Photo by Jarun011 from Istockphoto
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Tes HIV mandiri HIV bukanlah ‘alat ajaib’ untuk mengakhiri epidemi HIV dan AIDS jika tidak dilanjutkan dengan pengobatan antiretroviral (ARV). Di Malawi, tes HIV mandiri telah menjangkau banyak orang untuk mengetahui status HIV mereka. Namun hal itu saja tidak cukup. Diperlukan intervensi lebih lanjut untuk menghubungkan mereka dengan pengobatan antiretroviral.
Pasangan dari orang yang hidup dengan HIV, terutama laki-laki dengan HIV, adalah salah satu kelompok yang paling berisiko terinfeksi HIV.
Baca Juga:
Tes HIV mandiri di Malawi memang meningkatkan pengetahuan tentang status HIV di antara ODHIV dan pasangan mereka, tetapi sayangnya kinerja pemerintahan setempat kurang maksimal dalam menghubungkan ODHIV dengan perawatan. Di tahun 2019, Hanya 23% orang yang melakukan tes HIV mandiri dengan hasil positif yang kemudian memulai pengobatan dalam waktu enam bulan kemudian, dibandingkan dengan 75% orang yang melakukan tes di fasilitas medis.
Pasangan dari orang yang hidup dengan HIV, terutama laki-laki dengan HIV, adalah salah satu kelompok yang paling berisiko terinfeksi HIV. Mengajak mereka untuk melakukan tes HIV adalah sebuah tantangan sendiri. Studi dari Malawi dan Kenya telah menunjukkan bahwa tes HIV mandiri dapat meningkatkan akses kepada tes HIV di antara pasangan pekerja seks dan pasien antenatal. Namun di antara pasangan orang yang hidup dengan HIV, efektivitasnya masih kurang jelas.
Di antara kelompok pasien ini ada kekhawatiran bahwa tes HIV mandiri akan berujung pada masalah lantaran mereka belum memberi tahu pasangan mereka bahwa mereka hidup dengan HIV. Penelitian ini melibatkan dua kelompok 484 pasien (113 laki-laki dan 371 perempuan) yang mengunjungi klinik pengobatan antiretroviral di tiga rumah sakit di Malawi. Analisis akhir melibatkan 365 responden yang menyelesaikan tindak lanjut dasar. Pada kelompok pengguna tes HIV mandiri, pasien diberi slip rujukan selain tes mandiri kit OraQuick, di mana mereka juga ditunjukkan cara menggunakannya jika pasangan mereka membutuhkan bantuan.
Hasil utama dari tes HIV mandiri adalah informasi tentang status HIV mereka, yang idealnya ditindaklanjuti dengan inisiasi ART pada 6 bulan dan efek sampingnya. Di Malawi dan Kenya, kebanyakan pasien terapi antriretroviral (ART) adalah perempuan, yang sudah berpasangan dan telah mengungkapkan status HIV mereka kepada pasangan mereka.
Di negara tersebut, manfaat tes HIV mandiri paling efektif dirasakan oleh pasangan lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL). Tingkat hasil HIV-positif memiliki nilai serupa di semua kelompok, tetapi sekali lagi, laki-laki yang paling mungkin menerima hasil tes positif dan mendapat manfaat dari intervensi ART.
Sayangnya, tindakan inisiasi ART pada enam bulan dalam penelitian ini ternyata tidak bagus di antara orang yang menerima intervensi. Alasannya beragam, mulai dari tidak ada waktu atau perjalanan ke klinik atau rumah sakit, takut mendapat respon negatif akibat terungkapnya status HIV mereka, tidak siap atau tidak menyangkal kenyataan status HIV mereka, dan satu orang pergi ke rumah sakit tetapi klinik penyedia ART telah ditutup.