Photo by @rawpixel.com from Freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Ingat frasa tentang jangan membandingkan apel dengan jeruk? Tahu tidak bahwa frasa ini bisa kita terapkan dalam hal membandingkan pengembangan vaksin untuk COVID-19 dengan vaksin untuk melawan HIV, kanker, atau bahkan flu biasa.
Masing-masing virus dan penyakit ini memiliki tantangan uniknya tersendiri dan tidak dapat dibandingkan satu sama lain.
Baca Juga:
Dengan kata lain, hanya karena para ilmuwan belum mampu mengembangkan vaksin melawan HIV setelah beberapa dekade, tidak berarti para peneliti perlu waktu lama untuk membuat vaksin COVID-19. Ini juga tidak berarti bahwa vaksin yang diproduksi dalam waktu singkat entah bagaimana bisa berbahaya bagi tubuh kita.
Singkatnya, masing-masing virus dan penyakit ini memiliki tantangan uniknya tersendiri dan tidak dapat dibandingkan satu sama lain. Tidak seperti HIV dan COVID-19, kanker bukanlah penyakit menular yang disebabkan oleh virus, walaupun beberapa virus seperti human papillomavirus dapat secara dramatis meningkatkan risiko kanker.
Ada banyak penyebab kanker, termasuk genetika, radiasi, dan agen kimia. Faktanya, ada satu vaksin kanker yang disetujui (untuk kanker prostat) dan beberapa jenis vaksin kanker lainnya sedang dalam uji klinis.
Salah satu alasan para ilmuwan masih berjuang untuk mengembangkan vaksin untuk HIV adalah karena virus tersebut bermutasi dengan cepat dan dapat menghindari pengobatan yang diberikan dengan bersembunyi di dalam sel tubuh kita. Perlu kamu tahu bahwa virus lain tidak selicik HIV, loh!
Dan, seperti yang dikutip dari Reuters, vaksin yang berhasil untuk virus lain, seperti influenza misalnya, bergantung pada versi virus yang tidak aktif atau dilemahkan untuk membuat vaksin. Tetapi ternyata HIV yang dilemahkan, belum efektif dalam mendorong tanggapan kekebalan tubuh. Virus HIV yang masih aktif terlalu berbahaya untuk digunakan dalam pembuatan vaksin.
Jadi, sementara para ilmuwan masih berjibaku mengembangkan vaksin untuk HIV, kamu disarankan untuk menjaga diri sendiri dengan mempraktikkan seks yang aman, tidak berbagi jarum suntik dan rutin melakukan tes IMS dan HIV setiap tiga bulan sekali jika kamu aktif secara seksual.
Sumber: How’d We Get a COVID-19 Vaccine so Fast but None for HIV and Cancer?