Photo by tayhifi5 from freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Di Amerika Serikat, perusahaan farmasi setempat yaitu Clinton Health Access Initiative (CHAI), MedAccess, dan Wondfo Biotech Company, akan membuat alat skrining HIV mandiri seharga USD 1 atau sekitar Rp 14 ribuan yang akan didistribusikan untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
WHO memperkirakan bahwa pemberi dana dan pemerintah telah mengadakan lebih dari 10 juta alat skrining HIV mandiri di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada tahun 2021.
Baca Juga:
Terlepas dari maraknya layanan penyedia tes HIV dan pengobatan yang terjangkau, secara global diperkirakan ada 5,9 juta orang dengan HIV (ODHIV) yang tidak mengetahui status mereka. Populasi kunci (termasuk pekerja seks, laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, transgender, pengguna narkoba suntik, dan warga binaan pemasyarakatan) dan berpasangan dengan orang yang baru terinfeksi HIV, termasuk remaja perempuan dan perempuan muda, memiliki risiko 3 kali lebih mungkin untuk terinfeksi HIV. Banyak kelompok dari populasi kunci dan orang muda, menganggap bahwa skrining HIV mandiri sebagai pilihan yang nyaman dan bersifat rahasia.
“Pengumuman harga baru merupakan langkah penting untuk membuat tes HIV sebagai alat skrining dan pemantauan pencegahan yang dapat diakses di seluruh dunia,” kata Dr Meg Doherty, Direktur Program HIV, Hepatitis dan IMS Global dari WHO. “Ini akan membantu program penyediaan skrining HIV mandiri ke akses layanan publik, masyarakat dan sektor swasta.”
WHO merekomendasikan skrining HIV mandiri sebagai cara yang aman, akurat dan efektif untuk menjangkau orang-orang yang mungkin tidak melakukan tes HIV di tempat umum.
Secara global, banyak negara telah mengembangkan kebijakan nasional yang mendukung skrining HIV mandiri, dan implementasinya berkembang pesat. Hingga Juni 2022, 98 negara telah memiliki kebijakan tentang skrining HIV mandiri, tetapi implementasinya cukup tertinggal yakni hanya 52 negara yang secara rutin menerapkan kebijakan tersebut.
WHO memperkirakan bahwa pemberi dana dan pemerintah telah mengadakan lebih dari 10 juta alat skrining HIV mandiri di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada tahun 2021. Sementara perkiraan masa depan terlihat menjanjikan, ketersediaan produk berkualitas dengan harga terjangkau untuk skrining HIV mandiri sangat penting, untuk mengatasi kebutuhan besar akan tes HIV mandiri.
Selama COVID-19, banyak negara bergerak untuk mempercepat penyediaan skrining HIV mandiri. Penurunan harga yang baru adalah kesempatan bagi banyak program pencegahan HIV untuk menyediakan skrining HIV mandiri dan untuk memberikan layanan tes, pengobatan dan pencegahan kepada mereka yang membutuhkannya.