HIV Dapat Diobati Tetapi Stigma Adalah Pembunuh yang Sebenarnya
Alasan mengapa HIV terus menyebar dan AIDS masih menelan korban jiwa di berbagai belahan dunia — termasuk di negara maju seperti AS — tak lain dan tak bukan karena stigma.
HOTLINE WHATSAPP:0878 0807 8070
Alasan mengapa HIV terus menyebar dan AIDS masih menelan korban jiwa di berbagai belahan dunia — termasuk di negara maju seperti AS — tak lain dan tak bukan karena stigma.
Selandia Baru telah menjadi negara pertama yang mendirikan bank sperma di mana orang dengan HIV (ODHIV) adalah pendonornya.
Ketika pertama kali mengetahui bahwa Anda hidup dengan HIV, salah satu pemikiran langsung yang mungkin menakutkan dan dapat terlintas dalam pikiran adalah, “Bagaimana saya akan memberi tahu keluarga dan teman-teman saya bahwa saya positif HIV? Apa yang akan mereka pikirkan tentang saya?”
Ya, ia nyaris tewas. Namun pada saat itu juga Hadi bertekad untuk bangkit. Dan juga memulai mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) yakni Zidovudine, lamivudine dan nevirapine.
Melihat resume seorang Erijadi Sulaeman, awam mungkin tidak akan mengira bahwa pria kelahiran Bandung 52 tahun silam ini telah hidup bersama HIV selama hampir 20 tahun lamanya.
Baby Rivona Nasution, perempuan yang sudah hidup bersama dengan HIV selama 17 tahun itu, mengaku bahwa ia bersyukur bisa mengetahui status HIV-nya lebih dini. Kondisi ini membuat ia cepat pula mencari informasi dan pengobatan antiretroviral (ARV) yang benar sehingga bisa menjalani hidup tanpa rasa takut. Ya, perempuan pemberani yang selalu lantang tatkala memberi edukasi tentang HIV dan AIDS ini, selain bisa menjalani hidup tanpa rasa takut, ia juga menjadi seorang ibu dari anak yang tidak terinfeksi HIV meski ia sendiri seorang ODHIV.
Ayu Oktariani, 33 tahun, terinfeksi HIV dari sang suami yang merupakan pecandu narkoba suntik di masa sekolah dulu.
Ratri Pearman a.k.a Suksma Ratri, adalah bukti hidup bahwa HIV bukan berarti membuat seseorang berhenti berkarya dan memberi kontribusi bagi dunia.
Penyintas HIV jangka panjang — umumnya didefinisikan sebagai mereka yang didiagnosis sebelum ARV ditemukan pada tahun 1996 — menghadapi tantangan fisik dan emosional mereka sendiri seiring bertambahnya usia.
Meskipun orang dengan HIV mungkin mengalami kerontokan rambut, itu bukan gejala khas dari orang yang terinfeksi HIV (ODHIV).