Peran skrining HIV mandiri
Semakin banyak bukti tentang peran skrining HIV mandiri dalam membantu negara-negara mencapai target 95-95-95, yang menyerukan peningkatan tes HIV sehingga 95% orang dengan HIV mengetahui akan infeksi mereka.
Dalam proyek percontohan skrining HIV mandiri berskala besar pertama di Afrika, semua orang dewasa (di atas 16 tahun) di komunitas Blantyre di Malawi ditawari skrining HIV mandiri. Sementara penyerapan skrining mandiri di masyarakat secara umum tinggi, ternyata remaja dan orang muda yang serapannya tertinggi. Dalam waktu 12 bulan sejak pengenalan skrining HIV mandiri di masyarakat, hampir semua remaja putri (16-19 tahun) melakukan skrining, demikian pula lebih dari 80% remaja laki-laki.
Angka tersebut belum pernah terjadi sebelumnya dalam kelompok yang sering enggan atau tidak dapat dites HIV – seringkali karena hambatan sosial, struktural dan sistem kesehatan. “Di komunitas kami, para pemuda adalah orang-orang yang sekarang datang ke sini dalam jumlah besar untuk mengambil alat skrining mandiri. Mereka mengatakan ingin mempersiapkan masa depan mereka,” kata seorang konselor komunitas yang bekerja di Blantyre.
Rachel Baggaley, Koordinator Unit Populasi dan Pencegahan Kunci di Departemen HIV WHO mengatakan bahwa ini menarik. “Ini melampaui apa yang biasanya terlihat dalam hal penggunaan layanan tes HIV di kalangan remaja di Afrika sub-Sahara. Skrining HIV mandiri berpotensi merevolusi tes HIV di kalangan orang muda,” katanya.
Memotivasi kaum muda untuk mengakses tes dan pengobatan
Skrining HIV mandiri adalah skrining pertama dan tidak dengan sendirinya memberikan diagnosis HIV. Individu yang skrining tesnya reaktif, menunjukkan bahwa mereka mungkin terinfeksi HIV, perlu mencari tes lebih lanjut di fasilitas kesehatan. Jika tes dikonfirmasi, mereka dapat meneruskan ke pengobatan dan perawatan.
Skrining dapat berupa tusukan jari atau alat tes cepat cairan oral, dengan opsi terakhir membantu mendorong penggunaan di kalangan remaja. “Kamu mengambil kit dan memindahkannya ke dalam mulut. Setelah kamu melakukannya, kamu memasukkannya ke dalam botol kecil yang berisi obat. Kemudian hasilnya keluar! Ini adalah pendekatan yang sangat mudah, tanpa jarum, dan tanpa klinik,” jelas seorang anak berusia 18 tahun.
Semakin banyak negara yang mempromosikan skrining HIV mandiri
Beberapa negara kini telah memperkenalkan skrining HIV mandiri ke dalam kebijakan tes HIV nasional mereka, termasuk Australia, Prancis, Kenya, Inggris, dan Amerika Serikat. Lebih banyak negara memiliki rencana untuk melakukannya, di antaranya Brasil, Malawi, Thailand, dan Zimbabwe.
Skrining HIV mandiri harus didukung oleh program, termasuk program berbasis masyarakat yang meningkatkan kesadaran tentang manfaat tes HIV sendiri, mendorong dan mendukung mereka yang memiliki tes reaktif untuk terhubung dengan pengobatan dan perawatan, dan memberikan informasi dan akses ke pencegahan yang tepat. Skrining HIV mandiri sendiri memiliki potensi besar untuk meningkatkan akses tes bagi mereka yang paling tidak terlayani dan untuk menjangkau orang-orang lebih awal dalam infeksi mereka sehingga mereka dapat memperoleh manfaat maksimal dari pengobatan antiretroviral dini.